Friday, 26 April 2024, 14:55

logo-gi-3 gaulislam edisi 115/tahun ke-3 (18 Muharram 1431 H/4 Januari 2010)

Sebuah message singkat di HP dan email gue seminggu yang lalu mengingatkan kalo minggu ini sudah waktunya gue nulis lagi buat gaulislam. Pertama baca seneng sekaligus sedih. Seneng karena bisa ketemu lagi dengan para pembaca setia gaulislam. Namun sedih karena waktunya pas banget dengan libur panjang. Karena dikejar deadline, jadi nggak bisa all out nih selama liburan. Eh emang liburan ini gue mau ngapain ya? Hmmm… setelah mikir 3 Jam 10 menit 3 detik, kok masih blank! Walah kok blank? Gue lupa bikin rencana liburan! Ohh noooo.

Emang setiap akhir tahun selalu ditandai dengan musim liburan yang panjang. Waktu liburan yang cukup lama ini praktis bikin kita enjoy banget. Sehingga ujungnya kita malah lupa nggak ngapa-ngapain alias nggak planning libur panjang ini mau buat apa. Situasi yang sama juga ngga beda jauh bagi para pekerja. Karena stres dan beban kerja yang entah kenapa nggak ada habisnya, tiap kali ketemu ama yang namanya liburan, mereka seneng banget, persis kayak kodok ketemu aer, eh nyambung nggak sih? Bagi mereka yang penting tidak kerja dan bisa menikmati hari-hari nyantai tanpa tekanan kerjaan dan deadline.

Dari awal bulan Desember kemaren, suasana sudah berubah dengan drastis. Semua target harus beres dalam waktu singkat. Alhasil, dari awal bulan, load sudah tinggi. Para pekerja ngejar taget kerjaan mereka, anak-anak sekolah juga ujian di bulan tersebut. Sehingga selesai ujian nyetel banget dengan jadwal libur panjang. Intinya semua kegiatan rutin dipaksakan untuk match dengan liburan. Dalam hal ini, liburan tidak bisa diganggu gugat, alias penting banget gitu loh. Selain itu pergantian tahun selalu diwarnai dengan perayaan yang katanye untuk memperingati pergantian waktu. Sepertinya perayaan tersebut untuk menghargai waktu yang telah berlalu, tapi kenyataannya apakah demikian?

Nah, mumpung masih di bulan Muharram, yang juga bertepatan dengan bulan Januari di hitungan kalender masehi, kita coba bahas masalah ini dari sudut pandang Islam.

Urgensi Waktu

Di antara ciri seorang muslim adalah pribadi yang konsen pada waktu. Seorang muslim seharusnya tidak patut menunggu dimotivasi oleh orang lain untuk mengelola waktunya. Sebab, mengelola waktu merupakan kewajiban pribadi bagi seorang muslim. Islam menganggap perhatian terhadap pentingnya waktu adalah salah satu indikasi keimanan dan bukti ketakwaan. Allah Swt. berfirman (yang artinya): “Sesungguhnya pada pertukaran malam dan siang itu dan pada yang diciptakan Alloh di langit dan di bumi, benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaanNya) bagi orang-orang yang bertakwa.” (QS Yunus [10]: 6)

Pren, Islam menempatkan ibadah ritual dalam bagian waktu, seperti sholat 5 waktu yang mengepung seluruh hari, Ibadah haji, puasa, zakat dan ibadah lainnya. Bagi seorang muslim, menghargai waktu dan menjaga penggunaannya sudah merupakan menu harian, yang mungkin tanpa kita sadari sudah kita anggap sebagai sebuah kebiasaan. Karena kita tinggal di negara yang sebagian besar penduduknya muslim, penyesuaian aktivitas dengan jadwal ibadah kita, bukan lagi sesuatu yang aneh. Lain halnya kalo kita ada di negeri yang didominasi oleh masyarakat non muslim. Pernah suatu ketika gue di negeri orang, suatu pagi gue keluar hotel untuk berangkat ke kantor. Gue inget bener waktu itu pukul 7.30 pagi. Lha kok sepi bener jalan raya? Pada kemana nih orang-orang? Setelah clingak-clinguk nggak karuan, baru sadar kalo ternyata orang-orang di sini baru mulai beraktivitas, dan suasana di sono mirip banget dengan suasana kalo jam 6 pagi di Bogor.

