Friday, 29 March 2024, 19:16

gaulislam edisi 785/tahun ke-16 (12 Rabiul Akhir 1444 H/ 7 November 2022)

Layaknya penyewaan, maka pacaran zaman kiwari bisa berbatas waktu. Tentu, asal sepakat bayar dengan jumlah tertentu. Banyak jasa penyewaan pacar bertebaran secara online. Sekadar nyewa buat diajak bareng kondangan atau nonton bioskop. Ada juga yang sewa untuk beberapa hari atau waktu lainnya yang disepakati. Makin banyak waktu, pastinya kian dalam merogoh kocek alias isi kantong. Kayak nyewa kendaraan aja sih. Makin lama waktu yang dibutuhkan, makin banyak keluar duit.

Oya, nyewa pacar juga konon ada aturan mainnya. Ada yang online dengan cara video call atau chat dan sejenisnya dalam durasi waktu tertentu setelah membayar sejumlah duit sesuai kesepakatan. Disediakan juga yang offline alias bisa kopdar di dunia nyata. Misalnya, bayar sekian ratus ribu untuk diajak kondangan dalam waktu tertentu, penyewa boleh memeluk, merangkul, dan mencium pacar sewaannya. Bisa jadi untuk ‘adegan’ begituan ada tarifnya juga. Dan itu, di luar biaya untuk jajan, ongkos jalan, makan, dan sejenisnya tentu ditanggung penyewa. Ribet dan bikin cekak. But, kenapa ada orang yang mau melakuan hal begituan, ya? Kenapa nggak ditabung aja duitnya buat biaya nikah, ya? Heran, deh!

Lha, masa iya anak sekolah punya duit banyak buat nyewa pacar? Uang sekolah dan jajan aja masih disubsidi ortu. Jasa penyewaan pacar ini pastinya menyasar kalangan yang punya duit, punya penghasilan sendiri dan itu jumlahnya nggak sedikit yang kudu dialokasikan buat bayar jasa sewa. Iya, kan? Itu sebabnya, pertanyaan di atas itu memang buat yang punya penghasilan. Daripada tuh duit parkir di tempat sewa pacar, mendingan ditabung untuk persiapan nikah. Begitu maksudnya.

Hmm… itu sih kalo cara pandang yang normal, ya. Cara pandang yang benar untuk menjaga kehormatan diri. Namun kalo yang nggak normal alias aneh-aneh ya cari jalan pintas model gitu. Sejak dulu juga sudah ada sih sebenarnya, tetapi identik dengan ‘sewa’ atau kontrak untuk menyalurkan hasrat seksual. Maka, maraklah yang namanya pelacuran. Kelas teri hingga kelas kakap. Ada perputaran bisnis yang menggiurkan, bisa nyedot cuan dalam jumlah banyak. Bertemu antar yang membutuhkan. Ada yang membutuhkan hasrat seksual, ada yang butuh duit buat makan dengan jasa jual diri. Mereka hanya mau enak sesuai keinginan dan selera, tetapi tak mau pusing mikirin duit belanjaan tiap hari. Ibarat kata, mereka mikirnya gini, “daripada miara kambing yang kudu dikasih makan tiap hari, mending makan sate kambing kalo lagi pengen.”

Sobat gaulislam, memang ngeri sih cara pandang orang yang bebas nilai begitu. Standarnya adalah keinginan dan selera hawa nafsunya. Nggak peduli norma masyarakat, apalagi norma agama. Jadi, selama masih ada orang model begini, maka bisnis hawa nafsu kayak sewa pelacur atau sewa pacar akan tetap marak. Padahal, kalo sewa tiap hari ya pastilah bikin cekak. Belum lagi soal dosanya. Ngeri, Bro en Sis. Bener lho. Coba kalo diukur dari penilaian pantas atau nggak pantas, pastilah nggak pantas kelakuan model gitu menurut norma masyarakat. Emang kamu mau dibilang “sampah masyarakat”? Nggak lah. Kecuali ada orang yang berdalih kepalang basah, lalu seolah menikmati pilihan hidup jadi sampah.

Rugi berkali lipat

Maraknya jasa sewa pacar yang dipromosikan di internet, mestinya hati-hati soal keamanan data pribadi, ya. Gimana pun juga, mereka yang menggunakan jasa sewa pacar akan mengirimkan data-data diri untuk penagihan dan urusan lainnya terkait penyewaan. Riskan banget. But, kalo akal sehat udah dijajah hawa nafsu, ya gimana lagi. Udah nggak peduli, sih. Waspada Bro en Sis.

