Monday, 29 April 2024, 04:02

gaulislam edisi 736/tahun ke-15 (24 Rabiul Akhir 1443 H/ 29 November 2021)

Banyak orang saat ini was-was bin cemas dalam hidupnya. Serba takut, serba khawatir. Banyak masalahnya. Urusan sekolah, urusan pekerjaan, problem di rumah, ortu berpisah, kakak-adik nggak akur, keuangan pas-pasan, gagal ujian, kandas harapan dan seabrek masalah lainnya. Ketika semua itu dipikirin, baik sebelum benar-benar terjadi maupun merenung setelah kejadian yang dikhawatirkan tersebut, tentu akan menyedot energi kita. Seolah masalah itu menyerang secara bertubi-tubi.

Nah, gara-gara problem yang banyak itulah, akhirnya nggak bisa nikmatin hidup dengan tenang dan layak. Selalu merasa kurang kasih sayang, minim perhatian, kurang duit, kurang sabar, cekak ilmu dan lain sebagainya. Itu pun hanya fokus pada diri pribadi, nggak melihat orang lain yang bisa jadi masalahnya lebih berat dari diri kita. Setiap orang itu punya masalah. Masalah yang dihadapinya bisa beda-beda satu sama lain.

Namun, yang perlu diperbaiki sejatinya adalah kita sendiri. Gimana caranya menghadapi masalah dengan ikhlas. Problem selalu ada selama kita masih hidup. Selain itu, masalah juga tingkatannya berbeda satu sama lain. Ada masalah besar, ada masalah menengah, dan ada masalah kecil, bahkan ada yang semestinya memang nggak perlu jadi masalah (tetapi kita menganggapnya sebagai masalah dan malah mempermasalahkan).  

Jangan jadi beban

Sobat gaulislam, ada pepatah bagus yang isinya seperti ini, “Sekolah berbeda dengan hidup. Di sekolah Anda diajari suatu pelajaran, lalu diuji. Pada hidup Anda diuji, lalu mendapatkan pelajaran.” Demikian pernyataan dari Tom Bodett, humoris sekaligus penulis dari Amerika Serikat. Hmm.. kalo dipikir-pikir, ada benarnya juga nih. Inspirastif juga euy!

Belajar langsung di sekolah kehidupan ini insya Allah banyak manfaat yang bisa diraih. Asal kita mau merenungkan dan mengambil manfaatnya. Banyak peristiwa berlalu dengan cepat dalam hidup ini, tapi sedikit sekali dari kita yang bisa dengan cerdas mengambil hikmahnya. Banyak hal yang kita rasakan dalam hidup ini, tetapi sedikit pula dari kita yang berusaha untuk menyadari betapa pentingnya hidup ini. Itu sebabnya, ada beberapa tips untuk menikmati hidup (tentu bukan jadi beban, ya) yang mungkin saja bisa dijadikan sebagai tambahan wawasan bagi kita. Beberapa poin penting di antaranya:

Pertama, bisa hidup aja udah nikmat. Ya, ini pemahaman yang pertama kali harus kita yakini kebenarannya agar dalam menjalani hidup ini kita nggak berani untuk menyia-nyiakannya. Kita lahir ke dunia ini adalah anugerah dari Allah Ta’ala. Kita adalah pemenang dari jutaan sperma (dari ayah kita) yang berhasil membuahi sel telur (yang ada di ibu kita), dan kemudian menjadi embrio, terus setelah dua bulan berkembang jadi janin. Setelah sembilan bulan dalam kandungan ibu, lahir deh kita ke dunia. Berarti kita udah ditakdirkan oleh Allah Ta’ala menjadi pemenang sejak masa pembuahan, lho. Maka, bersyukur deh udah bisa hidup sampai saat ini.

