Friday, 29 March 2024, 13:18

gaulislam edisi 800/tahun ke-16 (29 Rajab 1444 H/ 20 Februari 2023)

Bener banget. Teman baik itu yang ngajak kamu kepada kebaikan. Bikin hari-harimu menyenangkan dengan beragam kegiatan bermanfaat. Bukan teman yang ngajak kepada keburukan dan kemaksiatan. Teman baik itu membuatmu sehat jiwa, bukan ngasih racun buat pikiran dan hatimu. Bikin kamu cerdas karena berteman dengan orang baik yang berilmu. Jadi kebawa baik dan shalih karena temanmu juga demikian. Intinya, teman yang baik itu adalah teman yang membawa kepada kebaikan dunia dan akhirat.

Nah, cari deh teman baikmu yang ngajak kamu untuk menggapai kebahagiaan di dunia dan akhirat. Ada? Insya Allah banyak. Hanya saja, memang perlu usaha lebih keras untuk mencarinya. Namun yang terpenting, masing-masing dari kamu kudu meng-upgrade diri menjadi yang terbaik, sehingga nanti ketemu dengan orang-orang baik. Sebab, orang baik nggak akan bisa nempel dan berkawan baik dengan orang yang perilakunya nggak baik. Ini rumusnya, lho.

Beneran. Sebab, pasti nggak nyaman dong kalo kamu yang ingin baik, terus berkawan dengan orang yang nggak baik. Kamu pengennya jujur, dia malah ngajak berbohong. Kamu inginnya rajin shalat, dia malah belokin kamu agar rajin melanggar syariat. Jadi, dari awal mestinya nggak bisa nyambung dan nggak mungkin gabung antara orang yang ingin baik dengan yang maunya nggak baik. Perilaku orang itu memang beragam, meski kalo dipetakan secara garis besar hanya dua, baik dan buruk. Kalo dirinci bisa banyak, misalnya agak baik, baiknya sedang, sangat baik. Begitu pula ada yang sangat buruk, buruknya sedang, dan agak buruk. Intinya kamu bisa memilih dan memilah siapa yang bakal jadi kawan baikmu dalam urusan dunia dan akhirat. Dan yang pasti, ini penekanan, jangan memilih teman yang buruk perilakunya jadi teman akrab. Itu bakalan jadi toxic. Bahaya buat kamu. Catet, ya.

Berteman atau menyendiri?

 Sobat gaulislam, kalo ditanya seperti ini, jawabnya ya tergantung kondisi. Bener. Sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam (yang artinya), “Lebih baik bersendiri daripada bergaul dengan orang-orang yang rusak. Dan lebih baik bergaul dengan orang-orang baik daripada menyendiri.” (HR al-Hakim)

Jelas, ya. Kalo di sekitarmu justru banyak orang yang buruk perilaku dan perangainya, maka menyendiri jadi lebih baik. Begitu pula sebaliknya, kalo di lingkungan sekitarmu malah banyak orang yang perilaku dan perangainya baik, pilihan menyendiri jelas nggak baik. Kudu gaul dengan orang-orang baik agar tertular kebaikan. Nah, biasanya yang sering terjadi itu, memang campuran dalam satu kondisi. Ada yang baik dan ada yang buruk perilaku dan perangainya. Misalnya di sekolah atau di pesantren. Maka, yang perlu kamu lakukan adalah berteman akrab dengan yang baik perilaku dan perangainya. Sementara dengan yang kurang baik perilaku dan perangainya, ya sekadar berteman biasa aja karena ada dalam satu lingkungan. Kalo ada peluang untuk mengingatkan dan mengajaknya menjadi baik, itu lebih baik. Jadi kamu bisa berdakwah mengajak dia jadi baik.

Nah, pertanyaannya sekarang, “siapakah orang yang baik itu?”, tentu ukuran yang pertama adalah keimanan. Kalo dilengkapi dan diperjelas, yakni orang yang harus jadi teman baik adalah orang yang beriman, bertakwa, dan berakhlak mulia. Orang yang baik ini adalah yang beradab. Bukan sekadar beretika, tetapi wajib memiliki tauhid yang lurus. Kalo dia jujur ya dasarnya ajaran agama, bukan karena ingin dipercaya semata sama orang karena ada tujuan duniawi.

