gaulislam edisi 621/tahun ke-12 (16 Muharram 1441 H/ 16 September 2019)
Sobat gaulislam, siapa di antara kamu yang hobi nonton? Lebih sering nonton ke bioskop, streaming di hape atau anteng depan TV? Kalo ke bioskop mungkin mikir dulu ya kan harus beli tiket. Eh, streaming juga pake kuota. Sedangkan TV pake listrik. Sama-sama bayar kan? Yang gratis mah yaa nontonin wajah kamu. Eaa… auto ge-er nih! Hahaha… just kidding!
Oke, sekarang cung yang punya TV di rumah? Kayaknya hampir tiap rumah ada tivi, deh. Tontonan apa sih yang kalian suka? Pasti nggak jauh-jauh dari sinetron atau FTV kan? Masih setia sama drama Korea? Ada yang suka nonton berita, acara kuliner yang bikin ngiler atau gosip para artis? Dududuh… Jangan sampe deh! Entar jadi bigos lagi. Biang gosip. Saking hobi nonton begituan. Oh No!
Pacaran ala sinetron
Sinetron dan FTV masih jadi tayangan favorit kalangan remaja, dewasa dan IRT (ibu rumah tangga). Bahkan anak SD aja mantengin, loh. Suer! Waktu ditanya sinetron apa yang lagi hits, mereka tahu judulnya. Waah, mungkin ketularan emaknya di rumah, nih. Ditambah Sinetron itu tayangnya di prime time, jam-nya orang banyak yang nonton TV antara jam 18.00 WIB – 22.00 WIB. Jam segitu kan biasanya orang kumpul sepulang sekolah atau kerja. Lagi asik nonton malah dipotong iklan yang banyak dan berulang lagi. Pernah ngalamin? Wajar sih.. Kan biar produk mereka bisa dilihat banyak penonton di jam segitu. Padahal sinetronnya baru beberapa menit eh iklan lagi. Cape deh!
Meski begitu tetep aja dipantengin. Setia nunggu sampe sinetron lanjut. Apalagi sinetron yang temanya cinta-cintaan alias pacaran. Siapa tuh yang demen? Tayangan beginian mah laku parah. Banyak yang bilang pacaran ala sinetron itu kan seru dan so sweet. Belum lagi pemainnya yang cantik en cakep bingit. Dijamin deh bakal anteng tuh depan TV. Contohnya aja Sinetron ‘Cinta Anak Muda’ yang masih tayang tiap jam 18.30 WIB.
Ceritanya tentang dua remaja kasmaran yang akhirnya bisa jadian walaupun sebelumnya takut bakal nimbulin masalah karena perbedaan status mereka. Saat pacaran itu ya mereka punya panggilan sayang, seneng kalau berduaan, saling tatapan, pegangan tangan dll. Ya gitu deh. Pernah kan lihat orang yang pacaran pasti nggak jauh dari begituan. Bagian ini yang katanya seru dan paling dinanti penonton. Iya, kan? Nonton begituan suka cengar-cengir sendiri, pasti. Hayo ngaku! Hehehe…
Beda banget sama sinetron atau FTV yang temanya pernikahan. Coba bandingin deh. Sekarang itu yang ditayangin malah tentang kehidupan rumah tangga yang nggak harmonis, ngebosenin dan ribet. Pernah nonton sinetron ‘Dunia Terbalik’? Kalangan IRT mah pasti hapal ya. Sinetron jebolan MNC Picture ini emang dapet rating tinggi, episodenya ribuan dan katanya tayang juga di Malaysia dan Singapura. Awal ceritanya tentang para suami ditinggal istri yang jadi TKW di luar negeri. Para istri yang cari nafkah otomatis kaum bapak yang harus ngurus anak dan rumah. Gimana jadinya coba? Ribet dan pusing, ya pasti. Tapi karena dibalut komedi yang nonton jadinya asik dan nyantai aja. Padahal kan aslinya tugas suami istri bukan kayak gitu.
