Thursday, 25 April 2024, 07:59

gaulislam edisi 452/tahun ke-9 (15 Ramadhan 1437 H/ 20 Juni 2016)

 

Bro en Sis rahimakumullah, pembaca setia gaulislam. Jangan salah baca judulnya ya. Judul itu benar, terutama kata “bukan”. Huruf “k”, bukan huruf “l”. Tertulis “bukan”, bukan “bulan”. Nah, kamu pasti kembali baca judulnya, kan? (hehehe…). Ya, seharusnya Ramadhan bukan beban. Bulan Ramadhan, adalah bulan bonus pahala. Banyak ibadah yang pahalanya dilipatgandakan bagi kita yang mengerjakannya dengan ikhlas dan benar caranya. Jadi, Ramadhan seharusnya disambut dengan sukacita, bukan dukacita. Bukan bulan beban, tetapi bulan nyaman dan bikin senang.

Lalu, mengapa saya menulis judul seperti ini? Tentu ada alasannya. Apa itu? Ih, mau tahu banget atau mau tahu aja? Nah, bingung, kan? Gini, Bro en Sis. Setelah kita jalani bulan Ramadhan selama dua pekan (kalo ketika terbit buletin ini pada 20 Juni 2016, bertepatan dengan hari ke-15 bulan Ramadhan), coba deh kita saksikan beragam polah banyak orang. Ramadhan dan ibadah shaum (puasa) di dalamnya, seharusnya bisa memberikan kesempatan kaum muslimin untuk mendapatkan pahala sebanyak mungkin dengan melakukan banyak ibadah dan meningkatkan kualitas ibadahnya. Eh, yang terjadi malah sebaliknya. Ada yang shalat tarawih pengennya cepet-cepet (emang, mau ke mana sih?). Ketimbang giat bersedakah, malah sibuk ngumpulin buat belanja keperluan mudik dan lebaran. Bagi yang kerja ngarepin dapetin THR, tujuannya bukan untuk memperbanyak sedekah atau menyiapkan keperluan ibadah, tapi malah menggunakannya untuk hura-hura, malam lebaran bukannya berdzikir dan bertakbir, malah nyundut petasan (ih, ngebakarin duit tuh!)

 

Tetap semangat di Ramadhan

Buat kamu yang berdalih bahwa tidur di siang hari bulan Ramadhan itu ibadah, buru-buru deh ralat. Sebab, kalo itu yang diyakini, maka kamu jadinya hobi tidur. Memang sih, bulan Ramadhan di siang hari itu energi kita terkuras kalo banyak kegiatan. Tetapi, tidur bukan pilihan terbaik kalo sebenarnya masih banyak kegiatan lain yang bernilai pahala yang bisa kita kerjakan. Betul?

Banyak kok orang yang kerja di siang hari dan mereka tentu saja nggak tidur (karena kalo tidur nggak bisa kerja dan kalo lagi kerja malah tidur, bisa dimarahi si bos). Ramadhan bukan halangan bagi kita untuk melaksanakan berbagai aktivitas. Apalagi aktivitas itu bermanfaat bagi kita dan kaum muslimin. Misalnya, ikut aktif memakmurkan masjid dengan beragam kegiatan Ramadhan: seminar, bakti sosial, kultum, kajian menjelang buka shaum, nyiapin takjil, tarawih, baca al-Quran, shalat Subuh berjamaah, dan lain sebagainya dan lain sejenisnya yang bisa memberikan nilai tambah pahala bagi kita. Kalo kita tidur mulu tiap hari di bulan Ramadhan, berarti kita nggak bergairah jalaninya. Bisa jadi malah kita merasa beban dengan datangnya Ramadhan, karena merasa terkekang melakukan kegiatan tertentu. Jadi, kita memilih tidur saja. Boleh aja sih, tidur di siang hari bulan Ramadhan. Nggak salah. Tetapi, kalo ada kegiatan yang lebih baik dan bisa kita kerjakan dengan ikhlas, malah jadi produktif dan insya Allah nambah pahala.

