Wednesday, 11 December 2024, 13:04

edisi 033/tahun I (5 Jumadits Tsaaniy 1429 H/9 Juni 2008)

Kamu yang doyan ngelahap berita pasti tahu dong kasus “Insiden Monas” pada tanggal 1 Juni 2008 lalu? Yup, kasus itu berupa main “timpuk-timpukan” antara ormas Islam dengan para pendukung ormas yang menentang Islam. Sebut aja deh namanya, massa FPI (Front Pembela Islam) yang merupakan salah satu elemen dari Laskar Islam versus massa AKKBB (Aliansi Kebangsaan untuk Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan).

Peristiwa itu disebarluaskan oleh media massa. Emang sih, ada media massa yang terlalu berat sebelah alias memihak salah satu, terutama kepada AKKBB yang katanya berada pada pihak yang menjadi korban ?kekerasan’ FPI. Maka, media sekelas Koran Tempo aja bisa salah nulis berita (kesalahan atau kesengajaan?). Meski demikian, nggak sedikit juga media massa yang menampilkan komentar berbagai kalangan yang menilai bahwa “tak ada asap jika tak ada api”. Artinya, ?penyerangan’ FPI kepada massa AKKBB bukan asal pentung aja, tapi ada sebabnya.

Apa sebabnya? Menurut penelusuran gaulislam di berbagai media massa (televisi, koran, dan internet), ternyata massa AKKBB inilah yang pertama kali bikin provokasi, bahkan menggalang dukungan dari berbagai pihak dan mengiiklankan kegiatannya di beberapa media massa nasional dengan nada “menantang”. Mereka bahkan merasa berada paling depan dalam menyerukan pembelaan dan dukungannya kepada jamaah Ahmadiyah yang udah dinilai sesat oleh Islam. Jelas, ini kan aneh bin ajaib dan tentu nantangin banget. Maka, mendukung jamaah atau organisasi yang sudah jelas dilarang dan dinyatakan sesat dalam pandangan Islam, adalah sebuah keberpihakan dan tentu kita nilai AKKBB berpihak kepada kesalahan.

Bro en Sis, sebagai remaja tentu kamu-kamu jangan cuek bebek aja atau pura-pura menutup mata atas kejadian ini. Benar. Jangan benamkan dirimu dalam urusan pribadimu atau menjauh dari urusan agamamu dan lebih memilih dugem, hura-hura atau suka-suka demi memuaskan nafsu hedonis dan permisif kamu. Nggak lha yauw. Kalo kamu ngaku remaja muslim, maka jangan biarkan dirimu nggak peduli dengan urusan Islam dan kaum muslimin. Sebaliknya, kamu harus berada di barisan terdepan dalam membela dan memperjuangkan Islam. Harus itu! Sebab, hidup-mati kita hanyalah untuk Islam. Bukan untuk yang lain.

Bela siapa? Tentu belain Islam, dong!

Kalo kamu ditanya: “Kamu ngebela siapa?” Jawab aja: “Ngebela Islam dan kaum muslimin!” Itu jawaban tepat. Gimana pun juga kita nggak usah terpancing oleh segala bentuk provokasi. Tapi juga jangan cuek bin nggak peduli dengan kondisi yang ada. Bahkan seharusnya ketika diminta memilih mana yang akan kamu dukung dan kamu bela berkaitan dengan kasus FPI vs AKKBB, kamu wajib bilang: “Aku bela Islam!”. Betul banget. Membela dan berjuang hanya untuk Islam. Bukan untuk seseorang atau bukan untuk golongan tertentu, tapi membela dan berjuang untuk Islam dan kaum muslimin.

Sekarang, kamu wajib ngeh dengan kondisi yang berkembang dari kasus tersebut. Kamu wajib mengenali siapa yang benar dan siapa yang salah menurut ajaran Islam. Emang sih, sekarang opini yang berkembang adalah memojokkan dan menuduh FPI sebagai biang kerusuhan dan sebagai ormas Islam yang tukang bikin ribut, sehingga berbagai kalangan, tentu saja yang berseberangan idenya dengan FPI meminta kepada pemerintah agar ormas Islam tersebut dibubarkan.

Sebaliknya, FPI dan banyak ormas Islam, meminta polisi mengusut para provokator dan aktor intelektual dalam “Insiden Monas” tersebut, yakni para pentolan dan pendukung petisi yang disebar AKKBB yang jika dicermati, nama-nama mereka sih udah nggak asing lagi sebagai pihak yang setuju dengan pluralisme, sekularisme, HAM, dan liberalisme. Tentu aja semua ide itu bertentangan dengan prinsip ajaran Islam. Maka, wajar bila terjadi bentrokan karena sejak awal visi dan misi mereka bertentangan dan bahkan menentang Islam.