Kebanyakan Sinetron atau FTV tema pacaran mah romantis dan happy ending ya. Contohnya nih meskipun awalnya saling berantem, saling benci eh ujungnya saling suka dan jadian. Di FTV pernikahan kalau suami istri sering berantem gitu malah kena celaka. Ketabrak mobil misalnya. Haduuh! Ada lagi nih cewek jomblo baik hati dan jujur dapet pacar orang kaya. Sedangkan istri yang jujur dan setia malah suaminya direbut wanita lain. Dua sejoli pacaran pengen nikah tapi salah satu camer alias calon mertua galak dan jutek abis. Tapi eh ujungnya diterima juga lamarannya. Nah di FTV pernikahan kalau mertua model jahat gini yang ditayangin di mertua kena azab. Idih, kok horor ya pernikahan di FTV atau sinetron? Nggak se so sweet yang pacaran. Kesannya hidup berumah tangga itu nggak enak, asem, pahit, menyedihkan dan menderita. Berantem, selingkuh, cerai, mertua galak. Nggak ada manisnya. Moment happy nya paling sedikit doang. Ckckck…
Di balik serial sinetron
Bro en Sis rahimakumullah, pembaca setia gaulislam. Kenapa ya tema pacaran itu selalu ada dan hits? Nggak pernah absen dari sajian TV. Peminatnya aja makin bertambah. Bahkan sebagian anak SD dan SMP udah hapal sama judulnya, artis yang jadi pemainnya dan opening song-nya. Anak dan remaja terus ‘diracuni’ tontonan begituan. Sepertinya sih tontonan bertema pacaran sengaja terus diproduksi untuk menggiring opini bahwa pacaran itu begini loh: seru, manis dan romantis. Happy deh. Jadinya pacaran dianggap wajar dan biasa. Siapa aja yang mau ngelakuin, ya kesannya boleh. Penonton terus dicecokin soal pacaran. Sedangkan faktanya kan nggak selalu so sweet ya. Banyak loh sisi gelap dan akibat buruk dari pacaran: hamil, HIV/AIDS, pembunuhan termasuk aborsi dll. Na’idzubilllah min dzalik.
Sedangkan pernikahan ala sinetron dikesankan ribet banget, pusing, nggak enak. Kalau gini kan orang jadinya ilfil dan nganggap bahwa nikah itu ya seperti tadi. Jadinya kan takut dan mikir ulang buat nikah. Oke, setiap pasangan dalam rumah tangga pasti ada ujiannya. Mungkin ada juga ngalamin masalah yang mirip seperti di sinetron. But, please! Sinetron dan FTV itu terlalu lebay. Serius!
Ngomongin soal hukum, dalam syariat Islam itu nggak ada istilah pacaran. Semua aktivitas pacaran dilarang. Haram, Bro en Sis! Ah, tapi ngobrolnya lewat chatting, kalau ketemu juga nggak berduaan kok, kita juga saling ngingetin buat ibadah. Lalu? Sama aja kali. Tetep nggak boleh. Pacaran itu perilaku maksiat dan jalan lempang menuju zina. Simak deh Firman Allah Ta’ala (yang artinya), “Dan janganlah kamu mendekati zina. Sesungguhnya zina itu adalah perbuatan yang keji, dan suatu jalan yang buruk.” (QS al-Isra’ [17]: 32)
Nah, baru mendekati zina aja dilarang apalagi sampe berzina. Dalam pacaran udah biasa yang namanya ketemuan, ngobrol, saling tatap, pegangan tangan, mesra-mesraan. Ini namanya mendekati zina. Dosa kalau dilakuin. Cuma pasangan halal yang boleh ngelakuin itu. Suami-istri yang sah mah bebas. Mereka nggak berdosa. Malah itu bagian dari ibadah dan bisa menambah pahala, loh. So, pacaran haram, pernikahan halal. Yes! Catet tuh!
Perilaku adalah cerminan dari tontonan
Sobat gaulislam, tontonan seperti sinetron sebenarnya cuma buatan sutradara yang dipesan pihak tertentu yang nggak sesuai dengan kenyataan pergaulan remaja kita sehari-hari. Tetapi, karena televisi merupakan media publik yang ditonton oleh semua jenjang umur, maka bisa memberi dampak negatif kalau isinya nggak mendidik. Selain itu, sebagian besar sinetron mengisahkan kisah drama percintaan dan pacaran, yang mengajarkan anak-anak juga remaja untuk berpacaran, berpakaian minim, dan berpusat terhadap hal yang bikin happy meski itu maksiat.
Ironis memang. Banyak nih sinetron yang setting latar belakangnya pendidikan, pake seragam, lokasi dan pergaulannya di dalam dan di luar kelas. Tapi nggak sesuai dengan kehidupan asli. Banyak banget adegan yang justru contoh buruk buat anak sekolah. Contoh ya pelukan dan bermesraan di lingkungan sekolah. Seakan-akan hal itu boleh dilakuin. Dan kesannya wajar dilakuin di sekolah. Jadi penonton remaja yang psikologisnya masih labil bisa meniru. Bahaya bingit!
Dalam sebuah penelitian berjudul “Psychologists Study Media Violence for Harmful Effects” oleh Psychological Association (APA) pada tahun 1995, bahwa tayangan yang bermutu akan mempengaruhi seseorang untuk berlaku baik, dan tayangan yang kurang bermutu akan mendorong seseorang untuk berlaku buruk. Penelitian ini juga menyimpulkan bahwa perilaku buruk yang dilakukan seseorang berasal dari tontonan mereka sejak kecil.
