Friday, 4 October 2024, 21:29

Indonesian Muslim students, survivors of the recent 7.6-magnitude earthquake, pray at their school in Padang on October 7, 2009. Fresh international earthquake aid flowed into Indonesia as schools and shops re-opened amid the stench of death from bodies still trapped beneath the rubble. AFP PHOTO/Bay ISMOYO (Photo by BAY ISMOYO / AFP)

gaulislam edisi 775/tahun ke-15 (1 Shafar 1444 H/ 29 Agustus 2022)

Beberapa waktu belakangan sempat ada gaduh pro-kontra yang konon kabarnya di sekolah negeri ada aturan terkait pemaksaan terhadap siswi muslimah untuk mengenakan kerudung (di beberapa pemberitaan media massa disebutnya: jilbab). Pemberitaannya ada satu siswi yang dipaksa mengenakan kerudung oleh pihak sekolah negeri (jenjang SMA) di daerah Bantul, Yogyakarta pada awal Agustus lalu.

Sobat gaulislam, apa benar itu dipaksa? Ya nggak tahu juga sih. Sangat banyak informasi yang beredar. Namun, poin penting dalam masalah ini, pemahaman agama masyarakat kita, khususnya kaum muslimin juga banyak yang lemah, sih. Buktinya, untuk sesuatu yang sudah (mestinya) diketahui oleh yang berilmu maupun yang awam saja masih dipermasalahkan. Contohnya, ya berbusana muslimah itu.

Sekadar penekanan dan penjelasan sedikit, bahwa dalam Islam ada istilah al-ma’luum minad-diin bidl-dlaruurah (perkara agama yang telah diketahui secara umum) adalah permasalahan-permasalahan syariat yang ilmunya diketahui oleh segenap orang secara merata, baik orang yang ‘aalim maupun orang awamnya. Jadi, ngapain sih ribut soal itu? Bagi orang yang beriman (ulama atau orang awam), kewajiban menutup aurat itu sudah jelas, batasan aurat juga jelas, dan semua aturan terkait dengan itu. Nggak perlu juga dibedain, apakah sekolah swasta atau sekolah negeri, asalkan muridnya muslim, ya wajib diajarin dan diajak untuk mencintai Islam, dalam penerapan syariat, bila perlu ya dengan paksaan.

Nah, ada yang salah juga lho dalam pemahaman ini, dibilang nggak boleh dipaksa dong, kan itu hak asasi semua orang. Jangan dipaksa mengenakan busana muslimah. Lho, yang nggak boleh dipaksa itu orang kafir untuk masuk agama Islam. Islam melarang orang kafir dipaksa masuk Islam. Nggak boleh. Biarkan mereka memilih. Namun, ketika sudah memutuskan menjadi muslim, ya wajib mengikuti aturan Islam, termasuk dalam berbusana. Itu namanya konsekuensi.

Para orang tua yang muslim mestinya sejak awal mengajari anak-anaknya agar taat beragama. Lurus akidahnya, bagus akhlaknya, dan taat terhadap aturan agamanya. Bila perlu dipaksa. Jika tidak, ya memang akan repot di akhirnya. Maka, ketika masuk sekolah atau hidup bersama orang lain di masyarakat, akan lebih rumit urusannya karena jadi beragam pendapat orang yang ada di masyarakat tersebut. Sehingga anak sulit mau milih yang mana. Jika sudah diajarkan sejak dari rumah, maka dia sudah stabil dan punya pilihan. Sudah tahu juga halal dan haram, kenal juga baik dan buruk, benar salah, serta bisa bedain antara  terpuji dan tercela. Namun, nggak semua orang Islam tahu juga soal ini, kan? Itulah musibahnya.

Busana muslimah

Hmm… karena di masyarakat masih ketuker-tuker istilah dalam busana muslimah, seperti kerudung disebut jilbab. Padahal jelas berbeda. Kerudung kain lebar untuk penutup kepala, sementara jilbab adalah semacam gamis, yakni pakaian yang longgar, tebal, dan panjang sampai menutupi mata kaki. Tuh, jelas beda banget, kan?

Jilbab bermakna milhâfah (baju kurung atau semacam abaya yang longgar dan tidak tipis), kain (kisâ’) apa saja yang dapat menutupi, atau pakaian (tsawb) yang dapat menutupi seluruh bagian tubuh. Di dalam kamus al-Muhîth dinyatakan demikian: Jilbab itu laksana sirdâb (terowongan) atau sinmâr (lorong), yakni baju atau pakaian yang longgar bagi wanita selain baju kurung atau kain apa saja yang dapat menutupi pakaian kesehariannya seperti halnya baju kurung.

Nah, kalo kamu pengen tahu penjelasan tambahannya, ada juga keterangan dalam kamus ash-Shahhaah, al-Jawhaarii menyatakan: Jilbab adalah kain panjang dan longgar (milhâfah) yang sering disebut mulâ’ah (baju kurung), ya model gamis. Begitu sobat. Moga aja setelah ini nggak kebalik-balik lagi ketika membedakan antara jilbab dan kerudung.

Jadi pakaian muslimah itu? Nah, yang dimaksud pakaian muslimah, dan itu sesuai syariat Islam, adalah jilbab plus kerudungnya. Dan itu wajib dikenakan ketika keluar rumah atau di dalam rumah ketika ada orang asing (baca: bukan mahram) yang kebetulan sedang bertamu ke rumah kita or keluarga kita. Firman Allah Ta’ala (yang artinya): “Hai Nabi katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: “Hendaklah mereka mengulurkan jilbab-nya ke seluruh tubuh mereka”. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha pengampun lagi Maha penyayang.” (QS al-Ahzab [33]: 59)

Bro en Sis rahimakumullah, dengan penjelasan ini semoga kamu jadi tambah paham: apa itu jilbab, pebedaannya dengan kerudung, dan konsekuensinya ketika mengenakan jilbab. Catet baik-baik, ya. Jangan sampe lupa dan salah paham.

