Friday, 29 March 2024, 16:28

Satu lagi film keluaran Warner Bros telah membuat geger dunia, Harry Potter and the Sorcerer’s Stone. Semuanya; tua-muda, putra-putri dibuat gempar oleh film yang diangkat dari novel terkenal karya JK Rowling, Harry Potter. Film ini konon diramalkan bakal menjadi box office. Gimana nggak, novelnya aja laris manis bak kacang goreng. Padahal kacang goreng aja nggak laku kayak begitu ya?

Sekadar tahu aja, 4 judul buku Harry Potter yang ditulis Joanne Kathleen Rowling ini udah diterjemahkan ke dalam 46 bahasa dan berhasil mencetak angka penjualan sekitar 100 juta kopi. Wah, fantastis bukan? Mungkin aja di antara kamu ada yang termasuk pembaca beratnya. Soalnya emang udah diterjemahkan juga ke dalam bahasa Indonesia.
Sejak peluncuran perdananya di Inggris, 4 Nopember 2001 lalu, kemudian di Amrik dan beberapa negara di Eropa pada 16 Nopember 2001 Harry Potter and the Sorcerer’s Stone dengan biaya produksi 125 juta dolar AS, kini sudah berhasil meraup keuntungan total 239,7 juta dolar AS. (Kompas, 10 Desember 2001).

Seperti pada novel aslinya, cerita di layar lebar ini berkisah tentang petualangan bocah cilik yang pandai menyihir, Harry Potter (diperankan oleh Daniel Radcliffe yang baru berusia 12 tahun). Di sekolah sihir Hogwart itu, Potter nggak sendirian, banyak anak-anak lain yang menjadi muridnya Mr. Dumbledore (diperankan Richard Harris), di antaranya adalah Hermione (Emma Watson), juga ada Ron (Rupert Grint).

Harry Potter memang fenomenal. JK Rowling telah berhasil mengubah dunia, meski lewat fantasinya. Tapi itulah sebuah hiburan. Meski tentu, masih menyisakan persoalan; bahwa bukan berarti hiburan tak lepas dari muatan budaya dan gaya hidup tertentu. Sangat boleh jadi kemudian jadi tren. Bahaya!

Sebagai sebuah hiburan, jelas aja Harry Potter adalah tambang uang yang menggiurkan. Tapi, kita jangan lupa, bahwa hiburan juga acapkali lahir dari sebuah pandangan hidup. Celakanya, bila pandangan hidup tersebut ternyata bermasalah; tepatnya kacau-beliau. Walah?

Bisa dimaklumi, sobat muda muslim. Bukan apa-apa, film ini—termasuk dalam novelnya—full dengan persoalan dunia ilmu hitam. Ini memang warisan dari masa kegelapan Eropa. Sekadar mengingatkan, bahwa masyarakat Inggris sangat percaya dengan hal-hal klenik alias supranatural bin tahayul. Sampe sekarang lho. Ya, nggak jauh beda juga dengan masyarakat negerinya Nini Pelet ini, masih doyan dan percaya dengan hal-hal supranatural; tepatnya ilmu sihir. Hih!

Itu sebabnya, ada juga orang yang keberatan dengan hadirnya Harry Potter ini. Sekadar contoh, pihak Sekolah Dasar Seventh Day Adventist di pinggiran Nunawading, Melbourne telah melarang para siswanya membawa ke kelas buku yang ditulis oleh JK Rowling dari Inggris itu. Menurut pihak sekolah tersebut, novel itu mempromosikan ilmu sihir dan hal-hal supranatural. (Kompas, 26 Nopember 2001)

