Friday, 4 October 2024, 21:51

logo-gi-3 edisi 067/tahun ke-2 (6 Safar 1430 H/2 Februari 2009)

Akhir-akhir ini gue ngerasa banget gimana nikmatnya sehat, entah kenapa selama ini ngga nyadar (pingsan kali ye) kalo sehat itu nikmat banget. Gue bisa jalan ke sono ke mari, main petak umpet, nyebur ke septic tank sampe main layangan sambil mandi. Betapa nikmatnya semua itu.

Kalo lagi sakit emang paling enak pas ada ibu ama bapak di deket kita. Dulu waktu gue masih kecil, ibu yang paling sering cerewet kalo gue sakit, dan ketika bapak lihat kondisi gue, biasanya doi kolaborasi bareng ama ibu gue, untuk mencerewetin gue mumpung lagi sakit, alhasil gue tambah sakit. Eh, maksud gue tambah berat penderitaan gue gitu; udah nggak enak badan, sekarang tambah nggak enak ati juga, tapi ajaibnya justru cerewetnya bapak ama ibu waktu gue sakit yang bikin gue pengen segera sembuh.

Sekarang ketika jauh dari mereka, dan gue sakit, gue jadi kangen banget kecerewetan mereka, entah kenapa sepertinya ada yang missing, sepertinya obat-obatan nggak semanjur dulu, yang secepat kilat segera menjadikan kantong bapak gue kempes (hehe.. maksud gue, menjadikan gue sembuh)

Ketika sakit, kadang gue sempetin nelepon mereka berdua, hanya untuk memberi tahu, gue sakit. Dan so pasti, gue diberondong dengan berbagai pertanyaan dengan metode detektif sekelas Tukul Arwana; jarang istirahat nih mesti, kalo pipis sembarangan ya? Jangan lupa pake celana kalo abis mandi, dll huehuehue selain berat di hati sekarang juga berat di pulsa. Nah, lho keahuan deh modalnya!

Gue baru ngeh kalo ternyata sehat tidak selalu hanya di badan saja, batin kita pun ternyata bisa bikin kita sakit. Dulu gue selalu berpikir kalo orang yang batinnya sakit sama artinya dengan gila, tapi ternyata tidak demikian, buktinya beberapa saat yang lalu waktu gue ngupil pagi sambil dengerin berita di salah satu stasiun televisi, di salah satu sekolah beberapa murid berkolaborasi untuk kesurupan berjamaah, ancur kuadrat. Kenapa juga kesurupan harus berjamaah, oh mungkin setannya terinspirasi sama sholat berjamaah yang pahalanya 27 kali lipet kali ye. Hihihihi….

Masih dengan tema yang sama, beberapa hari kemudian lagi-lagi berita kesurupan berjamaah muncul di media massa, kali ini di tempat dan waktu yang berbeda, tetapi modus operandinya sama. Aneh, selain kesurupan sekarang harus berjamaah ternyata juga mulai menjadi tren, para setan ternyata pada ngikutin tren mode setan lainnya juga, mirip-mirip manusia ato bisa juga para murid saling terinspirasi untuk kesurupan. Ya, siapa tahu di hari itu ada ulangan dari salah satu guru killer, sementara belum siap, akhirnya kompakan aja pura-pura kesurupan. Bisa aja akan? Bukan nuduh lho. Gue cuma nebak-nebak aja. Jaman marah kalo ada yang kena ya!

Kenapa bisa terjadi?

Dengan asumsi emang mereka kesurupan beneran, nah para murid yang mestinya sehat lahir dan batin, karena tidak or belom ada tekanan pikiran yang berat seperti orang yang lebih dewasa, harusnya mereka lebih sulit untuk jatuh sakit, apalagi sakit yang bersifat batiniah seperti kesurupan, ngelamun sambil kencing sembarangan ato kentut sambil pingsan. Kemungkinan apa ya sebabnya, ayo simak terus.

Kalo kamu perhatiin orang yang lagi bangun rumah, biasanya para tukang yang ngerjainnya minta sesajen untuk dipasang di bagian atap rumah. Dari mulai bungkusan kain sampai sesuatu kayak janur gitu, ditempelin di bagian atap rumah yang sedang dibangun. Untung bukan celana gue yang ditempel, bisa jadi angker banget tuh. Jangankan setan, manusia pun nggak bakal berani deket-deket (huhuhuhuhu). Nah dari sinilah salah satunya sumber permasalahan utamanya, kesyirikan. mensekutukan Allah Swt. dengan yang lainnya. Iya ini memang aktivitas yang syereem banget, selain aktivitasnya biasanya emang spooky alias menakutkan, dosanya juga nggak diampuni, rugi banget dah. Rugi double dah!