Dinukil dari laman edukasi.kompas.com, Radius Setiyawan, Dosen Universitas Muhammadiyah Surabaya (UM Surabaya) menghimbau untuk berhati-hati saat menggunakan jasa sewa pacar.  Sebab, ada jasa sewa pacar yang menyediakan katalog via website yang memungkinkan para hacker untuk mengambil data pengguna dan menggunakannya secara tidak bertanggung jawab.

Tidak hanya itu, beberapa ancaman kejahatan juga bisa terjadi seperti penguntit, spamming email, pelacakan data pekerjaan hingga meretas alamat IP.

Pada website tersebut pacar sewaan bisa diajak kencan, menemani belanja, berburu makanan hingga menemani untuk mengunjungi pesta pernikahan.

Sementara, jasa yang diberikan dapat berupa foto bersama, pegangan tangan, merangkul pundak, hingga berkencan bersama.

Dalam proses ini, tentu konsumen perlu mengisi data diri, karena itulah potensi hacker melakukan pencurian data bisa terjadi.

Meski ada ancaman kerugian seperti ini, kalo udah dibelenggu hawa nafsu jadi sulit berpikir jernih. Menggunakan jasa sewa pacar aja udah jelas bahwa pelakunya nggak berpikir jernih. Nggak pake akal sehat. Oya, termasuk yang pacaran biasa juga, lho. Maksudnya bukan yang pake jasa sewa pacar. Duit keluar banyak, waktu terbuang percuma, maksiat pula. Udah jelas rugi banyak! Akan semakin banyak bagi yang menggunakan jasa pacar kontrak. Makin sering menyewa beragam orang sesuai selera, kian banyak duit yang disedot dari rekeningnya. Makin sering begitu, kian tenggelam dalam pasaran hawa nafsu. Rugi berlipat-lipat.

Taat syariat, banyak maslahat

Sobat gaulislam, hidup jangan dibikin rumit. Jangan coba-coba ngelakuin perbuatan yang melanggar syariat. Pasti akan banyak ruginya. Sebaliknya kalo taat syariat, dijamin banyak maslahat alias kebaikan yang akan didapat. Islam melarang pergaulan bebas di antara manusia, termasuk di dalamnya melarang seks bebas. Ada aturan menundukkan pandangan (ghadul bashar). Larangan mendekati zina, termasuk larangan berzina. Islam sudah membatasi interaksi. Ada aturan mahram dan bukan mahram. Nggak boleh campur baur dalam satu kegiatan.

Jangankan jalan bareng dengan segala aktivitas kontak fisik, ngobrol via telepon atau video call dengan yang bukan mahram ada aturannya. Kalo isi obrolannya nyerempet-nyerempet urusan syahwat, ya pasti kudu di-cut. Nggak boleh alias dilarang. Sebab, bisa jadi itu adalah pintu yang akan menghantarkan kepada interaksi secara fisik di kemudian hari. Bukan tak mungkin juga pada akhirnya berzina. Naudzubillahi min dzalik.

Dalam al-Quran, Allah Ta’ala menerangkan kepada kita melalui firman-Nya (yang artinya), “Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk.” (QS al-Israa [17]: 32)

Tuh kan, jadi kalo kamu nekat berzina, itu sama dengan udah melawan dan menyepelekan Allah Ta’ala yang udah membuat aturan. Nabi kita pun, Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam udah mewanti-wanti dengan tegas, bahwa jangan sampe kita bergaul bebas dengan lawan jenis yang bukan mahram, karena khawatir akan menghantarkan kepada perzinaan setelah mendapat “support” penuh dari setan. Rasul yang mulia bersabda (yang maknanya): “Barang siapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir, hendaklah tidak melakukan khalwat dengan seorang wanita yang tidak disertai mahramnya. Karena sesungguhnya yang ketiga adalah syaitan.” (HR Ahmad)

Sekadar tahu aja, bahwa hukuman buat para pezina tuh berat, lho. Di dunia, jika hukum Islam diterapkan maka seorang gadis dan jejaka yang berzina akan dicambuk sebanyak 100 kali cambukan (dan diasingkan selama setahun). Firman Allah Ta’ala (yang artinya): “Perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzina, maka deralah tiap-tiap seorang dari keduanya seratus kali dera,” (QS an-Nuur [24]: 2)

Sementara buat yang udah pernah menikah (muhson), kalo masih nekat juga melakukan zina, hukumannya lebih berat, yakni dirajam sampai mati (tubuh dikubur, yang terlihat hanya kepala saja, lalu dilempari batu). Hmm.. cukup mengerikan bukan? Namun jangan salah, kalo pun di dunia ini lolos alias nggak dihukum, di akhirat siap menghadang, lho.

