Saturday, 14 December 2024, 00:55

Yup, masih membekas dalam ingatan kita, belum lama ini tepatnya tanggal 20 Mei lalu, Roger Danuarta menggelar pesta ulang tahun ke-21 dengan sangat meriah. Pesta yang konon berbujet Rp 800 juta digelar di sebuah hotel mewah dan disiarkan secara langsung oleh TV 7 selama satu jam. Dalam pesta tersebut artis-artis muda hingga senior Indonesia hadir. Pendek kata, pesta yang tak kalah mewahnya seperti pesta-pesta kalangan jetset Hollywood. Ckckck..

Rupanya langkah anak penata rambut kondang Johny Danuarta ini diikuti teman mainnya di sinetron “Cewekku Jutek�, Agnes Monica. Layaknya sebuah pertandingan, maka perayaan ultah Agnes pun berlangsung mewah. Bahkan kabarnya mengalahkan Roger, yang juga digosipkan sebagai gandengannya.

Ulang tahun cewek yang ngetop lewat sinetron Pernikahan Dini ini melangsungkan pesta ultahnya yang ke 17 di Hotel Mulia, Jakarta dengan biaya yang cukup fantastis; Rp 1 miliar! Gubrak!

Mewah sekali ya? Jangan kaget, Bang Ade Armando dalam tulisannya di rubrik Resonansi HU Republika, 12 Juli 2003 memaparkan, untuk menyewa grand ballroom hotel plus makan malam seribu tamu, ia harus mengeluarkan Rp 400 juta. Ruang pesta yang sudah megah itu pun perlu disulap sehingga pengunjung seolah-olah berada di New York City, lengkap dengan lapangan basket.

Kue ulang tahunnya yang hampir mencapai dua meter, dihiasi miniatur gedung pencakar langit. Di dalam ballroom juga tersedia panggung pertunjukan grup musik R & B untuk mengiringi para selebritis Indonesia berpesta pora sepanjang malam. Salah seorang presenter muda Indonesia, Bertrand, berkomentar, “Pesta ini paling mengesankan bagi anak muda. Its a great party. Rugi banget kalau nggak datang. Kita serasa berada di New York, nih.” (Nyata, 11/7).

Roger dan Agnes adalah dua anak muda yang sedang naik daun di dunia hiburan Indonesia. Kepopulerannya membuat mereka kaya raya. Tapi, jelas keduanya tampak tidak mengerti apa yang bisa mereka lakukan dengan rezeki berlimpah itu. Hmm…

Bang Ade benar, kita juga prihatin banget dengan kondisi yang nggak sehat ini. Betapa mudahnya mereka menghamburkan duit ratusan juta, bahkan miliaran rupiah dalam semalam. Kita nggak ngiri sama sekali dengan kekayaan yang dimiliki Roger dan Agnes. Sori lha yauw. Doi mau ngapain juga dengan uangnya memang urusan doi. Tapi kita punya tanggung jawab moral untuk mengingatkan yang lain, khususnya teman remaja. Juga mungkin beliau berdua itu. (backsound: kalo doi baca tulisan ini…he..he..)

Kita justru malah menyayangkan banget. Uang segitu banyak kan bisa dipake untuk keperluan yang bermanfaat, syukur-syukur disalurkan buat mereka yang kekurangan. Tul nggak? Cuma, kita nggak abis pikir aja kenapa mereka musti melakukan pesta mewah itu? Ya, dalam kondisi tertentu ada orang-orang yang memang ingin dipandang oleh orang lain dengan kekaguman sekaligus kecemburuan. Dalam bahasa psikologi, disebut narsisme (dari kata narcissism) adalah keadaan mencintai diri secara berlebihan.

Bang Ade Armando menjelaskan, mereka yang narsistis bukan hanya tidak peduli pada orang lain, tapi juga ingin menonjol dan dikagumi banyak orang. Budaya narsisme membuat kita ingin orang melihat kita dengan rasa kagum dan cemburu. Pada budaya ini, tak ada tempat bagi sifat rendah hati. Yang ada adalah keinginan agar orang-orang lain berdecak kagum pada apa yang kita miliki. (Republika, 12 Juli 2003)

Roger dan Agnes boleh dibilang udah membuka kran bagi para selebritis lain, atau mungkin juga anak muda negeri ini yang sangat boleh jadi terinspirasi dengan pesta mewah mereka. Siapa tahu kan? Ati-ati deh.