Sobat gaulislam, malu dong ah dengan generasi terdahulu yang semangatnya untuk beribadah jadi bergelora di bulan Ramadhan. Banyak amalan yang berpotensi mendulang pahala yang bisa kita kerjakan. Tentu saja, dengan niat yang ikhlas dan caranya benar. Ikhlas semata mengharap ridho Allah Ta’ala. Benar caranya sesuai tuntunan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ini yang terpenting. Jangan sampe juga banyak kegiatan selama Ramadhan, tapi kita melakukannya nggak ikhlas atau caranya salah.

Sekadar cerita aja ya. Semoga bisa menginspirasi kamu semua. Banyak orang lho yang memanfaarkan momen Ramadhan ini untuk lebih banyak beramal shalih. Beberapa masjid yang pernah saya singgahi untuk mengisi acara kajian remaja dan bedah buku di bulan Ramadhan, pengurus DKM dan ikatan remaja masjidnya kompak bikin acara. Salah satu acaraya yang saya isi, kalo nggak kajian remaja sore hari menjelang buka shaum, ya digelar acara bedah buku yang saya tulis. Asik banget tuh. Para aktivis remaja masjid ini semangat bikin program yang unik dan menarik. Salut bin angkat topi, deh. Beneran. Mereka insya Allah nggak merasa beban dan sebaliknya enjoy aja walau adalakanya beberapa kegiatan dilangsungkan pagi hari, ada yang siang hari dan menjelang buka shaum. Keren!

Oya, ngomongin semangat ibadah di bulan Ramadahan, ini ada kisah menarik seputar aktivitas Imam Malik selama di bulan Ramadhan. Mengingat perkataan Ibnu Abdil Hakim tentang kebiasaan Imam Malik, guru dari Imam Syafi’i, selama bulan Ramadhan. Alangkah jauh bedanya. Ibnu Abdil Hakim berkata, ”Jika tiba bulan Ramadhan, Imam Malik menghindar dari membacakan hadits dan bertukar pikiran dengan ahli ilmu.”

Padahal, majelis ilmu itu menarik dan tentu dapat pahala kalo kita terlibat di dalamnya, Tapi Imam Malik rahimahullah meninggalkannya karena ingin meraih keutamaan lebih besar. Diskusi dan menyampaikan pendapat yang islami juga baik. Tetapi Imam Malik rahimahullah meninggalkannya karena ingin meraih yang lebih utama. Lalu apa yang dikerjakan Imam Malik? Ibnu Abdil Hakim berkata, ”Beliau berkonsentrasi membaca al-Quran dari mushaf.”

Jangan salah, lho. Imam Malik rahimahullah bukan tidak hafal al-Quran. Tetapi inilah cara beliau memuliakan al-Quran dan meraih keutamaan. Imam az-Zuhri, seorang ‘alim ahli hadits menerangkan, “Ramadhan itu adalah membaca al-Quran dan memberi makan (fakir miskin).”

Hmm.. rasa-rasanya kalo kita malah sibuk nggak jelas. Baca al-Quran semaunya, shalat tarawih seperlunya, sedekah seadanya, berzikir seingatnya. Duh, jauuuhhh banget dengan aktivitas para ulama, apalagi jika dibandingkan dengan Imam Malik rahimahullah seperti dalam kisah yang saya tulis sebelumnya.

 

Bulan kemenangan

Sobat gaulislam, Ramadhan memang membawa berkah bagi kaum mukminin. Meski secara fisik kita diwajibkan untuk menahan rasa lapar dan haus, plus menghindari segala perbuatan maksiat, namun bukan berarti kita kudu puasa juga dari berbagai aktivitas amal shaleh. Justru di bulan Ramadhan inilah, semangat kaum mukminin sedang puncak-puncaknya. Mulut boleh istirahat seharian dari mengunyah makanan, tenggorokan boleh terasa kering tak dialiri air, perut boleh keroncongan nahan lapar, tapi semangat untuk beraktivitas mulia kudu tetap menyala. Kenyataan ini telah dibuktikan oleh para generasi terdahulu kita. Justru di bulan Ramadhan berbagai kemenangan dapat diraih dengan gemilang. Bahkan sebagian di antaranya ikut menciptakan arah sejarah kehidupan Islam dan kaum muslimin. Ya, Ramadhan memang bulan kemenangan bagi kaum mukminin.