Bahkan kalo kita mau lebih kenal lagi diri kita, ternyata Allah Ta’ala menciptakan manusia dalam bentuk yang paling sempurna. Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.” (QS at-Tiin [95]: 4)

Kedua, niatkan untuk ibadah. Keberadaan kita di dunia ini tentunya bukan cuma-cuma atau sekadar menikmati segala yang disediakan di dunia ini, tapi harus jelas aturan mainnya. Rugi banget deh kalo sampe kita nggak tahu tugas kita di dunia ini. Tentu kebangetan pula kalo sampe kita menganggap bahwa hidup sekadar nyari makan dan menikmati kesenangan semata. Huh! Itu sih rendah banget cara berpikirnya. Allah Ta’ala udah ngabarin kita melalui firmanNya (yang artinya), Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku.” (QS adz-Dzaariyaat [51]: 56)

Bro en Sis rahimakumullah, pembaca setia gaulislam. Oya, karena keberadaan kita di dunia adalah untuk ibadah kepada Allah Ta’ala yang telah menciptakan kita dan seluruh alam ini, maka tentu saja dalam menikmati kehidupan ini pun harus disandarkan kepada syariat-Nya. Bukan syariat yang lain. Sebab, percuma aja rasanya kalo kita menikmati seluruh yang ada di dunia ini, tapi niatnya dan caranya salah atau niatnya bener tapi caranya salah. Rugi berat, boo!

Bayangin deh gimana Allah Ta’ala nggak murka kalo kita nggak pernah beribadah kepada-Nya, tetapi nikmat dari-Nya senantiasa kita sedot saban harinya. Nggak adil banget kan?

Ketiga, jalani dengan ikhlas. Bro en Sis, ikhlas itu ada dua macam. Pertama, mengerjakan suatu amal hanya karena Allah, dengan arti ingin mendapat ganjaran dari Allah. Kedua, mengerjakan suatu amal hanya karena Allah, dengan arti semata-mata karena itu perintah Allah. Terserah Allah Ta’ala mau mengganjar atau tidak, yang penting kita mengerjakan amal itu berdasar perintah-Nya.

Ikhlas yang terakhir ini adalah ikhlas yang lebih tinggi levelnya. Apakah seseorang itu melakukan suatu amal/pekerjaan dengan ikhlas atau tidak, secara hakikat, yang tahu hanya dia dan Allah saja. Orang lain hanya mengetahui indikasi-indikasinya saja. Nah, karena ikhlas atau tulus itu sesuatu yang baik, dengan sendirinya watak ini akan kontra dengan amal/perbuatan yang nggak baik.

Maka dalam menjalani hidup ini, pastikan kita ikhlas menerima apa pun yang diberikan Allah Ta’ala kepada kita. Sehingga kita nggak merasa putus asa atau malah berburuk sangka kepada Allah Ta’ala. Kita nikmati yang Allah berikan kepada kita saat ini, sambil berusaha untuk menjadi lebih baik jika menurut ukuran kita sebagai manusia apa yang kita dapatkan masih belum ideal. Misalnya, kita saat ini masih kesulitan secara ekonomi meskipun udah berusaha sekeras tenaga kita. Barangkali, ini ujian dari Allah agar kita sabar. Sambil terus berusaha menjadi lebih baik, kita ikhlas menerima yang kita dapatkan saat ini. Tul nggak sih?

Insya Allah jika kita mampu menikmati hidup ini dengan ikhlas dan tetap berpegang teguh kepada ajaran Allah dan Rasul-Nya, maka kita bisa ngadepin kesulitan hidup dengan tenang dan penuh kepasrahan sambil berusaha mencari jalan keluarnya yang diridhoi oleh Allah Ta’ala.

Keempat, optimis menatap masa depan. Yup, hidup ini harus optimis. Ngapain juga kudu pesimis dalam hidup ini. Susah dan gagal itu biasa. Tapi berusaha terus agar bisa senang dan berhasil, itu luar biasa. Setuju nggak? Iya dong, soalnya setiap orang yang pernah mencoba untuk berusaha pasti menemui kegagalan, sekecil apa pun kegagalan itu.