Nah, kamu jangan ketar-ketir, apalagi ngeper dan nggak mau terlibat dalam pilihan ini. Ini kenyataan hidup. Bahkan sejak kita memilih Islam sebagai agama dan keyakinan hidup kita, berarti kita udah memilih untuk: diatur sepenuhnya oleh Islam; taat kepada syarat dan ketentuan sebagai muslim; punya keberanian untuk menjaga kebenaran Islam; semangat menyebarkan ajaran Islam kepada siapa pun; dan tentu saja rela berkorban demi Islam. Itu sebabnya, Islam itu pilihan kita. Pikiran dan perasaan kita wajib selaras dengan Islam. Bukan dengan yang lain. Maka, pembelaan kita pun tentu saja hanya kepada Islam. Bukan kepada yang lain.

Mengingkari kemungkaran

Sobat muda muslim, banyak sudah kemungkaran di tengah kehidupan kita. Saat ini bisa kita saksikan dan rasakan bahwa kemaksiatan kian merajalela; kriminalitas meningkat; budaya jahiliyah ditumbuh-suburkan; pornografi jadi menu sehari-hari; merebaknya pemikiran sesat seperti paham liberalisme, pluralisme, sekularisme, kapitalisme dan sejenisnya; aliran sesat pun ikut-ikutan memperkeruh suasana. Jika sudah begini kenyataannya, jelas kita dihadapkan pada kenyataan bahwa semua itu adalah problem yang kudu diselesaikan.

Sebagai muslim, tentu aja kita wajib mengingkari segala bentuk kemungkaran yang ada di tengah-tengah kita. Bahkan sejatinya kita diminta untuk mengubah kemungkaran tersebut supaya kehidupan ini berjalan dengan benar dan baik. Rasulullah saw. Bersabda: “Siapa saja di antara kalian yang menyaksikan kemungkaran, hendaknya mengubahnya dengan tangannya; jika tidak mampu, hendaknya dengan lisannya; jika tidak mampu, hendaknya dengan hatinya. Dan itu merupakan selemah-lemahnya iman.” (HR Muslim; an-Nawawi dalam Syarh Shahih Muslim, juz I, hlm. 356)

Jadi, kita bukan hanya dituntut untuk mengingkari kemungkaran, tapi juga sekaligus diminta untuk mengubah kemungkaran yang kita saksikan. Kalo dalam kasus “FPI vs AKKBB” ini, yang terjadi akhirnya adalah menyeret opini bahwa yang harus dibubarkan adalah FPI, bukan pangkal persoalannya, yakni Ahmadiyah yang wajib dibubarkan. Meski mungkin saja nggak semua orang setuju dengan cara “main pukul” seperti yang dilakukan saudara-sudara dari FPI dan Laskar Islam, tapi adakalanya memang perlu dibikin ?kejutan’ terhadap pihak-pihak yang memang udah terang-terangan menghina Islam dan para pejuangnya. Sori ye, tulisan ini bukan maksud “manas-manasin” atau memperkeruh suasana. Nggak. Kita cuma ingin nunjukkin aja keberpihakan kita kepada Islam. Bukan kepada selain Islam. Setuju kan?

Terlepas dari cara mengingkari dan mengubah kemungkaran yang dilakukan saudara-saudara kita dari FPI dan Laskar Islam, yang wajib kita bela adalah Islam. Bukan yang lain. Maka, nggak perlulah kaum muslimin yang lain ikut-ikutan menghujat FPI dan bahkan meminta pemerintah untuk membubarkan FPI. Justru yang harus ditunjukkan adalah kemuliaan kita sebagai muslim melalui sikap penentangan yang keras terhadap segala bentuk kemungkaran, dalam hal ini justru rasa marah dan benci kita harus dialamatkan kepada musuh-musuh Islam wa man tabi’ahum (dan siapa saja yang mengikuti mereka). Itu sebabnya, ketika menyaksikan adanya kemungkaran, sementara kita sebenarnya mampu mengubahnya namun hanya diam aja, Rasulullah saw. ngasih warning melalui sabdanya: “Tidak satu kaum pun yang di antara mereka ada orang yang berbuat maksiat, sementara mereka lebih kuat dan perkasa ketimbang orang tersebut (yang melakukan maksiat), namun mereka tidak mengubahnya, maka pasti Allah ?Azza wa Jalla akan menimpakan kepada mereka hukuman dari sisiNya.” (HR Ahmad; dalam Musnad Imam Ahmad, juz IV, hlm. 363)

Nah lho, ati-ati deh jangan sampe kita kena marah Allah Swt. hanya gara-gara kita nggak berani mengubah kemungkaran padahal kita mampu untuk melakukannya, bahkan dengan kekuatan “tangan”, yakni fisik. Bukan sekadar lisan (termasuk tulisan) dan nolak dalam hati.

