Monday, 9 December 2024, 14:10
Wiping debts away.

Wiping debts away.

gaulislam edisi 855/tahun ke-17 (1 Ramadhan 1445 H/ 11 Maret 2024)

Wah, rasa-rasanya sih nggak ada yang bersih dari dosa, ya. Pasti ada aja dosa yang kita lakukan. Sadar atau nggak sadar. Sengaja atau nggak disengaja. Itu sebabnya, agak sulit kalo bener-bener tanpa dosa. Namun demikian, berniat tidak melakukan dosa, apalagi di bulan Ramadhan ini, adalah bagian dari ikhtiar untuk kebaikan kita. Mungkin yang bisa kita lakukan adalah meminimalisir dari perbuatan dosa. Kalo sebelum Ramadhan, tiap hari kita sengaja berbuat dosa, di bulan Ramadhan ini, kita rem, kita perketat jangan sampai berbuat dosa, kendalikan nafsu. Sehingga dosa yang dilakukan itu jadi berkurang. Akan lebih baik lagi jika benar-benar kita tinggalkan. Bahkan di bulan-bulan berikutnya. Semoga, ya. Ini niat dan ikhtiar kita. Insya Allah bagian dari perubahan diri, agar lebih baik lagi.

Sobat gaulislam, manusia memang nggak bisa bersih dari dosa. Pasti ada aja dosa yang kita lakukan. Artinya, setiap dari kita pasti ada dosa yang pernah dilakukan. Namun demikian, kita berikhtiar agar bukan sengaja berbuat dosa (apalagi yang terkategori dosa besar). Kalo nggak sengaja, atau terpaksa karena tekanan pihak tertentu, semoga kita juga bisa segera bertaubat. Misalnya aja, nggak sengaja berdusta atau terpaksa berdusta. Itu harus segera bertaubat, jangan keasyikan nerusin berdusta. Kalo nerusin, apalagi asyik berdusta, berarti sengaja dan menikmati. Nggak boleh. Jangan sampe. Jadinya dosa yang disengaja.

Nah, mumpung di bulan Ramadhan, kita luruskan niat dan maksimalkan ikhtiar agar puasa kita nggak sia-sia, optimalkan beramal shalih lainnya selama bulan Ramadhan. Ini kesempatan yang sedang kita dapatkan. Kita masih diberikan umur untuk menikmati bulan penuh berkah ini. Jadi, manfaatkan sebaik-baiknya, jangan sampe hilang kesempatan untuk berbuat baik, atau malah terhalang dari berbuat baik. Manfaatkan juga untuk senantiasa bertaubat. Semoga di bulan-bulan berikutnya kita juga terbiasa berbuat baik dan menjaga diri agar tak terjerumus ke dalam perbuatan dosa. Yuk, bisa yuk. Sama-sama saling mendoakan, ya.

Puasa menghapus dosa

Sobat gaulislam, kalo kita berpuasa di bulan Ramadhan itu bakalan dihapuskan dosa-dosa kita yang terdahulu. Tentu ada syaratnya, yakni puasa yang dilakukan itu diniatkan karena iman kita dan mengharap pahala. Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda (yang artinya), “Barang siapa berpuasa Ramadhan atas dasar iman dan mengharap pahala dari Allah, maka dosanya yang telah lalu akan diampuni.”  (HR Bukhari no. 38 dan Muslim no. 760)

Nah, yang dimaksud berpuasa atas dasar iman yaitu berpuasa karena meyakini akan kewajiban puasa. Sedangkan yang dimaksud ihtisab adalah mengharap pahala dari Allah Ta’ala. (dalam Fathul Bari, jilid 4, hlm. 115)

Dijelaskan lebih lanjut, al-Khattabi berkata, “Yang dimaksud ihtisab adalah terkait niat yaitu berpuasa dengan niat untuk mengharap balasan baik dari Allah. Jika seseorang berniat demikian, ia tidak akan merasa berat dan tidak akan merasa lama ketika menjalani puasa.”

Baik, poinnya di sini adalah dosa kita yang terdahulu akan dihapus. Kalo Ramadhan tahun kemarin kita puasa, dan di bulan-bulan berikutnya kita melakukan dosa, maka jika di Ramadhan tahun ini kita melaksanakan puasa, maka dosa-dosa tersebut akan diampuni (dihapus) oleh Allah Ta’ala. Syaratnya tadi, puasa yang kita lakukan atas dasar iman atau keyakinan bahwa puasa ini adalah kewajiban yang diperintahkan Allah Ta’ala, juga diniatkan untuk mengharapkan pahala karena Allah Ta’ala ridha atas apa yang kita lakukan. So, ikhlas karena Allah, ya. Meski berat secara fisik, tetapi akan tergantikan dengan pahala yang berlimpah. Semangat!