Konsekuensi sebagai muslim

Sobat gaulislam, ketika sudah memutuskan masuk Islam atau kalo di antara kita yang udah muslim sejak lahir, maka harus tunduk pada aturan Islam. Bukan yang lain. Betul, bahwa kita nggak boleh memaksa orang kafir untuk masuk Islam. Jangan dipaksa masuk Islam. Nggak boleh dipaksa. Biarkan mereka memilih apakah mau masuk Islam atau nggak. Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu barang siapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS al-Baqarah [2]: 256)

Dalam ayat ini sebenarnya sudah diberikan ‘sinyal kuat’ bahwa sudah jelas “jalan yang benar” dan “jalan yang sesat”. Artinya, memang hanya Islam jalan keselamatan (seandainya mereka mengetahui).

Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu.” (QS al-Baqarah [2]: 208)

Betul, kudu masuk Islam secara keseluruhan alias totalitas. Itu sebabnya, bagi seorang muslim, nggak perlu lagi mempertanyakan aturan-aturan Islam. Ikuti saja semuanya. Misalnya, bagi muslimah diperintahkan mengenakan busana muslimah (kerudung dan jilbabnya sekaligus) dalam kondisi tertentu dan sesuai aturan agama, maka ya ikuti saja. Nggak usah nawar-nawar atau malah sok-sokan membela yang salah. Kasus yang katanya pemaksaan mengenakan jilbab tak perlu dipermasalahkan. Sebab, adakalanya memang harus dipaksa supaya mau tunduk pada aturan (syariat) Islam.

Anak usia 10 tahun aja kalo nggak mau shalat atau disuruh shalat susah, boleh dipukul kok. Tentu dengan pukulan untuk mendidik, bukan yang membahayakan.

Dari ‘Abdullah bin ‘Amr radhiallahu ‘anhu , ia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda (yang artinya), “Suruhlah anak kalian shalat ketika berumur tujuh tahun! Dan pukullah mereka ketika berusia sepuluh tahun (jika mereka meninggalkan shalat)! Dan pisahkanlah tempat tidur mereka (antara anak laki-laki dan anak perempuan)!” (Hadits ini hasan. Diriwayatkan oleh Abu Dawud, no. 495; Ahmad, II/180, 187; Al-Hakim, I/197)

Menjadi muslim, tentu saja kudu ikut aturan Islam. Nggak boleh aturan selain Islam. Jika Allah Ta’ala dan Rasul-Nya sudah membuat keputusan, maka kita wajib ikut. Nggak ada kata menolak. Mestinya begitu. Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barang siapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata.” (QS al-Ahzab [33]: 36)

Selain kudu tunduk dengan ketetapan aturan dari Allah Ta’ala dan Rasul-Nya, juga nggak boleh seorang muslim mencampur-adukan antara yang salah dengan yang benar. Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Dan janganlah kamu campur adukkan yang hak dengan yang bathil dan janganlah kamu sembunyikan yang hak itu, sedang kamu mengetahui.” (QS al-Baqarah [2]: 42)

Oya, kembali ke judul buletin kesayanganmu edisi kali ini, jadi sebenarnya bagi seorang muslim itu konsekuensi terhadap aturan agamanya, ya. Jadi dalam hal ini, berbusana muslimah itu nggak perlu lagi dipaksa kalo udah paham sejak dididik di rumah. Namun, bila hanya dengan cara dipaksa agar bisa mengenakannya sebagai bentuk ketaatan kepada syariat Islam, maka memang mestinya demikian.

Itu sebabnya, kalo ada di antara kamu yang merasa terpaksa atau dipaksa untuk masuk surga, mestinya senang. Awalnya nggak suka, tetapi dipaksa terus, lama-lama jadi suka. Misalnya aja diajak pengajian, belajar al-Quran, belajar shalat berjamaah, dan sebagainya. Semua ada aturannya, dan bahkan ada paksaan. Awalnya bisa saja malas dan nggak suka, tetapi lama kelamaan malah bisa jadi asyik banget.

Jadi, bila untuk bisa melakukan kebaikan, dan hanya bisa dengan cara dipaksa agar berbuat melakukan kerbaikan tersebut, maka itu cara menyelamatkan kita dari siksa neraka, dipaksa masuk surga. Mestinya sih, senang dong, ya. Kata Dr Adian Husaini, “Bagi saya, lebih baik saya dipaksa masuk surga daripada dengan ikhlas masuk neraka.”

Shalat dhuha misalnya, mestinya  dibiasakan bagi anak-abak di rumah atau di sekolah atau di pesantren, bahkan dipaksa dengan cara dirutinkan setiap hari, bila perlu ditongkrongin untuk memastikan mengerjakan atau tidak. Perlu pemaksaan agar terlatih dan meyakini bahwa meski itu ibadah sunnah, tetapi lebih utama jika dikerjakan.

Itu sebabnya, kalo bicara pemaksaan memang adakalanya perbuatan tertentu kudu dipaksa untuk dilakukan. Supaya terbiasa beramal shalih. Bisa karena biasa, dan biasa karena dipaksa. Betul, dipaksa untuk masuk surga kan bagus. Cuma anehnya di zaman sekarang, masih banyak orang tertipu dengan keyakinan selain Islam. Bahkan berani memusuhi Islam. Contohnya, sekarang ada muslim yang menolak ajaran Islam dan benci kepada kaum muslimin yang taat dengan syariatnya. Aduh sobat, taubatlah sebelum ajal mendekat! [O. Solihin | IG @osolihin]