Islam, the way of life

Singkirkan pemahaman, ide, atau ideologi selain Islam (example: pluralisme, sekularisme, liberalisme, HAM, demokrasi, kapitalisme, hedonisme, permisivisme dan sejenisnya). Cuma Islam yang kita jadikan pegangan hidup. Hanya Islam sebagai cara hidup kita. Yes, Islam the way of life. Remaja muslim kudu mulai mengasah kepekaan hati dengan nilai-nilai Islam. Cinta dan benci atas dasar ajaran Islam. Marah dan kecewa pun disesuaikan dengan landasan Islam. Jangan asal cinta, jangan asal benci, jangan asal marah dan jangan asal kecewa. Maka, pembelaan kita bukanlah kepada seseorang dan golongan atau kelompok, tapi tunjukkan pembelaan yang kuat kepada kebenaran Islam dan tentu saja dukungan kepada siapapun yang berjuang membela Islam.

Bro en Sis, banyaknya fitnah dan kerusakan di negeri ini, dan di banyak negeri Muslim di seluruh dunia adalah karena tidak diterapkannya aturan Islam. Islam sebagai cara hidup nggak ditampakkan oleh sebuah kekuatan negara. Hanya ada pada segelintir individu atau kelompok aja. Padahal, kalo Islam diterapkan oleh sebuah kekuatan negara, maka insya Allah segala kemungkaran akan dilibas habis tanpa ampun. Tentu, jika para pelakunya nggak mau tobat padahal sudah dinasihati sebelumnya.

Sekarang ini, banyak kaum muslimin yang ?geregetan’ gara-gara SKB (Surat Keputusan Bersama) tentang pembubaran Ahmadiyah nggak keluar-keluar, ditambah para pendukung kebebasan beragama dan berkeyakinan juga makin nantangin. Daripada makin terprovokasi dan makin gemes bin kesal, kita kampanyekan saja sekalian tentang wajibnya menegakkan Khilafah Islamiyah sebagai institusi yang bakalan ?menghabisi’ seluruh kemungkaran. Sulit ngarepin penyelesaian melalui sistem demokrasi seperti saat ini. Dijamin deh, demokrasi nggak bakalan bisa menyelesaikan masalah. Bahkan yang terjadi adalah menambah masalah baru. Liat aja sekarang. Parah, Bro!

So, seluruh elemen Islam sewajibnya bersatu untuk menegakkan Khilafah Islamiyah. Syariat Islam yang ditegakkan dalam bingkai negara Islam bernama Khilafah Islamiyah, insya Allah akan mampu menjamin keamanan dan memberikan kesejahteraan bagi warga negaranya. Kok bisa? Ya iya lah. Sebab, Islam adalah agama sempurna yang tidak hanya mengatur aspek ibadah ritual, namun juga mengatur aspek kehidupan bermasyarakat dan bernegara seperti aspek politik, ekonomi, pendidikan, militer, dan budaya. Karenanya wajar bila Islam mewajibkan eksistensi negara untuk merealisasikan semua aturan tersebut, sebab tanpa negara mustahil segala aturan bernegara dan bermasyarakat itu dapat terwujud (Imam al-Mawardi, al-Ahk?m as-Sulth?niyyah, hlm. 5)

Oke deh, mulai sekarang, kita tekadkan untuk terus mengkampanyekan dan mendakwahkan Islam sebagai “cara hidup” bagi individu, masyarakat, dan negara. Perbaiki diri kita mulai dari sekarang dengan wawasan berpikir Islam dan perasaan yang islami, agar kita bisa katakan dengan lantang: “Cuma Islam di hati gue!” [solihin: www.osolihin.wordpress.com]

5 thoughts on ““Cuma Islam di Hati Gue”

  1. wah jujur gw salut dg kerja keras fpi selama ini bwt ngelawan kemungkaran, tp gw gak bisa ngingkari kalo tindakan fpi d monas kemarin sedikit brutal …..
    TAPI TETEP & INSYA ALLAH GW SELALU MILIH ISLAM UNK DUNIA AKHIRAT GW

  2. Aduwh…. Udah donkz… Kok sesama muslim saling berantem. Malu dong
    ama dunia. Kalau gini teruz, kaum kapitalis akan tertawa terbahak-bahak
    menertawai kebodohan kita. Ayo umatku bangkitlah. Semoga Allah SWT merahmati umat yang selalu dilanda duka ini. Amin

Comments are closed.