Selain yang utama melaksanakan shaum (puasa) wajib, ada banyak amal shalih yang bisa kita lakukan selama Ramadhan, misalnya peluang mendapatkan pahala dari shalat tarawih, dari sedekah, dari tilawah al-Quran, dari malam kemuliaan (lailatul qadar). Itu sebabnya, kuatkan fisik, siapkan mental. Memohon pertolongan kepada Allah Ta’ala agar dimudahkan dalam berpuasa, diberikan keberkahan, diberikan kemudahan beramal shalih, diberikan kesempatan mendapatkan pahala di Lailatul Qadar. Yuk, sama-sama berdoa, ya.

Itu sebabnya, selain kita bergembira karena dengan puasa Ramadhan yang kita lakukan mengapus dosa (Allah Ta’ala akan mengampuni dosa), juga kita bersemangat meraih pahala. Jangan disia-siakan kesempatan ini, yang belum tentu bulan Ramadhan tahun depan kita masih ada umur. Imam Ibnu Qayyim al-Jauziyyah rahimahullah berkata, “Orang yang terhalangi yang sebenarnya adalah seseorang yang mengetahui jalan menuju Allah, tetapi dia justru berpaling dari jalan tersebut.” (dalam Thariqul Hijratain, hlm. 329)

Jadi, seseorang yang mengetahui keutamaan bulan Ramadhan, tetapi tidak memanfaatkannya dengan memperbanyak dan memperbagus amalannya. Rugi, dong? Pastinya!

Saatnya panen pahala

Sobat gaulislam, orang yang menanam pasti mengharapkan panen. Kita sedang menanam dalam mengisi bulan Ramadhan ini dengan berbagai amal shalih. Tentu, berharap amal shalih itu menuai pahala berlimpah dari Allah Ta’ala. Berbagai kemudahan beramal itu dibuka lebar-lebar di bulan ini. Rugi kalo kita nggak memanfaatkannya.

Dinukil dari laman rumaysho.com, ketika puasa itu tiba, maka kebaikan akan mudah dilakukan. Kejahatan dan maksiat akan semakin berkurang karena saat itu pintu surga dibuka dan pintu neraka ditutup, setan pun terbelenggu.

Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda (yang artinya), “Apabila Ramadhan tiba, pintu surga dibuka, pintu neraka ditutup, dan setan dibelenggu.” (HR Bukhari no. 1899 dan Muslim no. 1079)

Dalam lafazh lain disebutkan (yang artinya), “Jika masuk bulan Ramadhan, pintu-pintu rahmat dibukan, pintu-pintu Jahannam ditutup dan setan-setan pun diikat dengan rantai.” (HR Bukhari no. 3277 dan Muslim no. 1079)

Al-Qadhi ‘Iyadh menyatakan bahwa yang dimaksud adalah makna secara tekstual dan hakiki. Terbukanya pintu surga, tertutupnya pintu neraka dan terikatnya setan adalah tanda masuknya bulan Ramadhan, mulianya bulan tersebut dan setan pun terhalang mengganggu orang beriman. Ini isyarat pula bahwa pahala dan pemaafan dari Allah begitu banyak pada bulan Ramadhan. Tingkah setan dalam menggoda manusia pun berkurang karena mereka bagaikan para tahanan ketika itu. (dalam Fath al-Bari, 4: 114 dan Syarh Shahih Muslim, 7: 167)

Al Qadhi juga berkata, “Juga dapat bermakna terbukanya pintu surga karena Allah memudahkan berbagai ketaatan pada hamba-Nya di bulan Ramadhan seperti puasa dan shalat malam. Hal ini berbeda dengan bulan-bulan lainnya. Di bulan Ramadhan, orang akan lebih sibuk melakukan kebaikan daripada melakukan maksiat. Inilah sebab mereka dapat memasuki surga dan pintunya. Sedangkan tertutupnya pintu neraka dan terbelenggunya setan, inilah yang mengakibatkan seseorang mudah menjauhi maksiat ketika itu.” (dalam Syarh Shahih Muslim, 7: 167)

Syaikh al-Allamah Rabi’ bin Hady al-Madkhali hafizhahullah berkata, “Para salaf memiliki perhatian khusus terhadap bulan yang mulia ini dengan memperbanyak membaca al-Quran, memperbanyak zikir, dan menahan diri dari maksiat. Sebab, sesungguhnya puasa menuntut hal semacam ini.” (dalam Haal as-Salaf fii Ramadhan, hlm. 2)

Mengingat perkataan Ibnu Abdil Hakim tentang kebiasaan Imam Malik, guru dari Imam Syafi’i, selama bulan Ramadhan. Alangkah jauh bedanya. Ibnu Abdil Hakim berkata, ”Jika tiba bulan Ramadhan, Imam Malik menghindar dari membacakan hadits dan bertukar pikiran dengan ahli ilmu.”