Nyari sensasi?
Langkah paling efektif untuk nyari dan nyuri perhatian orang lain adalah melakukan hal yang sensasional, alias bikin heboh. Pendek kata, carilah kegiatan atau perbuatan yang orang lain nggak berani melakukan itu. Misalnya, kalo kamu pake jas ujan di siang hari yang terik, maka udah dipastikan bakalan banyak orang yang fokus menatap kepadamu. Jika kamu mengepang jonggotmu atau ngecat rambutmu dengan warna ngejreng, kemungkinan besar orang juga bakalan melirikmu. Why? Karena yang kamu lakukan mampu menyedot rasa penasaran orang lain. Di luar kebiasaan seh.

Masih ingat dengan sensasi Demi Moore? Yup,?  doi pernah tampil di sampul majalah Vanity Fair tahun 1991 dengan, maaf, bugil dan dalam keadaan hamil depalan bulan. Atau Edie Brokoli yang make kaos bertuliskan “Fuck Sheila on 7â€? (terus dipecat deh sebagi VJ MTV). Eminem juga pernah digugat ibunya gara-gara lirik lagunya ada yang melecehkan sang ibu. Dasar para pencari sensasi!

Begitu pun Roger dan Agnes, rupanya dua seleb muda negeri ini seperti ingin menunjukkan kepada masyarakat, bahwa mereka adalah selebritis yang berhasil dalam karirnya. Yup, rejeki berlimpah dan juga populer.

Emang sih, Roger sempat mengaku bahwa semula tak berencana untuk menggelar pesta. Ia malah menginginkan perayaan yang lebih sederhana, seperti makan malam bersama keluarga dan teman-teman dekat. “Aku pengennya secara sederhana saja,� kata pemain sinetron “Siapa Takut Jatuh Cinta� ini. Namun, karena ada rezeki dan desakan keluarga Roger akhirnya memutuskan untuk mengadakan pesta (m3-access.com)

Para seleb memang paling mungkin untuk saling unjuk diri. Maklumlah, dalam dunia hiburan kerapkali terjadi perang dingin dengan sesama penghibur. Maka, apa yang dilakukan Roger dan Agnes menunjukkan betapa orang ingin mendapatkan perhatian dan pengakuan dari orang lain, meski kudu menempuh cara-cara yang diluar batas logika umum kita-kita.

Dalam bahasa psikolog Erving Goffman, disebutkan bahwa ketika manusia berinteraksi dengan manusia lain, maka ia ingin agar tumbuh kesan orang lain terhadap dirinya. Maka, seringkali seseorang melakukan apa pun untuk menciptakan kesan pada diri orang lain tentang dirinya. Saat ia melakukan keanehan dalam berpakaian, ia ingin memberikan kesan bahwa ia adalah orang yang nggak jauh dari apa yang ditampilkan dalam gambaran itu. Jika Roger dan Agnes mampu mengeluarkan duit segitu banyak, akan tumbuh kesan orang lain terhadap dirinya; bahwa Roger dan Agnes memang selebritis muda yang kaya raya. Atau mungkin ada yang cemburu kepada mereka. Begitulah…

Mulia tidak dinilai dari harta
Makhluk yang bernama gengsi memang bisa mengalahkan akal sehat. Itu sebabnya, banyak orang yang menganggap bahkan meyakini bahwa kemuliaan pribadi kita bisa diukur dan dinilai dari harta, kedudukan, �settingan’ wajah, juga dari keturunan. Aduh, kalo itu yang jadi ukuran, maaf-maaf aja deh, kamu yang tampangnya PPD alias pas-pasan deh, bakalan tersingkir dari persaingan. Sangat boleh jadi ketika ditawarin membintangi iklan, akan direkomendasikan untuk menjadi model iklan kaos lampu! (Hi..hi..hi.. emangnya petromak?)

Kalo kemuliaan pribadi seseorang diukur dan dinilai dari banyaknya harta yang dimiliki, sangat boleh jadi Bill Gates adalah pemenang-nya. Maklumlah, pemilik perusahan Microsfot ini adalah juragan paling kaya sedunia. Begitu juga jika kemuliaan diukur dan dinilai dari kedudukan seseorang, sangat boleh jadi yang status sosialnya rendah akan selalu berarti memiliki kemuliaan yang level bawah. Faktanya nggak begitu. Dan memang nggak bisa dinilai mulia-tidaknya pribadi seseorang dari ukuran-ukuran di atas. Nggak bisa lha yauw. Lagian, Allah hanya memandang bahwa orang yang mulia di sisi-Nya adalah orang yang bertakwa kepada-Nya. Firman Allah Swt.:

?¥???†?‘?? ?£???ƒ?’?±???…???ƒ???…?’ ?¹???†?’?¯?? ?§?„?„?‘???‡?? ?£?????’?‚???§?ƒ???…?’ ?¥???†?‘?? ?§?„?„?‘???‡?? ?¹???„?????…?Œ ?®???¨?????±?Œ
“Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.� (QS al-Hujuraat [49]: 13)

Oke deh, Roger dan Agnes memang non-muslim, tapi kita juga kudu â€?cerewet’ bahwa bukan mustahil gaya hidupnya akan dicontek para fans-nya yang harus diakui banyak juga remaja Islam. Nah, gawatnya adalah, jika para penggemarnya itu kemudian latah mengikuti gaya hidup mereka. Maklumlah, para seleb adalah â€?posisi’ paling strategis untuk menyampaikan pesan budaya, atau bahkan membuat tren. Mudah nyetel di hati para fans-nya.

