Friday, 4 October 2024, 20:55

gaulislam edisi 746/tahun ke-15 (6 Rajab 1443 H/ 7 Februari 2022)

Masih laku juga ya jualannya? Ya, gimana lagi, ini yang sepertinya paling mudah dijual. Namun sayangnya, yang menjadi bidikan dalam kasus terorisme di negeri ini adalah umat Islam. Selalu begitu. Targetnya sih, meski terjadi pro dan kontra di kalangan umat Islam, setidaknya citra buruk umat Islam dengan agamanya sudah mereka sematkan. Ujungnya, agar banyak orang Islam yang membenci agamanya sendiri. Dibatasi bahwa Islam sekadar ibadah aja. Nggak boleh ngurusi kehidupan ekonomi, sosial, pendidikan, hukum, politik, dan pemerintahaan. Kalo ada yang berani bahas begituan, alamat bakal dicokok. Dianggap tidak pancasilais lalu berkoar-koar demi membela NKRI atas tindakan represifnya terhadap sebagian umat Islam yang dituduh bagian dari jaringan teroris.

Buktinya, belum lama BNPT (Badan Nasional Penanggulangan Terorisme) merilis daftar 198 pondok pesantren yang diduga terafiliasi (terhubung) dengan jaringan teroris. Kontan aja pernyataannya menuai polemik di masyarakat dan mendapatkan kritik dari pengelola pondok pesantren, termasuk dari Majelis Ulama Indonesia (MUI). Mengetahui hal itu, Kepala BNPT lalu mengklarifikasi dan meminta maaf, tetapi tidak mencabut pernyataan tersebut. Hanya meluruskan bahwa hal itu tidak berarti seluruh pondok pesantren, dan itu pun hanya individu yang ada di pondok pesantren, bukan lembaganya. Kalo begitu berarti tetap sama artinya, ya. Yakni, masih menilai terorisme ada dalam Islam.

Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Boy Rafli Amar meminta maaf atas polemik 198 pondok pesantren (ponpes) yang diduga terafiliasi jaringan terorisme.

“Saya selaku Kepala BNPT menyampaikan juga permohonan maaf karena memang penyebutan nama pondok pesantren ini diyakini memang melukai perasaan dari pengelola pondok, umat Islam yang tentunya bukan maksud daripada BNPT untuk itu,” kata Boy, Kamis (3/2) (cnnindonesia.com, 4 Februari 2022)

Sobat gaulislam, silakan kamu bisa baca lebih banyak beritanya di media massa atau media sosial. Saya sekadar menampilkan contoh saja bahwa terorisme itu masih laku dijual dan isinya tetap mencitraburukkan Islam dan kaum muslimin. Gimana nggak, OPM di Papua hanya dilabeli KKB (Kelompok Kriminal Bersenjata). Padahal sudah jelas aksinya brutal dan merupakan kelompok separatis yang bertujuan memisahkan diri dari negara ini. Kenapa tidak dilabeli teroris? Hmm.. bisa jadi karena bukan dari golongan Islam. Iya, kan?  

Sudah banyak tentara yang gugur di sana, anehnya nggak juga dibungkam tuh teroris. Apa karena mereka didukung negara lain? Jika tak berani melawannya, ya berarti negeri ini masih tak berdaulat. Apa betul masih percaya diri berteriak “NKRI Harga Mati”, sementara KKB dibiarkan onar di Papua? Padahal mereka memprovokasi hendak memisahkan diri dari negeri ini.   

Jadi, sudah jelas kan ke mana arahnya. Ini sebenarnya bagian dari perang besar melawan terorisme secara global. Kebencian musuh-musuh Islam kepada Islam dan kaum muslimin yang dibungkus “war on terrorism” agar banyak negara setuju proyek tersebut. Mestinya kaum muslimin sadar, termasuk kamu para remaja. Jangan terlena dicekoki video games, budaya musik dan sport, serta pergaulan yang mengumbar hawa nafsu. Semua itu menjauhkanmu dari ketataan kepada Islam. Jika sudah begitu, boro-boro mau membela Islam, sangat boleh jadi ibadah aja belum bener. Menyedihkan.