Oya, ngomongin Ramadhan sebagai bulan kemenangan,  nih ada info menarik. Pada 17 Ramadhan 2 H; Perang Badar al-Kubra terjadi. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan pasukannya berangkat dari Madinah pada tanggal 8 Ramadhan. Menurut Ibnu Hisyam, perang ini merupakan kemenangan perdana yang menentukan posisi kekuatan kaum muslimin dalam menghadapi kekuatan kaum musyrikin. Allah Ta’ala telah memimpin langsung peperangan tersebut. Firman Allah: Maka (yang sebenarnya) bukan kamu yang membunuh mereka, akan tetapi Allahlah yang membunuh mereka, dan bukan kamu yang melempar ketika kamu melempar, tetapi Allah-lah yang melempar. (Allah berbuat demikian untuk membinasakan mereka) dan untuk memberi kemenangan kepada orang-orang mukmin, dengan kemenangan yang baik. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (QS al-Anfâl [8]: 17)

Allah Ta’ala mengutus sepasukan malaikat untuk meneguhkan kaum muslimin dan menghancur-leburkan pasukan kaum kafir. Sebelumnya Allah telah meruntuhkan mental orang-orang kafir hingga timbul rasa takut yang amat sangat di antara mereka. Itu tergambar dalam Firman Allah Ta’ala: (Ingatlah), ketika Tuhanmu mewahyukan kepada para malaikat: “Sesungguhnya Aku bersama kamu, maka teguhkanlah (pendirian) orang-orang yang telah beriman”. Kelak akan Aku jatuhkan rasa ketakutan ke dalam hati orang-orang kafir, maka penggallah kepala mereka dan potonglah tiap-tiap ujung jari mereka. (QS al-Anfâl [8]: 12)

Meski Abu Jahal sesumbar bakal memenangkan perang ini, yang terjadi justru sebaliknya. Abu Jahal ini kewalahan dan binasa. Pada pertempuran di bulan Ramadhan ini, 313 tentara kaum muslimin berhasil menghajar telak dan melibas 1000 pasukan kaum kafir Quraisy. Tragisnya, Abu Jahal bin Hisyam al-Makhzumi dan Abu Lahab al-al-Hasyimi, tewas. Sedang Abu Sofyan selamat dan belakangan masuk Islam saat peristiwa Futuh Makkah enam tahun kemudian.

Menurut al-Maqrizi dalam kitabnya yang berjudul Imta’al Asma’, menghitung bahwa jumlah gembong alias petinggi kaum kafir Quraisy yang binasa dalam pertempuran tersebut sebanyak 27 orang, dan yang tewas setelah perang sekitar 20 orang.

Tuh kan, coba, bayangin aja. Dalam keadaan berpuasa, ditambah harus menahan panasnya terik matahari, udah gitu berada di di tengah samudera pasir, dan satu lagi: harus perang. Wah, nggak kebayang deh gimana beratnya. Namun, karena kaum muslimin berjuang dilandasi dengan keimanan kepada Allah Ta’ala, maka rintangan dan hambatan sekuat dan sebesar apapun bukan alasan untuk mundur dan kabur. Justru mereka malah tambah semangat, karena yakin dengan pertolongan Allah. Buktinya, memang benar-benar sukses. Laahaula walaa quwwata illa billahi!

Bagi kaum muslimin, rasa lapar dan haus bukanlah halangan untuk meninggikan kalimah tauhid dan menghancurkan kekufuran. Ramadhan telah memberikan kemenangan yang besar bagi kaum muslimin generasi terdahulu. Bagaimana dengan kita saat ini?

Ayo, jangan jadi Ramadhan sebagai bulan beban, tetapi kesempatan untuk menikmati ibadah dan meraih pahala sebanyak yang kita bisa. Kuatkan niat, sebab Ramadhan (seharusnya) bukan beban. Semangat! [O. Solihin | Twitter @osolihin]