Bro, jangan dikira waktu diberikan begitu saja tanpa adanya pertanggung jawaban kelak di akhirat. Rasulullah saw. bersabda (yang artinya): “Dua telapak kaki hamba tidak akan bergeser dari tempatnya pada hari kiamat nanti, sehingga ditanya tentang empat hal: tentang umurnya—dalam hal apa ia dihabiskan?; tentang masa mudanya—dalam hal apa ia dibinasakan; tentang hartanya—dari mana diperoleh dan dalam hal apa diinfakkan?; serta ilmunya—apa yang dia lakukan dengannya?” (HR at-Turmudzi)

Begitu pentingnya waktu dalam Islam sehingga pemanfaatannya pun akan dipertanggung jawabkan kelak di akhirat. Walaupun kita memperolehnya gratis banget, tapi kita tetap tidak terlepas dari tanggung jawab sehingga kudu menggunakannya dengan baik. Dari semua hal dalam Islam, masalah waktu ternyata menduduki tempat yang sangat penting. Itu sebabnya, para ulamapun sangat menghargai waktu. Sebagai contoh adalah pendapat Ibnu Qoyyim dari kitab al-Fawaid: “Sikap menyia-nyiakan terbesar adalah menyia-nyiakan hati dan waktu. Menyia-nyiakan hati timbul dari mengutamakan dunia atas akhirat, sedang meyia-nyiakan waktu muncul dari panjang angan-angan. Seluruh kerusakan berhimpun pada sikap mengikuti hawa nafsu dan panjang angan-angan, sebagaimana seluruh kebaikan berhimpun pada sikap mengikuti petunjuk Allah Swt. dan bersiap-siap untuk berjumpa Allah Ta’ala yang maha dimintai pertolongan”.

Boys and gals, anggaplah sebuah lempengan besi seharga 50 rupiah. Kalo besi tersebut dicetak dalam bentuk baut, harganya pun berubah menjadi lebih mahal, mungkin jadi 500 rupiah. Kalo dicetak dalam bentuk pisau, harganya bisa jadi ribuan rupiah. Lain lagi kalo dicetak menjadi arloji, harganya bisa menjadi ratusan ribu dan bahkan jutaan rupiah.

Waktu ibarat lempengan besi. Sejauh mana upaya yang dicurahkan untuk mengelola, mengorganisir dan mengoptimalkan pemanfaatannya, maka sejauh itu pula harga yang dimilikinya. Selain itu kita juga kudu inget kalo waktu adalah modal paling unik yang kita punya, karena modal tersebut tidak mungkin diganti dan tidak mungkin disimpan dulu baru kita pake nanti. Dan kita juga tidak mungkin membeli waktu yang kita butuhkan. So, artinya waktu adalah sesuatu yang tetap, tidak bisa diganggu-gugat, so take it or leave it.

Momen awal tahun dan cara pemanfaatannya

Karena kebetulan pas banget artikel ini dengan awal tahun 1431 hijriah dan bertepatan dengan tahun 2010, so mari kita gali lebih dalem bagaimana kita bisa memanfaatkan momen awal tahun untuk bisa mengoptimalkan pemanfaatan waktu kita setahun ke depan.

Pertama, permasalahan utama dalam pemanfaatan waktu adalah banyaknya kegiatan atau keinginan yang pengen kita kerjakan namun terbatasnya waktu yang kita punya. So, langkah pertama kita harus menentukan target/prioritas tahunan kita. Prioritas adalah semua hal yang kita anggap penting untuk bisa terlaksana. Namun perlu diingat, prioritas di sini tidak boleh bertentangan dengan Islam. Itu sebabnya,  jangan deh merencanakan mau ngerampok, maling ato nyopet, mending cari prioritas lain yang lebih syari semacam, naik haji, qurban, atawa bisa sadaqah reguler.

Kedua, untuk membuat prioritas dapat dimulai dengan menuliskan semua hal yang ingin kamu capai/kerjakan dalam tahun ini. Setelah daftar selesai, kemudian buatlah prioritas mana yang lebih penting untuk dicapai terlebih dahulu. Langsung susun ulang daftar target tahunan kamu sesuai dengan skala prioritasnya. Bila daftar sudah selesai, coba cross check dengan orang lain mengenai daftar prioritas tahunanmu. Ini penting untuk memastikan kita telah menyusun prioritas dengan optimal. Oya, ini karena manusia cenderung menyusun prioritas sesuai dengan keinginannya/hal yang disukainya, bukan berdasar pada hal yang diperlukannya/dibutuhkannya.