Belum lagi aksi lainnya. Ambil contoh di New Mexico, ratusan pemrotes dari Komunitas Gereja Kristus membakar buku Harry Potter dan beberapa buku lainnya. Jack Brock, pastor sekaligus pendiri komunitas gereja Kristus ini mengatakan, pembakaran buku Potter pada hari Minggu lalu karena buku tersebut dianggap sebagai karya tipuan setan terbesar. “Buku-buku ini mendidik anak bagaimana mereka bisa menjadi seorang penyihir dan bagaimana melakukan sihir,” kata Brock. (satunet.com, 01/Januari 2002)
Sobat muda muslim, kitapun kudu kritis juga dong. Sebab, ini udah menyangkut hajat hidup orang banyak. Setidaknya, kita kudu berupaya memberikan gambaran yang benar terhadap persoalan ini. Kamu bisa bayangin deh, gimana kalo seandainya adik-adik kamu jadi ikut-ikutan berperilaku seperti Harry Potter cs yang pandai menyihir? Berabe kan?
Itulah sebabnya kita mengangkat tema tersebut di buletin kesayangan kita ini. Tujuannya, tentu supaya kamu juga bisa ngejelasin lagi persoalan ini kepada yang lain.

Bahaya terselebung
Sekilas! Yup, kesan sekilas tapi sering hadir bisa membangun opini. Kalo kamu nonton acara musik di tivi, apalagi ada video klipnya. Sementara yang muncul dalam tayangan itu adalah gambaran tentang gaya hidup ala remaja Barat. Niscaya (cieee..), kamu bisa terpengaruh, meski sekilas banget. Suer, kalo di video musik itu ditayangan adegan, maaf, “guletâ€? cowok-cewek, meski sekilas, lama-lama bisa bikin opini: bahwa itu boleh dan sah-sah saja kamu lakukan. Walah? Di film juga sama. Kamu pernah nonton film Eraser-nya Arnold Schwarzenegger? Hmm, di situ ada dialog tentang terorisme. Pandangan Barat, bila ngomongin soal terorisme, pasti yang ditunjuk hidung adalah Islam, diwakili bangsa Arab. Dalam salah satu adegan dialognya, Arnold menuduh bahwa Hammas—kelompok perjuangan rakyat Palestina–adalah teroris. Walah?

Bisa kamu bayangkan akibatnya, meski sekilas, itu bakalan bikin opini umum. Berbahaya banget kan? Dan, siapa tahu ada di antara teman kita yang kebetulan nonton film itu langsung teropini bahwa Hammas memang jahat dan bajingan, plus teroris. Aduh biyung.
Nah, ngomongin soal film Harry Potter, berarti di sini ada misi terselubung untuk mencuci otak penontonnya (dan juga pembaca novelnya). Paling nggak, penulis novel dan juga pembuat film ini. Tapi dengan catatan, bila mereka berpikir politis. Artinya mereka memang sengaja menciptakan jalur khusus untuk menjerumuskan kita ke dalam kesesatan.

Tapi, kalo mereka termasuk “polos�, artinya semata hanya soal pertimbangan bisnis semata. Maka tentu mereka menganggap bahwa hiburan bebas nilai dan yang penting mendatangkan keuntungan. Prinsipnya: bodo amat, orang mau keder apa kagak karena hiburan tersebut, yang penting doku masuk kocek. Full. Habis perkara.

Wuah, dua-duanya sama bahayanya sobat muda muslim. Kalo begitu, hiburan bisa berubah jadi ancaman dong? Boleh jadi, inilah yang kita maksud bahaya terselubung itu. Ancaman yang dibungkus dalam sebuah hiburan. Dan biasanya, orang lebih memaklumi sebuah hiburan. Seni, begitu kata mereka.