Di negeri kita emang sudah jamak, kalo lagi melakukan pembangunan biasanya diikuti juga dengan berbagai aktivitas kesyirikan seperti acara sesajenan sampai nanem kepala kerbau (emang bisa tumbuh ya?). Kalo rumah atau tempat kita beraktivitas didirikan dengan diiringi berbagai aktivitas berbau kesyirikan, jangan banyak berharap orang yang tinggal or beraktivitas di dalamnya bakal tenang.

Dalam konteks sekolahan, hal ini diperparah dengan pemilihan lokasi yang biasanya juga ancur kuadrat. Hampir di setiap kota di Indonesia pasti ada cerita sekolahan yang dibangun di atas kuburan. Paling tidak dua sekolah gue dulu, dibangun di atas bekas kuburan, hal ini juga menunjukkan bahwa pemerintah tidak merencanakan pembangunan kotanya dengan baik. Jadi pasti deh pada saat bikin sekolah tersebut, lokasi dijadikan justifikasi berbagai aktivitas kesyirikan untuk mengiringi pendiriannya dan rasa-rasanya tidak begitu mengherankan kalo kemudian murid-murid yang belajar di situ jadi pada kesurupan di kemudian hari.

Kemungkinan keduanya adalah para murid tersebut bersepakat untuk pura-pura kesurupan karena tekanan psikis yang cukup tinggi. Seperti yang sudah kita ketahui, kalo sekolah sekarang tingkat persaingannya cukup tinggi, semua berusaha untuk menjadi yang terbaik dan dalam waktu yang bersamaan berusaha mengalahkan saingannya yang notabene sebenernya temen mereka sendiri. Belum lagi persaingan sosial di dalam masyarakat sekolah itu, dari bersaing menjadi yang terpopuler sampai bersaing menjadi yang paling bau, (huehuehue). Ada anak yang emang tahan banting dan tidak ngaruh dengan kondisi persaingan sosial dan intelektual tersebut, ada juga yang tidak. Gue termasuk orang yang tahan, cuma temen-temen gue aja yang nggak tahan bau gue. Pletak!

Kemungkinan yang ketiga adalah persaingan antar sekolah, sebagai efek dari kapitalisasi pendidikan di Indonesia, persaingan antar sekolah tidak bisa dihindarkan. Dalam persaingan ini, komoditas utamanya adalah murid. Ya, murid adalah komoditas utama persaingan pendidikan ini. Dengan muridlah hasil persaingan intelektual ini ditentukan hasilnya. Murid jugalah yang menentukan ranking sekolahnya terhadap sekolah yang lain. Tidak tertutup kemungkinan dalam persaingan ini, para guru berada dalam posisi sangat tertekan, dari terbebani oleh target hasil ulangan anak didiknya, hingga beban kehidupan karena kurang mencukupinya gaji mereka.

Akibatnya bisa ditebak deh, beban jatuh ke murid, dengan load yang sudah cukup tinggi dan masih dibebani dengan target untuk menjadi yang terbaik, stres dan dipresi menjadi teman sehari-hari, badan kelihatannya sehat tetapi secara psikologis mereka sakit, dan tidak mengherankan gerakan seperti homeschooling menjadi tren akhir-akhir ini, sebagai reaksi atas kondisi pendidikan yang timpang ini.

Penanganannya

Terus gimana dong penanganannya? untuk yang emang hobi berat kesurupan alias udah bawaannya gampang kesurupan, nah ini memerlukan penanganan khusus. Untuk lebih jelasnya silahkan berkonsultasi langsung dengan para ahli ruqyah. Jangan ke dukun, nanti malah tambah kesurupan. Untuk yang standard aja alias biasa aja, ada dua hal yang harus kita lakukan yaitu:

Pertama, perkuat kesehatan badan. Iman yang kuat harus ditunjang dengan badan yang kuat bin sehat, sehingga kamu kudu bisa menjaga kesehatan diri sendiri. Paling nggak nih, ngerti kalo kita harus hidup teratur, makan teratur dan ngupil teratur. Hehehe… ngupil penting juga lho, karena memperbanyak jumlah oksigen yang masuk ke paru-paru lewat hidung.. Hahahaha…