Kebencian kaum munafik dan kafir

Ini sudah terjadi ribuan tahun lalu. Turun temurun berurat berakar, dilanjutkan dari generasi ke generasi. Perlu diingat dan diwaspadai, orang munafik sangat berbahaya dibanding orang kafir. Sebab, orang kafir jelas terlihat. Namun, orang munafik mereka bersembunyi di balik pengakuannya sebagai muslim, tetapi kelakuannya cenderung menyenangkan dan mendukung kaum kafir. Lebih berbahaya tentunya.

Terkait kebencian orang kafir kepada kaum muslimin, ditegaskan dalam al-Quran. Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu ambil menjadi teman kepercayaanmu orang-orang yang, di luar kalanganmu (karena) mereka tidak henti-hentinya (menimbulkan) kemudharatan bagimu. Mereka menyukai apa yang menyusahkan kamu. Telah nyata kebencian dari mulut mereka, dan apa yang disembunyikan oleh hati mereka adalah lebih besar lagi. Sungguh telah Kami terangkan kepadamu ayat-ayat (Kami), jika kamu memahaminya.” (QS Ali Imran [3]: 118)

Dinukil dari laman muslim.or.id, tentang sebab turunnya ayat di atas, Ibnu Abbas menjelaskan, “Ada beberapa orang kaum muslimin yang menjalin hubungan dekat dengan beberapa orang Yahudi mengingat mereka adalah tetangga dan orang-orang yang pernah saling bersumpah untuk saling mewarisi di masa jahiliyyah, lalu Allah menurunkan ayat yang berisi larangan menjadikan orang-orang Yahudi sebagai teman dekat karena dikhawatirkan menjadi sebab munculnya godaan iman. Ayat yang dimaksudkan adalah ayat di atas.” (Riwayat Ibnu Abi hatim dengan sanad yang hasan).

Dalam ayat ini terkandung larangan keras untuk simpati dan memihak kepada orang-orang kafir, karena yang dimaksud bithonah dalam ayat tersebut adalah orang-orang dekat yang mengetahui berbagai hal yang bersifat rahasia. Bithonah diambil dari kata-kata bathnun yang merupakan kebalikan dari zhahir yang berarti yang nampak. Sedangkan Imam Bukhari mengatakan bahwa yang dimaksud dengan bithonah adalah orang-orang yang sering menemui karena sudah akrab. Kata Ibnu Hajar, penjelasan tersebut merupakan pendapat Abu ‘Ubaidah (Fathul Bari, 13/202, lihat Jami’ Tafsir min Kutub al Ahadits, 1/396)

Tentang makna bithonah, Imam Zamakhsyari mengatakan bahwa bithonah adalah orang kepercayaan dan orang pilihan, tempat untuk menceritakan hal-hal yang pribadi karena merasa percaya dengan orang tersebut (Tafsir al Kasysyaf, 1/406, lihat Tafsir al Qasimi, 2/441 cetakan Darul Hadits Kairo)

Dengan ayat ini, Allah melarang orang-orang yang beriman untuk menjadikan orang-orang kafir baik Yahudi ataupun ahlu ahwa’ (pengekor hawa nafsu, ahli bid’ah) sebagai orang-orang dekat yang menjadi tempat bermusyawarah dan mengadukan permasalahan.

Sobat gaulislam, itu sebabnya kalo ada orang Islam yang dekat dan bersimpati dengan orang kafir, menurut penjelasan dalam ayat ini dan para ulama yang menafsirkannya, maka bisa dipastikan dia menjadi kalangan munafik. So, lebih waspada lagi terhadap orang munafik.

Firman Allah Ta’ala (yang artinya), “Dan bila mereka berjumpa dengan orang-orang yang beriman, mereka mengatakan: “Kami telah beriman”. Dan bila mereka kembali kepada syaitan-syaitan mereka, mereka mengatakan: “Sesungguhnya kami sependirian dengan kamu, kami hanyalah berolok-olok”.” (QS al-Baqarah [2]: 14)

Allah Ta’la berfirman (yang artinya), “Orang-orang munafik laki-laki dan perempuan. sebagian dengan sebagian yang lain adalah sama, mereka menyuruh membuat yang munkar dan melarang berbuat yang ma’ruf dan mereka menggenggamkan tangannya. Mereka telah lupa kepada Allah, maka Allah melupakan mereka. Sesungguhnya orang-orang munafik itu adalah orang-orang yang fasik.” (QS at-Taubah [9]: 67)

Apa itu fasik? Fasik itu secara bahasa artinya keluar dari sesuatu. Kalo menurut istilah, fasik itu adalah orang yang keluar dari ketataan kepada Allah Ta’ala dan Rasul-Nya. Ini menurut pendapat Syaikh Utsaimin. Nah, tetap berbahaya, kan?