Jadi, bener banget tuh bahwa tontonan bisa mempengaruhi diri kita. Apalagi yang namanya film, sinetron atau FTV lebih mudah ditangkap sama penonton. Visualnya jelas, belum lagi ditambah backsound lagu yang bikin menarik. Banyak tayangan TV yang nggak mendidik. Justru meracuni penontonnya. Sinetron dan FTV pacaran contohnya. Betul, sebab yang nonton bakal penasaran sama adegan-adegan dalem sinetron. Lalu mereka mencoba dan meniru. So, solusinya gimana?
Kita sebagai muslim harus bisa membedakan mana yang layak dan bermanfaat untuk ditonton. Nggak mudah percaya dengan isi dalam sinetron yang bisa saja justru menyesatkan. Sebenernya sudah ada juga film-film islami. Tapi belum dijangkau luas sama masyarakat. Memang harus disebarluaskan. Nah, bisa juga tuh buat tayangan tandingan yang kreatif dan sesuai syariat Islam. Untuk disebarkan di medsos seperti channel YouTube.
Semua tontonan yang ada sekarang ini memuat perilaku yang bebas. Bebas pacaran, berbicara, berpakaian dll. Kebebasan ini adalah ciri khas dari sistem kapitalisme, ya. Apa saja serba boleh dan bebas. Meski ada film atau sinetron yang dapat respon negatif dan diprotes tapi tetap saja tayang. Masih banyak tayangan yang nggak bermutu tapi lolos tayang. Namanya juga otak kapitalis. Pengelola televisi nasional hanya mementingkan kepentingan bisnis tanpa peduli apakah acaranya akan berdampak negatif di lingkungan masyarakat. Selain itu mereka hanya memikirkan rating saja.
Pemerintah belum bersikap tegas dan malah terkesan membiarkan tayangan yang nggak mendidik. Bakal terus ada selama sistem negara yang kapitalis eksis. Di negara kapitalis ini, apapun yang bisa bikin mereka dapet untung, ya bakal didukung. Miris memang. Harusnya kan negara ikut mengontrol tontonan buat masyarakat, mengatur dan bersikap tegas kepada pihak yang membuat dan meloloskan tayangan yang jadi racun bagi masyarakat. Sip dah! Dan, solusi akhirnya ya kembali pada Islam yang harus diterapkan negara.
Sebab, dalam sistem negara Islam semua aspek kehidupan diatur. Tontonan macem sinetron atau FTV yang nggak ada manfaatnya bakal dilenyapkan. Negara hanya akan mendukung tayangan yang tidak menyimpang dari syariat Islam. Jadi, nanti nggak ada lagi tuh adegan-adegan pacaran yang romantis, acara gosip atau kartun yang berisi kekerasan, pergaulan bebas dan unsur negatif lainnya. Film-film Islami bakal sukses, dihargai dan diperhatikan deh sama negara. Jadinya orang bakal semangat berkarya. Nggak perlu cemas karyanya bakal ditolak. Dan kartun seperti Nussa Rarra bisa jadi panutan yang oke banget buat anak-anak dan semua kalangan. Siap berkarya? Oke deh.
Jadi, jangan mudah tergoda dan menerima mentah tayangan yang nggak islami. Kita kudu sadar, Bro en Sis. Yuk, belajar Islam. Inget, bahwa ajaran Islam itu luas dan nggak berhenti dalam hal ibadah aja. Join deh sama komunitas pengajian yang rutin menyuarakan Islam. Agar nantinya bisa ikut berdakwah kepada orang lain. Menyampaikan kebenaran dan cahaya Islam. So, pacaran itu yang pahit. Mau so sweet dan bebas mandangin kekash hati? Nikah aja! Siap?
Eits… Sekolah dulu dong! Karena nikah butuh persiapan dan bekal ilmu agar bisa harmonis dan bahagia hingga ke surga. Nikah juga butuh tanggung jawab besar. Levelnya lebih tinggi. Bagaimana mau nikah kalo tanggung jawab pada diri sendiri aja belum bisa. But, milih pacaran gara-gara belum siap nikah juga adalah kesalahan besar dan lari dari tanggung jawab. Udah deh, sekarang mah sekolah yang benar. Ngaji Islam dengan serius bin sungguh-sungguh. Tetap fokus pada ketaatan terhadap syariat Islam. Insya Allah barokah. Siap ya? Sip dah! [Muhaira | IG @ukhty.muhaira]