Monday, 9 December 2024, 01:03

Oleh Kang Hari Mukti

Sejak kecil saya memahami bahwa puasa itu adalah suatu perbuatan yang menguntungkan dan bisa menghapuskan dosa-dosa kita. Sehingga, sejak kecil saya memang sudah melakukan puasa. Kebiasaan itu terus terbawa sampai saya dewasa.

Pernah suatu kali pada tahun 1991, saat saya masih menjadi artis, ada tetangga di daerah Gudang Peluru Jakarta bertanya kepada saya tentang makna puasa. Ya, saya jawab sebagaimana pemahaman saya selama ini. Tapi pernyataan tetangga saya berikutnya seperti membalikkan anggapan saya. Menurut beliau, tidak begitu. Sebab, jika di lain waktu kita kembali berbuat maksiat, kembali kepada kebiasaan lama kita, maka itu percuma saja.

Saya kaget, dan terus mikir. Jika memang demikian, berarti selama ini puasa saya bisa dikatakan percuma. Sebab, ketika masih jadi artis, saya memanfaatkan sekali puasa ini sebagai sarana untuk penghapusan dosa. Maka, di bulan ramadhan saya sering nyumbang, shadaqah, bahkan tampil sebagai pengisi acara ramadhan. Tapi kemudian, di luar ramadhan, saya kembali manggung, nyanyi dan kumpul bersama teman-teman yang lain.

Setelah saya menyadari apa yang disampaikan tetangga saya itu, kemana-mana saya ngak lepas dari peci, beberapa bulan kemudian saya beranikan diri untuk menunaikan ibadah haji. Makin mantap saja keyakinan saya ingin berubah.

Sekarang, setelah saya menjadi seperti ini, dan juga punya keluarga, saya sangat senang menghadapi ramadhan ini. Sebab, bagi saya selain ramadhan ini bulan yang penuh berkah, rahmat dan ampunan, saya manfaatkan juga untuk mendakwahi keluarga. Itu sebabnya, di bulan ramadhan biasanya saya membatasi jadwal untuk tabligh. Saya lebih fokus ke keluarga. Karena di bulan ramadhan ini suasananya kondusif sekali. Jadi saya lebih leluasa dalam menyampaikan dakwah di keluarga. Kebetulan, meski tidak jadi teladan, tapi di keluarga saya jadi tempat bertanya segala hal tentang Islam.

Dan karena bulan puasa bagi saya adalah sebagai sarana dalam melatih tanggung jawab, maka saya juga mengajak anak saya untuk melakukan hal yang sama. Saya arahkan kepada pembentukan karakternya. Misalnya saja saya mencoba membiasakan anak saya untuk bangun pagi. Bahkan saya beri tanggung jawab supaya ia bisa bangun sendiri ketika akan sahur. Alhamduilillah, dengan diberi tanggung jawab seperti itu, ia mulai memahami pentingnya sebuah kepercayaan. Sholatnya saya kontrol juga. Sehingga suasana ramadhan itu terasa di setiap waktu. Dari mulai sahur sampai berbuka.

Malamnya saya membangkitkan semangat untuk beribadah, misalnya saya menjadi imam shalat tarawih di keluarga. Sebelumnya saya adakan dulu pengajian untuk mereka. Jadi memang ramadhan ini menjadi momen yang amat penting bagi saya. Selain untuk membentuk karakter bagi keluarga saya, juga memahamkan kesadaran tentang Islam. Dan karena ini sebagai latihan, maka diharapkan bisa dilakukan juga di lain waktu. Sebab, puasa adalah sarana untuk melatih diri supaya konsisten dan komit kepada Islam.

Nah, karena puasa adalah untuk melatih tanggung jawab kita dalam berbuat, maka saya juga menghimbau kepada kalangan artis supaya menjadikan puasa ini sebagai latihan, dan tentunya tidak berbuat maksiat di luar bulan ramadhan. Kalo itu dilakukan, sama saja dengan mengejek Allah. Padahal, kita harus mengharapkan ridho Allah. Saya juga pernah merasa berat sekali untuk meninggalkan maksiat. Ada saja godaannya untuk tetap kembali berbuat maksiat setelah ramadhan berlalu. Itu sebabnya saya dulu berdoa begini: “Ya Allah, kabulkan doaku agar aku mampu meninggalkan maksiat ini.” Alhamdulillah, dengan niat dan kesungguhan yang kuat, saya bisa berubah. []

[pernah dimuat di Majalah PERMATA edisi Nopember 2002]

7 thoughts on “Puasa Melatih Tanggung Jawab

  1. bulan puasa merupakan bulan dimana terdapat 3 keajaiban yg allah berikan dimasa Rosul. kita nabi muhammad.
    DIANTARANYA adalh :
    * bulan dimana diturunkan nya alqur’an yaitu pada 17 romadhan
    * bulan dimana adanya lailatul Qodar
    * bulan ….

  2. Tulisan ini ga benar. Tulisan ini sangat menyimpang dari fakta, banyak berusaha menggiring opini. Sekian banyak pelaku bom sudah terkuak, kenapa masih berteori seolah-olah semua bukti itu salah. Malu ya ngaku…

  3. Tulisan ni gk mmuat ttg pnolakan plaku bom bung ata. Cba nda bdingkn jmlh plaku bom dgn yg b’puasa, jmlh kaum muslim yg d bom n d bntai o/ kaum yahudi dgn orng asing yg mati d sni… ALLAH mmrntahkn u/ m’nghncurkn kmaksiatan (plaku,tmpat,dll). Hny mmg mnusia da yg b’tndak croboh n ksar ato tnang n hlus. Pi mmg umat Islam dah tll bnyk diam mlihat smua kmaksiatan d dnia,diam mlihat saudara’y d bntai hbis2an. Cba pkir lg hei ata sblm b’koment ttg makna puasa. Apakah anda muslim yg dah mlksankn puasa dgn bnar?

Comments are closed.