Oya, di zaman sekarang pun ada yang begitu, kamu lihat aja siapa sih orang yang mengaku muslim tetapi malah dekat dengan orang kafir atau dia justru mendukung siapa saja yang melecehkan dan menghina Islam dan kaum muslimin. Apalagi di zaman sekarang ada indikasi, setiap kelompok (apalagi itu dari kalangan kaum muslimin) yang berseberangan dengan penguasa rezim ini, maka langsung dicap radikal atau bagian dari kaum intoleran. Mereka yang munafik, ikut-ikutan menghina kaum muslimin, mungkin karena mereka berada di lingkaran kekuasaan. Perlu waspada, sih.

Selain itu, sifat orang munafik memang menyebalkan. Mereka biasa berbohong dan memutar-balikkan fakta. Rasullulah shallallahu ‘alaihi wa sallam memiliki sahabat yang bernama Julas bin Saud. Julas mempunyai saudara yang bernama Umar bin Sad. Suatu ketika Julas menjelek-jelekkan Nabi dengan berkata, “Jika orang ini (Nabi Muhammad) benar, berarti kita lebih bodoh dibandingkan unta.” Ucapan Julas oleh Umar disampaikan kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Namun ketika dikonfirmasi oleh Rasulullah, Julas membantahnya. Ini yang menjadi asbabun nuzul (sebab turunnya ayat) surah at-Taubah ayat 74:

Mereka (orang-orang munafik itu) bersumpah dengan (nama) Allah, bahwa mereka tidak mengatakan (sesuatu yang menyakitimu). Sesungguhnya mereka telah mengucapkan perkataan kekafiran, dan telah menjadi kafir sesudah Islam dan mengingini apa yang mereka tidak dapat mencapainya, dan mereka tidak mencela (Allah dan Rasul-Nya), kecuali karena Allah dan Rasul-Nya telah melimpahkan karunia-Nya kepada mereka. Maka jika mereka bertaubat, itu adalah lebih baik bagi mereka, dan jika mereka berpaling, niscaya Allah akan mengazab mereka dengan azab yang pedih di dunia dan akhirat; dan mereka sekali-kali tidaklah mempunyai pelindung dan tidak (pula) penolong di muka bumi.

Sobat gaulislam, sengaja saya bahas tentang terorisme ini sebagai bagian dari kebencian orang kafir dan munafik. Memang secara fakta begitu. Tidak bisa dimungkiri. Sejarah sudah mencatat banyak peristiwa. Itu sebabnya, tuduhan terorisme dan teroris yang selalu dialamatkan kepada Islam dan kaum muslimin, adalah bagian dari wujud kebencian mereka. Mereka nggak suka Islam berkembang, nggak sudi kalo kaum muslimin banyak yang taat dengan ajaran Islam.

Itu sebabnya, berbagai cara dicoba untuk menjauhkan umat Islam dari agamanya. Bahkan tak segan mencitraburukkan (stigmatisasi) terhadap Islam. Jualan terorisme sepertinya masih akan sering dijajakan. Mereka berharap umat Islam jauh dari ajaran Islam. Bagi kaum muslimin yang lemah memang ada yang tertipu dengan propaganda mereka, tetapi bagi kaum muslimin yang memiliki iman dan ghirah terhadap Islam, akan kian bersemangat berjuang untuk melawan.

Yuk, tumbuhkan kesadaran dan kecintaan kepada Islam. Kokohkan keimanan dan kuatkan ketakwaan. Peka dan peduli terhadap siapa kawan dan siapa lawan. Jangan pernah percaya terhadap propaganda musuh-musuh Islam. Berdoa dan berusaha agar Allah Ta’ala menolong kita semua. Maka, tunjukkan pembelaan kita kepada Islam dan kaum muslimin. Semangat! [O. Solihin | IG @osolihin]