Saturday, 20 April 2024, 19:36

Oleh: M. Iwan Januar

Setiap lebaran kita mentradisikan silaturahmi dan halal bihalal. Kita datangi orang-orang yang kita kenal; saudara, tetangga, temen nongkrong, temen ngaji, temen sekolah, temen kuliah. Ceritanya sih maaf-maafan. Tapi rasanya lebih banyak ngambil cemilan teman ketimbang menjiwai acara maaf-maafan itu.

Dibalik acara maaf-maafan itu sebenarnya terkandung banyak hal yang positif. Yang sudah pasti saling meminta maaf dan memaafkan itu baik di mata Allah. Selain itu, dengan saling berkunjung dan meminta maaf, kita sebenarnya tengah meningkatkan cara kita berhubungan dengan orang lain. Kita berharap semoga pertemanan kita dengan orang lain semakin dalam dan kokoh.

Sayang seringkali kita kurang menghargai arti pertemanan. Padahal, kamu tahu, dimanapun kita butuh teman. Dalam dunia bisnis kita sering mendengar istilah kolega dan relasi. Contohnya ada seorang kawan saya seorang teknisi komputer. Dia suka diminta membuat dan membetulkan komputer. Karena pertemanannya luas, maka dia mudah mendapatkan pelanggan. Tanpa promosi, cukup teman-temannya yang menjadi ‘agen iklan’nya. Selain itu, kawan saya ini juga punya hubungan dekat dengan pemilik toko komputer. Berkat pertemanannya itu ia sering mendapatkan keperluan kerjanya dengan harga yang jauh lebih murah.

Nah, kita bisa lihat kan satu sisi pentingnya berteman. Dan masih banyak lagi sisi-sisi positif dari sebuah pertemanan. Maka teman adalah aset. Bagian dari modal kehidupan kita. Mau sekolah, mau belajar, mau belanja, mau kerja, bahkan mau nikah aja kita bisa memanfaatkan teman. Banyak teman-teman saya yang menikah setelah dicomblangin temannya, menikah dengan saudara temannya, atau dengan teman dari temannya. Semakin banyak teman kita, semakin besar pula aset yang kita punya.

Tapi tentu saja sebuah aset perlu mendapat perawatan. Begitupula pertemanan kita pun harus dirawat sebaik-baiknya. Banyak hal yang bisa kita lakukan untuk menjaga pertemanan itu. Mulai dari saling berkunjung, kirim sms saat lebaran kemarin, sampai saling memberi.

Mengabaikan pertemanan, apalagi sampai merusaknya sama dengan menghancurkan aset kehidupan kita. Lucu saja, kita mengaku berteman pada seseorang tapi sama sekali tak pernah memberi perhatian padanya. Jangankan berkunjung, berkirim sms atau menelepon saja tak pernah. Apalagi saat teman kita dilanda kesusahan. Manusia itu lebih ingat pada orang-orang yang menolongnya di saat susah, ketimbang yang datang di saat gembira. Bila kita ingin menjadi teman sejati, banyaklah memberi perhatian terutama di saat susahnya.

Namun, dari semua kebaikan yang kita berikan pada teman-teman kita, landasannya harus keikhlasan. Bahwa pertemanan kita semata dilandasi keimanan, tak mengharapkan pamrih selain kasih sayang dari Allah Swt. Adapun kebaikan yang diberikan teman-teman kita itu adalah ‘bonus’ dari pandainya kita menjaga hubungan kita dengan orang lain. Maka, sekarang saatnya kita bertanya pada diri sendiri; apa yang sudah kita lakukan untuk teman-teman kita? Kalau belum, mulailah dari sekarang. Tidak perlu yang besar, cukup perhatian dan kasih sayang.[]

[pernah dimuat di Majalah SOBAT Muda, edisi 14/Desember 2005]

1 thought on “Teman Sebagai Aset

Comments are closed.