Dalam sebagian riwayat hadis Samurah bin Jundab yang disebutkan di dalam Shahih Bukhari, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda (yang artinya), “Semalam aku bermimpi didatangi dua orang. Lalu keduanya membawaku keluar, maka aku pun pergi bersama mereka, hingga tiba di sebuah bangunan yang menyerupai tungku api, bagian atas sempit dan bagian bawahnya luas. Di bawahnya dinyalakan api. Di dalam tungku itu ada orang-orang (yang terdiri dari) laki-laki dan wanita yang telanjang. Jika api dinyalakan, maka mereka naik ke atas hingga hampir mereka keluar. Jika api dipadamkan, mereka kembali masuk ke dalam tungku. Aku bertanya: ‘Siapakah mereka itu?’ Keduanya menjawab: ‘Mereka adalah orang-orang yang berzina.” Ih, naudzubillahi min dzalik.

  So, bersabar sampai saatnya kamu siap untuk menikah, sambil menjauhi segala bentuk hubungan atau interaksi dengan lawan jenis yang bukan mahram. Nggak usah nyobain pacaran atau sewa pacar atau malah terjerat di lembah prostitusi alias pelacuran. Jangan. Berdoalah kepada Allah Ta’ala agar dijauhkan dari segala keburukan tersebut, benahi diri dengan banyak berinteraksi dengan orang-orang yang shalih dan shalihah, ikuti kajian di majelis ilmu, banyak berzikir dan membaca al-Quran.

Pacar kontrak udah terbukti bikin cekak. Bikin duit keluar banyak, maksiat pula. Apa sih yang dicari? Kesenangan dan ketenangan? Terhindar dari kesepian? Islam punya aturan soal itu. Kesenangan dan ketenangan berupa tersalurkannya hawa nafsu (dalam hal ini naluri melestarikan jenis) hanya akan didapat dalam pernikahan. Kesepian pun akan terusir ketika ada teman dalam ikatan pernikahan (suami atau istri) di rumah yang bisa diajak ngobrol, diskusi, jalan bareng, makan, dan segalanya. Sepanjang hayat di kandung badan. Jadi, mengapa harus memilih pacaran atau pacar kontrak atau malah tejerembab di lembah pelacuran? Nggak banget, deh!

Jangan sampe kamu terbius oleh gemerlap kehidupan yang menawarkan kenikmatan semu. Nggak usah tergoda untuk melakukan gaul bebas, karena akibatnya udah jelas. Rugi dunia-akhirat, tuh. Jatuh cinta sih wajar, tapi jangan mengekspresikannya di jalur yang salah, yakni melanggar aturan Islam. Misalnya, pacaran dan seks bebas.

Yuk, mulai lebih dewasa dalam berpikir dan bertindak. Jangan terus main-main dalam masalah seserius ini. Kalo pun kamu belum mampu untuk menikah, jangan nekat menikah. Karena pernikahan bukan urusan main-main. Oya, kamu pun harus rela untuk membuang jauh-jauh pikiran murah dan murahan tentang pacaran.

Ah, rasanya tak ada salahnya jika kita (orang tua, guru, tokoh masyarakat, tokoh agama, pengusaha, dan para pemimpin di negeri ini) mulai memikirkan masalah seserius ini. Jangan korbankan generasi muda kita hanya untuk meraih keuntungan sesaat dengan membuat kebijakan dan menyediakan sarana yang akan merusak kepribadian mereka. Mereka masih punya harapan banyak ketimbang kita. Jangan mengekangnya terlalu kuat, tetapi kita sekadar membimbing dan mengarahkannya ke tempat yang benar dan baik sesuai tuntunan syariat Islam. Coba deh, rasa-rasanya masih mungkin, kan? Ya, masih bisa. Insya Allah. [O. Solihin | IG @osolihin]