Thursday, 18 April 2024, 18:04

gaulislam edisi 743/tahun ke-15 (14 Jumadal Akhir 1443 H/ 17 Januari 2022)

Apaan sih kok tiba-tiba judulnya kayak gini? Kesannya menderita banget, ya. Melow gitu deh. Kamu nggak salah kalo ada yang protes soal judulnya. Ini sengaja menulis judulnya demikian untuk buletin edisi kali ini. Hmm.. jujur aja deh. Ini tentang mereka yang putus pacaran. Wah, jadi juga bahas ginian?

Konon kabarnya, jadi mantan memang menyakitkan. Hehehe… sok tahu ya? Padahal saya yang menulis tema ini belum pernah pacaran, jadinya nggak sempat ngerasain jadi mantan pas putus sama pacar. Namun saya insya Allah tahu dan merasakan gimana perihnya jadi mantan pacar. Apalagi kalo pacarnya langsung ganti pacar baru dan dipamerin di hadapan kamu. Kalo inget gitu, bawaannya baper mulu. Kamu mengutuki kegagalan tersebut dan nggak rela udahan dengan pacarmu, malah mungkin berencana merebut kembali pacarmu dengan cara membubarkan hubungan mantan pacarmu dengan pacar barunya itu. Namun kamu lupa bahwa tindakan kamu bisa membuat segalanya jadi kacau.

Nikmati aja meski statusmu mantan. Nggak usah resah atau gelisah. Lebih baik merajut asa yang terkoyak untuk mendapatkan yang lebih baik. Ini momen terbaik dari sebuah kesadaran yang bisa membuatmu jadi manusia yang realistis dan berusaha menjadi yang terbaik dengan melakukan perubahan besar-besaran dalam kehidupanmu. Perubahan yang akan membawa kamu menjadi sabar, serius, bersyukur dan selalu berhati-hati dalam bertindak.

Sobat gaulislam, apa yang perlu disiapkan dalam merajut asa yang terkoyak? Memang sih, sebuah memori yang indah (menurut syahwat) saat pacaran mungkin saja akan membuatmu terbelenggu. Kenangan-kenangannya akan terus memanggil-manggil kamu dari jauh untuk merasakan kembali kehangatan masa itu. Namun, kamu bakalan menyesal atau kecewa begitu faktanya kamu kini statusnya mantan dan kondisi asamu sudah koyak tak berbentuk. Hilang sudah semangat, hilang pula gairah untuk melanjutkan kisah cinta. Jangankan kisah cinta, bisa jadi malah kehidupan pun engan untuk dilanjutkan. Buktinya, banyak juga kan remaja yang mengakhiri jalinan cintanya yang putus di tengah jalan melalui seutas tali yang menjerat lehernya dengan cara gantung diri. Miris!

Oke, yang harus kamu lakukan dalam merajut asa yang terkoyak adalah mengakui kenyataan yang kamu rasakan saat ini. Akui sejujurnya, bahwa kamu sudah menjadi mantan dan mencoba mencari kebaikan dari sisi lain. Selain itu, harus jujur mengakui bahwa pacaran yang telah kamu lakukan itu adalah kemaksiatan. Sehingga nggak bakalan ngulangi lagi. Ini penting agar saat merajut asa yang terkoyak kamu fokus dengan perbaikan tanpa melakukan pacaran lagi.

Tipe manusia

Mengakui dengan jujur itu bagian dari kesadaran. Oya, ngomongin kesadaran, jadi inget waktu ngaji, ustaz saya menjelaskan tipe manusia. Pertama, manusia yang sadar dan dia sadar bahwa dia sadar. Kedua, tipe manusia yang sadar bahwa dia tidak sadar. Ketiga, manusia yang tidak sadar bahwa dia sadar, dan tipe keempat adalah manusia yang tidak sadar bahwa dirinya tidak sadar.

Bingung ya pake istilah sadar? Gimana kalo diganti dengan tahu? Ok, kita bahas satu-satu ya. Pertama, orang yang tahu bahwa dirinya tahu. Ini yang bagus. Sebab, dia tahu dengan kondisi dirinya yang memang mengetahui. Orang seperti ini perlu jadi rujukan. Selama yang dilakukannya benar, tentunya. Jika kamu kondisinya seperti ini, berbahagialah. Sehingga ketika merajut asa yang terkoyak akibat gagal pacaran dan jadi mantan, bisa lebih terarah dan jelas dalam menuju proses kebaikan yang akan kamu tuju.

Kedua, orang yang tahu bahwa dirinya tidak tahu. Ini juga cukup bagus. Dia menyadari bahwa dirinya tidak tahu. Berarti akan mendorong untuk mencari tahu. Akan belajar sampai mendapatkan apa yang ingin diketahuinya. Jika menemukan orang seperti ini pun, kita perlu membantunya dengan memberikan pengetahuan. Bagaimana hubungannya dengan merajut asa yang terkoyak? Ada hubungannya, kok. So, kalo tahu bahwa kamu belum tahu, berarti kamu hanya perlu untuk belajar. Belajar meninggalkan kemaksiatan yang udah dilakukan, dan belajar untuk mencari tahu agar hati ditetapkan dalam kebaikan.

Ketiga, orang yang tidak tahu bahwa dirinya tahu. Ini yang perlu diingatkan terus. Padahal, bisa jadi dia memiliki potensi yang besar. Hanya saja karena malas atau belum belajar maksimal, maka potensinya tak tergali. Tertutupi oleh kemalasan yang luar biasa. Ini harus diajak dan diingatkan secara terus-menerus. Nah, hubungannya dengan merajut asa yang terkoyak, jika kamu dalam kondisi kayak gini berarti kudu merenung dan evaluasi diri dengan lebih jernih. Apakah benar kamu punya potensi yang baik tapi terhalangi dengan ketidaktahuan kamu sendiri? Jika iya, kamu kudu berusaha mendapatkannya agar bisa menjadi tahu mana yang benar dan mana yang salah.

Keempat, orang yang nggak tahu bahwa dirinya nggak tahu. Ini kacau bin parah, Bro en Sis. Maka, biasanya orang model gini ya hidupnya semau dirinya. Padahal nggak punya peta atau jalan yang jelas. Tidak tahu, tapi sok tahu. Bahaya kuadrat tuh. Kalo dihubungkan dengan merajut asa yang terkoyak, berarti orang model gini semau dirinya aja. Jangankan mau merajut asa yang terkoyak, bisa jadi dia malah nggak tahu kalo asanya udah terkoyak.

Saatnya muhasabah diri

Yuk, sebaiknya introspeksi diri, muhasabah diri. Sadari dan mulai berbenah agar bisa merajut asa yang terkoyak gara-gara putus pacaran. Meski perasaanmu babak belur nggak karuan, tetapi dengan kesadaran yang penuh mulailah untuk memperbaiki diri. Jadi mantan tak harus membuatmu terus terpuruk atau mengutuki diri dengan penuh penyesalan yang tak berujung. Realistislah, semua ada hikmahnya. Nggak usah baper mulu.

Asamu yang udah terkoyak tak berbentuk, coba kumpulkan lagi, rajut dengan benang yang baru. Buang memori yang indah ketika pacaran dulu, jangan pernah mengulangi lagi. Percuma indah kalo hanya menurut ukuran hawa nafsu. Bahagianya beda, rasa senangnya beda. Sebab, masih menyisakan dosa. Rajut asa hidupmu dengan lebih dekat menjalin hubungan dengan orang-orang yang ngerti agama. Agar kamu nggak balik lagi ke mantan kamu dan melanjutkan kisah cinta masa pacaran yang menurutmu menyenangkan.

Jangan pula berharap kalo kamu akan dapetin pacar baru. Itu seharusnya sudah tertinggal jauh di belakang masa lalumu yang kelam. Asa yang kamu semai saat ini, seharusnya hal baru. Semua hal yang baik dan jauh dari maksiat. Kamu bisa kok melakukannya, asalkan kamu mau dan yakin dengan pertolongan Allah Ta’ala.

Beneran. Harus menjauhi maksiat. Jangan sampai menyesal di kemudian hari karena belum bertaubat, apalagi ketika sudah di alam kubur. Al-Imam Ibnu Rajab al-Hanbali rahimahullah berkata, “Angan-angan terbesar orang-orang yang telah mati di alam kubur adalah hidup sesaat untuk bertaubat dan beramal shalih yang luput mereka kerjakan. Sementara itu, orang-orang yang masih hidup di dunia ini justru menyia-nyiakan hidup mereka sehingga umur mereka habis percuma dalam kelalaian. Bahkan, sebagian mereka ada yang menghabiskannya untuk maksiat.” (dalam Lathaiful Ma’arif, hlm. 339)

Al-Imam Ibnul Qayyim al-Jauziyyah rahimahullah berkata, “Orang yang cerdas hendaknya mengetahui bahwa para pecandu syahwat dan maksiat akan menuju kepada sebuah keadaan bahwa mereka tidak akan merasakan lagi kelezatan maksiat mereka. Meski demikian, mereka juga merasa tidak sanggup untuk meninggalkannya.” (dalam Raudhatul Muhibbin, jilid, hlm. 470)

Sobat gaulislam, itu sebabnya, kendalikan nafsu syahwatmu, agar selama di dunia dan di akhirat. Jadi mantan pacar, adalah hikmah khusus bagi kamu untuk berubah menata kembali kehidupanmu. Masa lalu yang buruk biarkan saja, tak perlu diingat, apalagi diulang. Buka lembaran baru dengan kebaikan. Jika mau ambil hikmahnya, putusnya kamu dari pacarmu adalah kebaikan. Sikapi kejadian tersebut sebagai salah satu bentuk kasih sayang Allah Ta’ala kepadamu. Bersyukurlah, dan berubahlah ke arah kebaikan.

Al-Hasan al-Bashry rahimahullah berkata, “Pemahaman adalah wadah ilmu, ilmu adalah petunjuk untuk beramal, amal adalah penuntun kebaikan, sedangkan hawa nafsu adalah kendaraan maksiat, harta adalah penyakit orang-orang tidak bersyukur, dunia adalah pasar untuk menyiapkan bekal akhirat, dan kecelakaan besar bagi siapa saja yang kuat menggunakan nikmat-nikmat dari Allah untuk bermaksiat kepada-Nya.” (dalam Adabul Hasan, hlm. 47)

Pacaran itu satu bentuk baku syahwat yang diharamkan. Jangan sampe surgamu ditukar dengan sekejap nikmat syahwat yang haram dan menjerumuskan. Kalo sampe kamu tetap memilih syahwat ketimbang nikmat surga, berarti ada yang eror dengan akalmu. Imam Ibnul Qayyim al-Jauziyyah rahimahullah berkata, “Bagaimana bisa disebut berakal, orang yang menjual surga dan isinya untuk syahwat sesaat?” (dalam al-Fawaid, hlm. 44)

So, mulai sekarang luruskan niat untuk melakukan perubahan ke arah kebaikan. Masa lalu bersama mantan pacarmu harus di-delete dari daftar memori di otakmu. Lupakan dan tak perlu diingat lagi. Buka lembaran baru dan merajut kembali asa yang terkoyak dengan hati dan pikiran yang dipenuhi ketaatan kepada Allah Ta’ala. Bismillah, ya. [O. Solihin | IG @osolihin]