Maka jangan heran waktu Gwen Stefani, vokalisnya No Doubt, pake bindi (yang suka nonton film India pasti ngeh deh. Yup, tanda di dahi seorang wanita, yang dalam pandangan masyarakat India menunjukkan status wanita tersebut—masih lajang atau udah berkeluarga). Nah, saat Gwen Stefani make bindi, banyak fans beratnya ikut-ikutan melukis dahinya.

Dalam acara penghargaan Video Music Awards di New York (2002), Alicia Keys berdandan dengan bindi, kain sarung dan tutup kepala ala bintang film Bollywood. Juga, ketika Kristianto “Jamrud� hobi pake topi kupluk dan kacamata hitam, di kampung kita juga banyak anak muda yang ngikutin.

Yup, itu soal tren. Dan Roger-Agnes seperti hendak menciptakan tren pesta ultah yang mewah. Siapa tahu nanti dicontek seleb lain atau juga anak muda di negeri ini. Padahal, kalo kita bicara soal kemuliaan, mulia-tidaknya manusia nggak dinilai dan diukur dari caranya ngadain pesta mewah. Tul nggak?

Sobat muda muslim, kepribadian seseorang hanya bisa diukur dan dinilai dari dua faktor saja; pola pikir dan pola sikap. Ya, cuma dari dua kategori itu. Seseorang yang dikatakan punya kepribadian yang tinggi, adalah ketika doi mampu menggabungkan kekuatan pola pikir dan pola sikapnya. Orang lain tidak akan menilai posisi kemuliaan kita dari banyaknya harta, karena harta sekadar aksesoris belaka. Tapi dari cara kita berpikir dan bersikap. Maka, pada posisi itulah orang akan dinilai mulia atau tidak kepribadiannya. Betul itu.

Nah, jika kita ngomongin kepribadian Islam, berarti pola pikir dan pola sikapnya distandarkan kepada ajaran Islam. Pokoknya, apa kata Allah dan Rasul-Nya deh. Jadi, simak firman Allah: ” Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata.” (QS al-Ahzab [33]: 36)

Sobat muda muslim, cukuplah Roger dan Agnes yang begitu rupa, jangan ada lagi yang ikut-ikutan senewen. Lagian Roger dan Agnes kudu peduli dengan nasib bangsa ini secara umum. Emang sih dikabarkan Agnes juga punya sekian banyak anak asuh, dan sering menyumbang pula, tapi bukan berarti menjadi pembenaran untuk menggelar pesta mewah tersebut. Apalagi hal itu dilakukan justru di tengah kemiskinan yang membelit sekian puluh juta rakyat negeri ini. Tul nggak?

Sekadar tahu aja, laporan tahunan Human Development Index yang baru saja dikeluarkan badan PBB, UNDP. Laporan itu menempatkan Indonesia dalam kelompok 63 negara termiskin di dunia. Walah? (Hmm.. ada benarnya juga dong lagu dangdut Bang Hamdan ATT beberapa tahun yang lalu, “Termiskin di Dunia”, he..he..he..)

Tapi apa boleh buat, meski data dan faktanya begitu, ternyata masih banyak orang kaya di negeri ini yang gampang menghamburkan duit. Baru saja diberitakan bahwa 40 persen dari 600 apartemen mewah Pakubuwono Residences yang baru saja diluncurkan awal Juni lalu dan baru bisa dihuni dua tahun lagi sudah laku terjual. Padahal, harga per apartemen adalah Rp 2,5 miliar sampai Rp 15 miliar! Gejlig!

Beginilah hidup di bawah kungkungan sistem kehidupan kapitalisme, mereka yang punya kekuatan saja yang akan menyantap banyak bagian. Sementara yang lemah, akan terus tak berdaya. Pendek kata, yang kaya makin kaya, yang miskin makin miskin. Kapitalisme memang brengsek! Lihat saja salah satu produknya; gaya orang kaya di sini betah menghamburkan duit, hidupnya nggak jauh dari pesta, pesta, dan pesta. Sedih deh.

(Buletin Studia – Edisi 154/Tahun ke-4/21 Juli 2003)