Kalo bicara masalah ini, maka hampir semua hiburan saat ini sulit dicari mana yang mengajarkan kebenaran. Ya, ibarat rumah yang hampir semuanya bocor, maka pertanyaan yang tepat adalah menanyakan mana yang nggak bocornya. Tul nggak?
Coba kamu runut dari mulai film anak-anak, remaja, sampe dewasa. Nyaris semuanya nggak bener. Film Shinchan misalkan, itu bisa berbahaya meski diselubungi dengan kelucuan. Doraemon, menciptakan kahayalan yang nggak-nggak. Tom and Jerry, Tweety and Silvestre doyan mengajarkan kekerasan. Yang lokal punya seperti sinetron Jin dan Jun, Jinny oh Jinny, Tuyul dan Mbak Yul, bikin keset hati dan meracuni otak anak-anak. Wah, pokoknya bejibun deh. Pun untuk konsumsi remaja dan dewasa, seperti telah kamu ketahui, nyaris tak ada yang memberikan arah kepada kebenaran Islam. Kasihan deh umat!

Sekilas tentang sihir dan ilmu sihir
JK Rowling boleh kaya raya mandi uang dan bangga karena karyanya telah menggemparkan masyarakat dunia. Juga boleh jadi ada setitik rasa puas menghadirkan kembali ilmu sihir—meski lewat fantasinya. Tapi kudu diingat, bahwa apa yang diajarkannya bisa berdampak buruk bagi masyarakat penonton dan pembacanya. Sangat boleh jadi, jika di kemudian hari ilmu hitam itu?  kembali menjadi pilihan manusia untuk menyelesaikan problem kehidupan yang makin menghimpit ini. Sebab, aplikasinya bisa banyak. Dan semuanya untuk menyenangkan dirinya. Misalnya, kalo kesel-kesel dengan saingannya, bisa aja menggunakan jasa tukang sihir untuk menyantetnya. Walah, itu namanya udah kebangetan. Parah banget, deh.

Sakadar ngingetin, Islam menentang keras perbuatan sihir dan tukang sihir. Tentang orang yang belajar ilmu sihir, Allah Swt. berfirman:

?ˆ???…???§ ?‡???…?’ ?¨???¶???§?±?‘?????†?? ?¨???‡?? ?…???†?’ ?£???­???¯?? ?¥???„?§?‘?? ?¨???¥???°?’?†?? ?§?„?„?‘???‡?? ?ˆ???????????¹???„?‘???…???ˆ?†?? ?…???§ ?????¶???±?‘???‡???…?’ ?ˆ???„?§?? ?????†?’?????¹???‡???…?’ ?ˆ???„???‚???¯?’ ?¹???„???…???ˆ?§ ?„???…???†?? ?§?´?’?????±???§?‡?? ?…???§ ?„???‡?? ?????? ?§?„?¢?’?®???±???©?? ?…???†?’ ?®???„?§???‚ ?? ?ˆ???„???¨???¦?’?³?? ?…???§ ?´???±???ˆ?’?§ ?¨???‡?? ?£???†?’?????³???‡???…?’ ?„???ˆ?’ ?ƒ???§?†???ˆ?§ ?????¹?’?„???…???ˆ
Dan mereka itu (ahli sihir) tidak memberi mudharat dengan sihirnya kepada seorangpun kecuali dengan izin Allah. Dan mereka mempelajari sesuatu yang memberi mudharat kepadanya dan tidak memberi manfaat. Demi, sesungguhnya mereka telah meyakini bahwa barangsiapa yang menukarnya (kitab Allah) dengan sihir itu, tiadalah baginya keuntungan di akhirat dan amat jahatlah perbuatan mereka menjual dirinya dengan sihir, kalau mereka mengetahui. (TQS al-Baqarah[2]: 102)

Rasulullah saw. menilai sihir sebagai salah satu dari dosa besar yang bisa merusak dan menghancurkan suatu bangsa sebelum terkena kepada pribadi seseorang, dan dapat menurunkan derajat pelakunya di dunia ini sebelum pindah ke akhirat. Nabi bersabda: Jauhilah tujuh perkara besar yang merusak. Para sahabat bertanya: Apakah tujuh perkara itu, ya Rasulullah? Jawab Nabi, yaitu: 1) menyekutukan Allah; 2) sihir; 3) membunuh jiwa yang oleh Allah diharamkan kecuali karena hak; 4) makan harta riba; 5) makan harta anak yatim, 6) lari dari peperangan; 7) menuduh perempuan-perempuan baik, terjaga dan beriman. (HR Bukhari dan Muslim)