Begini penjelasannya. Menurut ajaran Islam, orang yang baik itu adalah yang memiliki iman kepada Allah Ta’ala. Ini dasarnya. Jika iman kuat menancap, maka dia akan menjadi orang yang bertakwa. Takwa itu adalah taat, jika ada perintah dalam Islam dia kerjakan, kalo ada larangan dari syariat Islam ya dia tinggalkan perbuatan yang dilarang tersebut. Jadi, adab kepada Allah Ta’ala ditempatkan di urutan paling utama. Berikutnya, adab kepada manusia, kepada ilmu, kepada alam, dan lain sebagainya yang disyariatkan dalam Islam. Adab kepada manusia, kepada ilmu, kepada alam ini semuanya berlandaskan tauhid, atau dipandang dalam kacamata tauhid. Bukan karena alasan kemanusiaan atau lingkungan dan sejenisnya dalam ukuran manusia. Imam al-Ghazali mengatakan bahwa berkawan dengan orang baik karena Allah adalah salah satu pilar memperkuat agama (Kitab al-Arba’in fi Ushul al-Din, hlm. 63).

Itu sebabnya, memilih teman yang baik itu akan mengantarkan kepada kebaikan. Kalo udah dapet, jangan dilepas. Berkawan akrablah dengan teman yang baik agamanya.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda (yang artinya), “Seseorang dapat dinilai dari agama kawan setianya, maka hendaklah di antara kalian melihat seseorang dengan siapa mereka bergaul.” (HR al-Hakim)

Itu sebabnya, bahaya banget kalo berkawan akrab dengan teman yang buruk. Al-Imam Abu Hatim Ibnu Hibban rahimahullah berkata, “Semua teman duduk yang seseorang tidak dapat mengambil manfaat berupa kebaikan darinya, maka duduk berdekatan dengan anjing lebih baik dibandingkan bergaul dengannya, dan siapa yang suka berteman dengan orang yang buruk perbuatannya maka dia tidak akan selamat, sebagaimana siapa yang suka masuk ke tempat-tempat perbuatan yang buruk maka dia akan dicurigai atau dituduh ikut melakukannya.” (dalam Raudhatul Uqala’, hlm. 103)

Imam Ibnul Qayyim al-Jauziyyah rahimahullah menjelaskan, “Bergaul dengan teman ada dua macam. Pertama, pergaulan berdasarkan kecocokan dalam hal tabiat dan menghabiskan waktu. Pergaulan semacam ini kejelekannya lebih dominan daripada manfaatnya. Paling tidak, hal ini akan merusak kalbu dan menyia-nyiakan waktu. Kedua, pergaulan berlandaskan upaya untuk saling membantu dalam menempuh sebab keselamatan dan saling menasihati dalam kebenaran dan kesabaran. Pergaulan seperti ini merupakan salah satu keberuntungan terbesar yang sangat bermanfaat. Namun, ada tiga hal yang bisa membuatnya cacat:

1) saling berbasa-basi; 2) obrolan dan berkumpul berlebihan di luar batas kebutuhan; 3) berubah niat menjadi sekadar mencari kesenangan dan kebiasaan saja sehingga menghalangi dari tujuan utama.” (dalam al-Fawaid, hlm. 71)

            Nah, jadi kalo di sekitarmu banyak teman yang baik, atau setidaknya ada teman yang baik walau jumlahnya nggak banyak, maka dekatilah dan bergaul dengan mereka. Jangan menyendiri. Oya, perlu diingat juga bahwa teman yang baik bukan berarti dia orang yang sempurna, maka bertemanlah untuk saling melengkapi kebaikan di antara kamu dan temanmu. Saling menasihati dalam kebaikan dan saling mendukung agar tetap bersabar dalam ujian hidup.

Jangan lepaskan teman yang baik

Sobat gaulislam, kalo udah dapat teman yang baik bagimu dan kamu juga adalah teman yang baik bagi temanmu, maka kuatkanlah ikatan pertemananmu. Jangan sampai putus, apalagi lepas menjauh. Sebab, kalo kehilangan teman yang baik, kita pasti merindukannya.

Al-Hasan rahimahullah mengatakan, “Wahai laki-laki, sesungguhnya kehilangan sosok seseorang yang paling berat untukmu adalah kehilangan seorang teman yang jika engkau mengadukan kecemasan atau kebimbanganmu kepadanya, engkau memperoleh darinya pendapat yang menjadi solusi dan nasihat berharga. Di saat seperti itu, tiba-tiba engkau kehilangan sosoknya. Engkau pun berusaha mencari penggantinya tetapi engkau tak bisa mendapatkannya.” (dalam Raudhatul ‘Uqala wa Nuzhatul Fudhala, hlm. 111)

Imam asy-Syafi’i rahimahullah memberi wasiat panjang kepada muridnya, al-Hafizh Yunus bin Abdil A’la rahimahullah. Di antara isinya adalah sebagai berikut, “Wahai Yunus, apabila engkau memiliki sahabat, genggamlah dia erat-erat. Sebab, mencari sahabat itu sulit. Namun, berpisah dengannya itu mudah.”

Maksud beliau adalah, bersemangatlah untuk mencari sahabat yang dapat membantumu untuk taat kepada Allah. (dalam Hilyatul Auliya, jilid 9, hlm. 121)

Betul. Jangan sia-siakan teman yang baik. Sebab, mencari teman baik itu susah, apalagi yang akan dijadikan sahabat, di dunia dan di akhirat pula.

Bang Haji Rhoma Irama juga pernah tuh nasihatin tentang teman dalam lagunya berjudul Sahabat. Eh, kok contohnya lagu Bang Haji Rhoma Irama, sih? Jadi ketahuan deh usianya berapa nih yang nulis. Hahaha… soalnya itu lagu ada di album Soneta Volume 10, yang rilis tahun 1979. Saya sih dengerinnya tahun 80-an, ketika sekolah di SD dan SMP.

Kalo kamu penasaran, ini sebagian lirik lagunya:

Mencari teman memang mudah/‘Pabila untuk teman suka/Mencari teman tidak mudah/‘Pabila untuk teman duka

Sesungguhnya nilai teman yang saling setia lebih dari saudara/Itu hanya mungkin bila di antara kita seiman seagama/Seumpama tubuh ada yang terluka/Sakitlah semuanya

Itulah teman dalam taqwa/Satu irama selamanya/Itulah teman yang setia/Dari dunia sampai surga

Bila teman untuk dunia/Itu hanya sementara/Tapi teman dunia-akhirat/Itu barulah sahabat

Nah, sebagaimana pesan Bang Haji di lagu Sahabat, sahabat itu adalah teman dunia dan akhirat. Beneran. Kan, Bang Haji juga menulis lirik lagunya sepertinya terinspirasi dari hadits nabi yang udah ditulis di atas.

Teman toxic, jauhi!

Sobat gaulislam, teman yang ngasih racun buat kehidupan kamu kudu dijauhi. Terutama kalo kamu nggak bisa menasihati dan membawanya kembali ke jalan yang benar. Sebab, nanti khawatirnya lebih kuat dia dan membawa kamu jadi bagian dari keburukannya. Bahaya. So, lebih baik dihindari, dijauhi. Misalnya aja nih, ada teman yang ngajak untuk melecehkan guru, ngajak nggak taat. Mestinya kamu cegah, tetapi kalo kamu diam aja, atau bahkan setuju, artinya kamu udah kena toxic dia. Sama aja jadinya. Sama-sama buruk perilakumu dengan temanmu itu.

Itu sebabnya, ada dampak buruk jika terlalu banyak bergaul dengan orang fasik. Sebagaimana nasihat dari Syaikh al-Fudhail bin Iyyadh rahimahullah yang mengatakan, “Siapa saja yang bergaul dengan orang lain (fasik) maka dia tidak akan selamat dari dua hal; bisa jadi dia akan ikut membicarakan kebathilan bersama mereka, atau dia akan diam saja jika melihat sebuah kemungkaran atau mendengarnya dari teman-teman duduknya, lalu dia tidak berusaha mengubahnya sehingga dia pun ikut berdosa bersama mereka.” (dalam az-Zuhd karya al-Baihaqy, hlm. 130, dan al-Uzlah karya al-Khaththaby, hlm. 41)

Jadi nih, kalo kamu nggak bisa nyari teman baik buatmu, karena kamu juga masih tertatih-tatih dalam berbuat baik, maka solusi terbaik adalah lari dari teman burukmu, teman yang toxic itu. Bahaya. Ada nasihat bagus nih dari al-Imam az-Zahid Malik bin Dinar rahimahullah yang mengatakan, “Setiap saudara, teman duduk dan kawan yang tidak bisa engkau ambil darinya faedah kebaikan dalam urusan agamamu, maka larilah engkau darinya!” (dalam al-Uzlah Libni Abid Dunya, hlm. 155)

Begitulah. Kamu kudu waspada. Bukan soal nggak enakan sama teman, tetapi lebih nggak enak lagi buatmu di kemudian hari kalo masih bergaul bahkan berkawan dekat dengan teman yang membawa racun buatmu. Bahaya. Itu sebabnya, perbaiki terus dirimu dalam ilmu agama dan akhlak mulia, agar bisa nyambung dengan orang lain yang mungkin saja akan menjadi teman baikmu. Sebab, orang baik akan nyari orang yang baik juga. Nggak mungkin bisa bergabung antara orang baik dengan orang buruk dalam satu ikatan. Nggak sefrekuensi itu namanya. Jadilah orang baik, insya Allah akan mendapatkan teman baik. Kebaikan itu menular, sebagaimana keburukan juga menular. So, cari orang baik dan jadilah orang baik. [O. Solihin | IG @osolihin]