So, gagal itu biasa, yang luar biasa itu semangat untuk bangkit dari kegagalan demi kegagalan. Oya, saya punya contoh di dunia sepak bola. Ini semacam menuliskan kenangan masa lalu aja sih, karena bagi saya sangat berkesan. Bisa saja fakta terkini dunia sepak bola. Kayak momen pertandingan antara Liverpool dan Machester City beberapa bulan lalu, Salah ‘menyihir’ publik Ettihad ketika mencetak gol istimewa ke gawang City yang memastikan pertandingan berakhir seri 2-2.

Nah, seperti tadi sudah saya tuliskan momen di masa lalu, maka saya akan cerita momen tak terlupakan di kompetisi Liga Spanyol 2006/2007. Wah, itu sih 14 tahun lalu, dong? Hehehe… kebetulan bagi saya istimewa dan cocok untuk contoh di poin keempat ini, tentang optimis menatap masa depan.

Ini momennya, banyak orang nggak nyangka kalo klub Real Madrid bakalan jadi juara Liga Spanyol musim 2006/2007. Apa pasal? Sampai bulan Februari 2007 saja, empat bulan sebelum berakhirnya Primera Liga, perjalanan klub ibukota Spanyol ini nilainya masih jauh dari perolehan poin Barcelona yang memimpin klasemen liga. Selain didera masalah internal, Real Madrid juga menghadapi masa-masa sulit melawan klub-klub penghuni Liga Spanyol saat ini. Namun, akhirnya Madrid bisa membalikkan semua prediksi, Madridista (pendukung klub Real Madrid) di seluruh dunia bersorak gembira kala pertarungan akhir Madrid lolos dari gempuran Real Mallorca, dan bahkan memenangkan pertandingan dengan skor (3:1). Madrid bangkit di 10 pertandingan terakhir dan berhasil menyingkirkan Barcelona dari puncak klasemen sekaligus menjuarai La Liga di musim itu. Ini salah satu contoh dampak dari sikap optimis.

Kita, sebagai muslim, tentu harus lebih optimis lagi dalam hidup di dunia ini, karena akan menikmati kehidupan di akhirat yang kekal di surga-Nya jika kita banyak berbuat baik sesuai ajaran Islam dalam hidup ini. Raih masa depan kehidupan kita di dunia, juga di akhirat. Wuih, ini baru keren namanya.

Kelima, hiasi hidup dengan iman, ilmu dan amal shalih. Bro, banyak ilmu dan amal tapi nggak beriman, percuma. Banyak amal tapi tanpa ilmunya juga kayaknya sia-sia banget, apalagi nggak beriman. Jadi, formula yang tepat itu adalah, kita beriman terlebih dahulu, kemudian belajar sehingga berilmu dan mengamalkan ilmu untuk kebaikan. Lengkap deh namanya.

Maka, supaya kita bisa menikmati hidup ini dengan tenang dan enak, hiasi hidup ini dengan iman, ilmu dan amal shalih. Keimananlah yang membedakan antara seorang mukmin dengan seorang kafir. Allah Ta’ala sudah menjanjikan ganjaran surga di akhirat kelak bagi orang-orang yang beriman sebagaimana firman-Nya (yang artinya), “Dan orang-orang yang beriman serta beramal saleh, mereka itu penghuni surga; mereka kekal di dalamnya.” (QS al-Baqarah [2]: 82)

Allah Ta’ala juga meninggikan orang yang beriman dan berilmu, sebagaimana dalam firman-Nya (yang artinya), “…niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.” (QS al-Mujaadilah [58]: 11)

Sobat gaulislam, insya Allah iman kita, ilmu kita, dan amal shalih kita akan memberikan tambahan kenikmatan dalam menjalani kehidupan di dunia ini sesuai dengan ajaran yang kita anut selama ini, yakni Islam.

Oke deh, semoga tulisan kali ini bisa memberikan semangat dan wawasan baru buat kamu semua dalam menjalani kehidupan di dunia. Tetap ikhlas, optimis, sabar, bersyukur dan senantiasa menanamkan kekuatan iman, semangat mengkaji ilmu, dan gemar melakukan amal shalih kepada sesama. Sip, jadikan hidup ini penuh makna dan nikmati sesuai aturan-Nya. Semangat! [O. Solihin | IG @osolihin]