Tuesday, 19 March 2024, 12:52

Oleh Kang Hari Mukti

Agama adalah pegangan hidup kita. Jangan heran jika kita hidup tanpa bimbingan ajaran agama, hidup kita terasa sempit dan gersang. Itu sebabnya, saya selalu mendahulukan pendidikan agama untuk anak-anak dan keluarga saya. Bahkan harus sejak dini diajarkan kepada mereka. Menerapkan disiplin dan tanggung jawab, misalnya. Ketika anak saya masih kecil, yang bisa saya lakukan adalah berusaha memberi teladan yang baik dalam berperilaku di hadapan dia.

Untuk membina kepribadiannya, jika pun ada perbedaan pendapat dalam banyak hal dengan istri saya, saya berusaha untuk menghindari ‘pertengakaran’ di depan anak-anak. Sebab, ia akan merekam apa yang dilihatnya dari perilaku orangtuanya. Sedikit-banyaknya hal ini akan membekas dalam memorinya dan terbawa sampai besar. Dan tentunya itu akan mempengaruhi kehidupannya.

Pendidikan agama pun tidak cukup hanya diberikan di rumah. Untuk itu saya mencarikan sekolah yang bisa menempa anak saya dengan ajaran Islam yang bagus. Itu sebabnya, saya usahakan ketika anak itu bersosialisasi dengan teman mainnya, harus dalam suasana yang islami pula. Ia terbiasa toleran dengan temannya, empati, saling mencintai dan pandai menghargai.

Kalau saya lihat saat ini, banyak keluarga muslim yang sepertinya lebih mementingkan mutu sekolah dalam hal akademiknya saja, tapi miskin dalam nilai dan ajaran Islam. Sehingga, tak jarang yang memasukkan anak-anaknya ke sekolah non-Islam. Padahal itu sangat berbahaya bagi kehidupan anak-anak dan remaja yang sedang membentuk jati dirinya. Sebab, banyak fakta bahwa sekolah non-Islam seringkali mengharuskan seluruh siswanya mengikuti tatacara ibadah mereka. Bukankah ini akan merusak kehidupannya?

Tidak bisa dipungkiri bahwa remaja memang membutuhkan bekal pendidikan agama yang memadai. Inilah yang harus diperhatikan oleh para orangtua. Janganlah hanya karena ingin mendapatkan prestasi bagus dalam nilai-nilai akademiknya, lalu mengabaikan pendidikan agama yang sebenarnya lebih wajib. Maraknya tawuran, seks bebas, terlibat narkoba, lebih disebabkan mereka tidak mengenal agama sebagai pandangan hidup yang harus dipahami, ditaati dan diamalkan.

Saat ini pelajaran agama memang diberikan, tapi tidak membekas bagi kehidupan para siswa. Boleh jadi karena disampaikan dengan normatif belaka. Coba, jika pendidikan agama disampaikan dengan tekanan bahwa ini harus dipelajari, dipahami, dan diamalkan, insya Allah para siswa akan merasa bahwa agama bukan semata-mata tempat untuk mencari ketenangan batin belaka. Tapi akan dipahami sebagai pandangan hidup yang wajib diperjuangkan.

Namun, untuk mendapatkan hasil maksimal dalam membekali remaja dengan pendidikan agama, dibutuhkan peran negara yang serius. Tanpa peran negara, upaya pendidikan agama dan juga pendidikan yang lain masih jauh panggang dari api jika harus mengukur keberhasilannya. Artinya, dibutuhkan peran yang besar dari negara, selain tentunya peran masyarakat dan keluarga tetap menjadi tumpuan. Jadi, jangan abaikan pendidikan agama! []

[pernah dimuat di Majalah PERMATA, edisi Juli 2003]

3 thoughts on “Membekali Remaja dengan Agama

  1. kalo si anak cuma belajar agama dari sekolah2 (negeri), itu nggak cukup, karena si anak hanya dituntut supaya nilai akademiknya bagus, selain itu jam pelajarannya juga kurang (malah dikurangin)…kalo mau mengandalkan peran negara, negara ini negara ‘sekuler’ (pemimpin negeri ini tau Islam cuma assalamu’alaikum sama alhamdulillah doang, sama hukum syariah pada eneg)

    sejauh ini solusinya yang sudah ada seperti rohis dan sekolah berbasis masjid, tapi itu pun belum menjaring secara keseluruhan…

    yah apa boleh buat negara ini masih menjunjung demoralisasi sekuler, akhirnya ormas-ormas Islam independen/masyarakat lah yg harus ambil peran.

Comments are closed.