Ibnu Abdil Hakim berkata, ”Beliau berkonsentrasi membaca al-Quran dari mushaf.”

Imam az-Zuhri, seorang ‘alim ahli hadits menerangkan, “Ramadhan itu adalah membaca al-Quran dan memberi makan (fakir miskin).”

Ibnu al-Jauzy rahimahullah berkata, “Malam-malam dan hari-hari yang memiliki keutamaan yang tidak pantas–bagi orang yang ingin meraih keutamaan–untuk melalaikannya, karena jika seorang pedagang melalaikan musim untung, maka kapankah dia akan meraih keuntungan?” (dalam Minhajul-Qashidin, jilid 1, hlm. 343)

Saatnya bertaubat

Sobat gaulislam, Allah Ta’ala masih memberikan umur kepada kita sehingga kita masih bisa sampai di bulan Ramadhan ini. Itu artinya, selain kita diberikan nikmat yang banyak untuk bisa beramal shalih, juga Allah Ta’ala memberikan kita kesempatan untuk bertaubat. Maka, manfaatkan untuk bertaubat. Jangan melakukan dosa dan hentikan. Semoga di bulan-bulan berikutnya kita bisa menghindari berbagai kemaksiatan. Jangan sengaja berbuat dosa.

Sebaik-baik taubat adalah taubat yang segera, tanpa menunggu dan menunda-nunda. Maka terkumpullah dua keutamaan jika kita bertaubat saat ini: keutamaan karena Ramadhannya dan keutamaan karena menyegerakan taubat. Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Dan bersegeralah menuju ampunan Tuhanmu…” (QS Ali Imran [3]: 133)

Allah Ta’ala menyeru kita dengan ayat di atas untuk menyegerakan taubat, juga dalam ayat lainnya (yang artinya), “Wahai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubat nasuha.(QS at-Tahrim [66]: 8)

Allah menyeru hamba-Nya untuk bersegera bertaubat karena Dia menghendaki hamba-Nya mendapatkan ampunan dan surga, sebagaimana firman-Nya (yang artinya), “Dan Allah menyeru kalian kepada surga dan ampunan dengan izin-Nya.” (QS al-Baqarah [2]: 221)

Semoga kita bisa memanfaatkan kesempatan ini untuk bertaubat kepada Allah Ta’ala dan tidak akan pernah mengulangingnya lagi. Sebab, rugi banget dan nggak disebut bertaubat secara mutlak, kalo cuma bertaubat di Ramadhan aja, dan bahkan berniat melakukan kemaksiatan di bulan lainnya.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah berkata, “Barang siapa bertekad meninggalkan maksiat di bulan Ramadhan saja, tanpa bertekad di bulan lainnya, maka ia bukan seorang yang bertaubat secara mutlak, akan tetapi ia hanyalah sekadar orang yang meninggalkan perbuatan maksiat di bulan Ramadhan.” (dalam al-Majmu’ al-Fatawa, jilid 10, hlm. 743)

Berkata Bisyr al-Haafi rahimahullah, “Seburuk-buruk kaum (adalah yang) tidak mengetahui hak Allah (untuk disembah) kecuali di bulan Ramadhan (saja). Sesungguhnya orang shalih (adalah yang) menghamba (kepada Allah) dan bersungguh-sungguh (dalam ketaatan kepada-Nya) sepanjang tahun.” (dalam Lathaiful-Ma’arif li Ibni Rajab, hlm. 222)

Semoga kita bisa memanfaatkan bulan Ramadhan ini untuk bertaubat, terutama dari dosa-dosa besar. Betul bahwa ketika kita melaksanakan puasa di bulan Ramadhan atas dasar iman dan mengharapkan pahala, maka dosa-dosa kita yang terdahulu akan diampuni. Namun, menurut para ulama, itu hanya berlaku untuk dosa-dosa kecil yang kita lakukan. Dosa-dosa besar seperti syirik, membunuh, berzina dan lainnya (ada sekitar 70-an yang ditulis dalam Kitab al-Kabaa’ir karya Imam adz-Dzahabi), kalo itu dilakukan tetap harus meminta taubat secara khusus. Dan, kudu bertaubat secara sungguh-sungguh untuk tidak mengulanginya lagi disertai rasa penyesalan.

Yuk bisa yuk, kita ikhtiarkan agar puasa kita tanpa dosa yang disengaja, dan manfaatkan untuk beramal shalih, serta kesempatan untuk memohon ampunan, bertaubat dari dosa-dosa besar yang pernah kita lakukan. Semoga Allah Ta’ala memudahkan puasa kita dan memberikan keberkahan serta menjaga kita dari perbuatan maksiat. [O. Solihin | IG @osolihin]

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *