Wednesday, 11 December 2024, 13:24

Lebih dari 54 tahun sudah Israel menjajah Palestina. Selama itu pula Israel menciptakan malapetaka terhadap warga Palestina, khususnya Umat Muslim. Pengusiran, penggusuran hingga aksi penjagalan manusia berlangsung secara sistematis. Secara kemanusiaan, bercokolnya Israel merupakan tragedi yang tak terperikan. Sebuah tragedi panjang yang mengalahkan holocaust Nazi Jerman, bangsa yang ironinya dibenci Yahudi karena melakukan hal tersebut pada mereka.

Dibalik penindasan Israel terhadap Palestina, terdapat sejumlah tokoh-tokoh yang menorehkan sejarah di atas tanah Palestina. Sebagian mereka adalah ?teroris’ kelas wahid, secara politik maupun kekerasan. Sebagian lagi dielu-elukan sebagai pengerek asa penduduk Palestina.

Theoder Herzl

Inilah Bapak Zionis Yahudi. Penggagas negara Israel ini lahir di Budapest, 1860. Herzl lancar berbahasa

www.aboutisrael.co.il/.../sites_preview/big/394
www.aboutisrael.co.il/.../sites_preview/big/394

Jerman dan Prancis, namun lemah dalam bahasa Hebrew, Yiddish dan Rusia; sekuler tulen, intelektual yang kosmopolitan, seorang doktor hukum. Ketika pada tahun 1894-1895 terjadi gelombang antisemit di Eropa akibat pengkhianatan seorang Yahudi-Prancis yang menjadi kapten pada angkatan bersenjata Prancis, yang menjual ribuan rahasia Prancis pada Jerman. Herzl yang tengah menjadi wartawan dan meliput peristiwa tersebut terdorong untuk mengeluarkan gagasan ?negara bagi bangsa Yahudi’. Pada tahun 1896 ia menulis artikel tentang Der Judenstaat (Negara Yahudi) di bawah subtitel ?An Attempt at a Modern Solution of the Jewish Question.’

Awalnya pada Kongres Zionis Internasional pertama di Basle, Switzerland 1897, pemerintah Inggris menawarkan Uganda sebagai ?homeland’. Namun usulan tersebut dimentahkan kalangan Yahudi Eropa Timur. Pilihan ?homeland’ akhirnya berujung pada Palestina yang diputuskan pada Kongres Nasional Zionis VI, dengan ucapan yang dikutip dari Zabur; “Jika aku melupakanmu, Wahai Jerusalem, biarkanlah tangan kananku melupakan kemampuannya.” Herzl mati pada tahun 1904 akibat tekanan pekerjaannya sendiri. Jasadnya dikuburkan di Vienna.

Arthur James Balfour

www.universitystory.gla.ac.uk/images/UGSP0043...
www.universitystory.gla.ac.uk

Lahir pada 25 Juli 1848, pria ini adalah orang kuat yang berdiri di belakang pembentukan Israel. Mantan PM Inggris (1902-1905) dari Partai Konservatif ini bisa dianggap sebagai ?pahlawan nasional’ bagi rakyat Israel. Pada tahun 1905 partai Konservatif mengalami kekalahan yang membuatnya tersingkir dari kursi Perdana Menteri. Namun ia beruntung karena saat David Lloyd George menjadi perdana menteri Inggris, ia diangkat menjadi Sekretaris Urusan Luar Negeri. Saat itu ia melontarkan isu Deklarasi Balfour pada tahun 1917. Sepucuk surat ia layangkan kepada Lord Rotshcild konglomerat Yahudi dan ketua Federasi Zionis Inggris Raya pada tanggal 2 November 1917 yang isinya menyatakan bahwa pemerintah Inggris Raya mendukung sekuat tenaga serta berupaya mengerahkan usaha yang terbaik untuk mewujudkan “Palestina sebagai tanah air bagi rakyat Yahudi”. Deklarasi inilah yang mengantarkan lahirnya Israel pada tahun 1948. Balfour meninggal pada tanggal 19 Maret 1930.

Sultan Abdul Hamid II

Khalifah yang meludahi wajah Herzl, saat gembong Zionis tersebut mengajukan penawaran untuk membeli tanah Palestina. Meski kekhilafahan Islam waktu itu telah melemah namun sultan dengan tegas menolak tawaran tersebut, dan mengusir Herzl.

Syeikh Ahmad Yasin

Ahmad Yasin lahir pada tahun 1938 di desa Al Joura yang terletak di Distrik Selatan Jalur Gaza. Bersama keluarganya ia mengungsi ke Jalur Gaza setelah perang Arab-Israel pada tahun 1948. Kelumpuhan yang dialaminya di masa remaja, akibat latihan fisik yang keras, tidak menjadikannya pemuda yang lemah. Ia pernah bekerja sebagai guru bahasa Arab dan pendidikan agama, kemudian menjadi khatib dan ustadz di mesjid-mesjid di Gaza. Syeikh Ahmad Yasin menjadi khatib yang sangat populer pada masa-masa pendudukan Israel karena keberaniannya mengecam Israel dan mengobarkan perlawanan pada bangsa imperialis tersebut. Pada tahun 1983 ia ditangkap militer Israel dengan tuduhan kepemilikan senjata, membentuk organisasi militer dan melawan negara Zionis. Untuk itu ia ditahan selama 13 tahun. Namun baru 11 bulan menjalani hukuman ia dibebaskan pada tahun 1985 melalui sebuah pertukaran tawanan. Di tahun 1987 bersama sejumlah aktivis Islam ia mendirikan Gerakan Perlawanan Islam Hamas, yang tidak hanya mengguncang Palestina dan dunia Arab, namun juga dunia internasional. Perjuangannya berbuah

berbagai penangkapan dan intimidasi. Pada tahun 1988 ia dideportasi ke Libanon. 18 Mei 1989 bersama ratusan aktivis Hamas ia ditangkap untuk menghentikan serangan ?pisau perang’ terhadap militer Israel. Pada tanggal 16 Oktober 1991, militer Zionis memenjarakannya dengan vonis 15 tahun. Ia didakwa atas 9 tuduhan tindak kriminal, termasuk penculikan, pembunuhan dan pendirian gerakan Hamas. Akibat penganiayaan militer Israel selama masa penahanan, mata kanannya tidak bisa lagi melihat sementara mata kirinya melemah, telinganya mengalami peradangan. Ia pun menderita bronkhitis dan sejumlah gangguan serta peradangan lambung. Pada tanggal 1 Oktober 1997 sang pejuang ini dilepaskan melalui perjanjian ekstradisi pemerintah Yordania dan Israel setelah tertangkapnya dua orang agen Zionis yang terlibat dalam pembunuhan Ketua Biro Politik Hamas Khalid Misha’al di Amman.

Yasser Arafat

Lahir di Jalur Gaza pada tanggal 29 Agustus 1929 dengan nama lengkap Mohammed Yasser Abdul-Ra’uf Qudwa Al-Husseini. Ketika Israel berdiri pada tahun 1948, Arafat bermigrasi ke Mesir. Di sana ia Presiden Pemerintahan Otoritas Palestina ini adalah lulusan Teknik Arsitektur Universitas King Fuad, di Mesir pada tahun 1951. Pada tahun 1958 ia meninggalkan Mesir menuju Kuwait tempat ia bekerja sebagai seorang engineer dan berjumpa dengan Khalil Al Wazir (Abu Jihad). Ia mendiskusikan ide pendirian Al Fatah Gerakan Pembebasan Nasional Palestina. Saat ia kembali ke Palestina ia berjumpa dengan sekelompok aktivis Palestina dan mendirikan Gerakan Al Fatah dan melancarkan operasi pertama pada bulan Januari 1965, ia diangkat sebagai pemimpin gerakan. Ia memimpin perang Al Karamah melawan Israel pada tahun 1968 bersama koleganya di Al Fatah. Karirnya sebagai ketua PLO dimulai pada tahun 1968 sebagai pemimpin yang ketiga setelah Ahmad Ash Shuqiri dan Yahya Hamoda.

Sejak awal Arafat telah mencanangkan berdirinya negara Palestina yang sekuler. Berbeda dengan Hamas, Arafat lebih memilih jalan diplomasi dengan Israel. Termasuk menerima resolusi PBB no. 242 tahun 1993 yang mengakui hak-hak Israel dan keberadaannya. Berkat langkah perdamaiannya dengan Yitshak Rabin, PM Israel, pada tahun 1993 di Oslo Norwegia, ia memenangkan Penghargaan Nobel pada tahun yang sama. Pada tanggal 27 Januari 1996 ia terpilih sebagai Presiden Pemerintahan Otoritas Palestina pada pemilu legislatif pertama, dengan memenangkan 88 % suara. [januar]

diambil dari Majalah PERMATA edisi Mei 2002]