Sebagian ahli fiqih menganggap, bahwa sihir itu berarti kufur, atau membawa kepada kekufuran. Sementara ada juga yang berpendapat: ahli sihir itu wajib dibunuh demi melindungi masyarakat dari bahaya sihir. Al-Quran juga telah mengajarkan kepada?  kita supaya kita berlindung kepada Allah dari kejahatan tukang sihir, yaitu firman-Nya:

?ˆ???…???†?’ ?´???±?‘?? ?§?„?†?‘?????‘???§?«???§???? ?????? ?§?„?’?¹???‚???¯

(Dan aku berlindung diri) dari kejahatan wanita-wanita tukang sihir yang menghembus pada buhul-buhul, (TQS al-Falaq [113]: 4)

Menghembuskan pada buhul-buhul (simpul) adalah salah satu cara dan ciri yang dilakukan para tukang sihir. Dalam salah satu hadis dikatakan: Barangsiapa meniup simpul, maka sungguh ia telah menyihir, dan barangsiapa menyihir maka sungguh dia telah berbuat syirik.” (HR Thabarani)

Sebagaimana halnya Islam telah mengharamkan pergi ke tempat dukun untuk menanyakan perkara-perkara ghaib, maka begitu juga Islam mengharamkan perbuatan sihir atau pergi ke tukang sihir untuk mengobati suatu penyakit yang telah dicobakan kepadanya, atau untuk mengatasi problem yang sedang dideritanya. Cara-cara semacam ini tidak diakuinya oleh Nabi sebagai golongannya. Sebagaimana sabdanya: Tidak termasuk golongan kami, barangsiapa yang menganggap sial karena alamat (tathayyur) atau minta ditebak kesialannya dan menenung atau minta ditenungkan, atau menyihir atau minta disihirkan. (HR Bazzar)

Haramnya sihir di sini tidak hanya terbatas kepada si tukang sihirnya saja, tetapi juga meliputi setiap yang percaya kepada sihir dan percaya kepada apa yang dikatakan oleh si tukang sihir itu.

Kemana media Islam?
Betul. Kita berharap banyak ada orang atau pihak yang bisa membela dan menyuarakan Islam dengan benar. Aksinya amat diperlukan dalam kondisi saat ini, lho. Bener. Di tengah gelombang arus informasi yang kian cepat ini, bukan mustahil kalo kita bakalan kebawa arusnya yang deras. Sementara, kita kudu mengakui, nggak semuanya informasi itu membawa berkah. Sebaliknya, justru malah membawa malapetaka. Contohnya Harry Potter ini, bagaimanapun, ide rusak yang dikemas dalam bentuk hiburan ini bakal menyulap pemikiran pembaca dan penontonnya. Maka, bila tak ada langkah pencegahan, wah, jangan salahkan mereka aja bila akhirnya kaum muslimin jadi berantakan pemikirannya. Sebab, ada yang salah juga dari kita. Yakni, diem aja atau bahkan larut dalam gaya hidup yang diajarkan mereka (musuh-musuh Islam).

Kita, remaja Islam sebenarnya sangat berharap akan ada media Islam yang mampu bersaing dengan media-media lain. Apakah majalah atau tabloid, juga novel, pokoknya bisa tampil memikat, gaul, ngertiin gaya remaja dan tentu saja menampilkan wajah Islam yang ramah.

Lagipula, untuk urusan dakwah bukankah keikhlasan dan keseriusan menjadi prioritas. Sekarang pilih mana; membiarkan terus remaja dan anak-anak kita tenggelam dalam bacaan dan tontonan yang �menyesatkan’ atau memberikan bacaan dan tayangan alternatif yang �mencerahkan’? Rasanya semua sudah tahu jawabnya.

(Buletin Studia – Edisi 079/Tahun ke-3)