Kedua, memperkuat Iman. Gimana caranya? simple saja. Jauhi semua kemaksiatan dan larangan Allah Swt. Karena iman itu menjadi lemah ketika kita melakukan kemaksiatan dan menjadi kuat karena kita meninggalkan kemaksiatan. Intinya, kalo kita taat kepada Allah Swt., mengikuti perintah dan meninggal larangan yang udah ditetapkan Allah Swt., insya Allah deh iman kita akan tetap kuat terus. Firman Allah Ta’ala (yang artinya): “Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-orang yang percaya (beriman) kepada Allah dan RasulNya,” (QS al-Hujuraat [49]: 15)

Coba untuk meluangkan waktu setiap hari untuk melakukan amalan harian yang telah dicontohkan oleh Nabi saw. seperti, membaca al-Quran sehabis subuh dan maghrib, dzikir pagi dan sore, dzikir setiap kali kita mau memulai aktivitas apa aja yang halal. Baru deh kemudian ajak orang di sekitar kita untuk “mendukung” aktivitas kita. Misal ajak ibu, bapak, kakak atau adik untuk membantu kita melaksanakan aktivitas harian tersebut dan mengingatkan kita kalo lupa.

Kalo itu udah, baru kemudian lihat sekitar kita. Jika kita menemui aktivitas kesyirikan, ingatkan mereka dengan baik. Coba sadarkan mereka, bukan berarti sekali kita ngingetin terus berhenti. Sekali diingetin gagal, jangan menyerah, coba terus sampe bener-bener mentok. Kalo nggak bisa sendiri cari temen, kalo sama temen nggak bisa juga, minta bantuan guru agama kamu atau pak ustad di sekitar tempat tinggalmu. Itulah seninya berdakwah, kita harus terus memutar otak dan berpikir kreatif. Jangan diem saja dan membiarkan kemaksiatan berjalan dengan mulus di sekitar kita.

Ketiga, jaga akal dan pikiran kamu. Cara sederhana dan mudah untuk menjaga akal dan pikiran kita adalah dengan ngaji. Mulai rutin ikutin pengajian, kalo pun ikut pengajian juga jangan tidur aja, cobalah untuk aktif misal dengan menanyakan beberapa hal, coba menanyakan hal yang sama di beberapa pengajian yang berbeda, untuk cross check aja, karena kadang approach seorang ulama berbeda dengan ulama lain, tapi justru di situlah kebarokahan ilmu dalam Islam.

Seimbangkanlah pikiran kamu, jangan selalu mikirin sekolah dan segala aktivitasnya saja, coba untuk secara reguler mikirin dakwah, mikirin kondisi umat Islam di sekitar rumah kamu, luangin waktu untuk menangis terutama waktu sholat malam, pilih teman yang baik, teman yang bisa ikut menjaga akhlak dan akidah kita, dan jangan lupa pilih media (baik tontonan maupun bacaan) yang bermutu misal kayak buletin gaulislam ini (huhuhuhu). Ok deh semoga bermanfaat. [aribowo]

5 thoughts on “Akibat Terlalu Sehat

  1. Makasih atas sumbangan pengetahuan anda, tapi saya mau tanya nih, kalo kita meninggalkan maksiat kita akan menjadi lebih kuat menjauhinya, seperti dalam postingan anda. namun yang saya rasakan benar-benar berbeda justru semakin saya jauh dari maksiat dia semakin mendekat kearahku dan aku semakin tak kuasa menghadapi maksiat…..

  2. Assalammu’alaikum Wr. Wb.

    Saya mau membagi-bagikan buletin Gaul Islam ke teman2 saya,
    Bagaimana cara mendapatkan buletin yang sudah disusun dalam kertas,
    supaya saya tinggal n’Print aja…

    Syukron…^^

    ‘alaikumussalam wr wb
    Kalo mau bagi2kan sambil bisnis boleh juga tuh. Bagi2 ke seluruh teman satu sekolahan (1000 orang gitu). Kita siap menerima pesanan 🙂 Karena kita juga udah cetak gaulislam kok sejak Oktober 2007 lalu. Murah kok, untuk wilayah kota Bogor Rp 350/exp (minimal pesanan 50 exp). Untuk luar kota Bogor Rp 350/exp (minimal pesanan 100 exp) + ongkos kirim ditanggung pembeli. Terbit tiap pekan. Oya, kalo cuma buat konsumsi sendiri sih or tempel di mading buat dibaca rame2, ya ambil aja di sini. Gratis. Ambil aja dari sini. Tapi kalo buat bisnis lagi, harus koordinasi dengan kru gaulislam di Bogor sini. Ok? Untuk koordinasi, kirim e-mail aja ke: buletin@gaulislam.com or SMS/Telp: 0251-7115520. Makasih.
    Salam,
    redaksi buletin gaulislam

Comments are closed.