Ketiga, bila target tahunan sudah dibuat, pikirkan kapan target tersebut mau dicapai dalam tahun ini. Misal pengen bisa zakat fitrah tahun ini, kudu dilihat di kalender kapan bulan ramadhan akan tiba tahun ini. Jangan sampai kelewat bulan ramadhan baru inget, itu namanya pengen doang tapi nggak serius. Nah, untuk memastikan kita tidak lupa, bisa dengan cara tandain tuh kalender di kamarmu, atau tempel target tahunanmu di dinding kamar plus masukin semua target kamu dan waktunya ke remainder HP kamu. HP jangan hanya dipake untuk facebook-an ama sms-an doang.

Keempat, bila target tahunan sudah beres, saatnya untuk break down ke target bulanan. Sesuaikan dengan target tahunan kamu yang ingin dicapai. misal pengen bayarin zakat harta, kudu dihitung dari awal, berapa jumlah uang yang harus kita keluarkan untuk zakat tersebut. Kalo kudu nabung dulu, bisa direncanakan dari awal tahun, kapan kita mulai nabungnya. Dalam membuat target bulanan bisa juga kita tambahkan jadwal ibadah sunah tahunan.  Misalmnya, kapan kita harus puasa sunah dalam setahun. Kalo ramadhan kemaren bolong-bolong puasanya, bisa kita rencanakan kapan untuk meng-qodhonya sebelum datang ramadhan tahun ini, dan sebagainya.

Kelima, bila target bulanan sudah beres, masukkan ke dalam remainder kamu, bisa berupa kalender yang dicoret-coretin, diary, remainder HP kamu ato semua sistem yang biasa kamu pake untuk mengingatkan kamu, akan hal-hal yang penting.

Keenam, dengan metode yang sama, bisa kamu gunakan untuk menyusun target mingguan dan harian kamu. Cuma dari pengalaman gue, sebaiknya berhenti sampai target mingguan saja. Sebab, gue pernah bikin. Di awal gue bikin target gue sampai harian. Eh, yang terjadi alhamdullilah memang kepengenan gue banyak yang tercapai. Cuma kemudian kita jadi nggak manusia lagi, loh? Jadi setan? Nggak juga, cuma kita jadi cenderung selfish (mementingkan kepentingan kita sendiri). Kita jadi ngga flexsibel lagi, karena bagaimana pun juga, pasti akan muncul hal-hal yang sifatnya aksidental dan tidak bisa kita prediksi sebelumnya. Sebagai manusia kita harus bisa mengakomodasi perubahan mendadak ini, dan tetap mempertahankan kemampuan kita sebagai makhluk yang luwes dan mampu beradaptasi dengan baik terhadap perubahan realita di sekitar kita. So, tidak perlu kamu menyusun jadwal sampai detail sekali, karena harus tetap disediakan waktu untuk hal-hal yang tidak terduga.

Ketujuh, pindahkan target yang belum tercapai dalam satu minggu ke minggu berikutnya dan jangan sampai target mingguan meleset lebih dari satu bulan. Demikian juga dengan target bulanan yang meleset, jangan sampai target tersebut meleset lebih dari 2 bulan. Selalu perhitungan waktu cadangan untuk hal-hal yang di luar perencanaan kita. Satu-satunya cara untuk memastikan target kita selalu on schedule adalah keseriusan kita sendiri untuk mengelola hidup kita. Kalo kita sendiri tidak serius mengelola hidup kita, terus siapa lagi?

Kedelapan, untuk menjadikan target kita tetep realistis, secara reguler siapkan waktu untuk mengevaluasi target kita. Oya, kalo mau mengevaluasi target bulanan waktu yang paling baik adalah awal bulan. Demikian juga untuk evaluasi target mingguan, paling pas dilakukan diawal minggu. Dalam melakukan evaluasi. coba kenali kegiatan kamu yang sifatnya dinamis. Pergi ke sekolah dan les, adalah dua contoh kegiatan yang waktunya tetap alias nggak dinamis. Kegiatan semacam ke toko buku, ke pasar atau bahkan ngaji bisa dikategorikan kegiatan dinamis, karena tidak begitu pasti kapan selesainya, kita hanya bisa memperkirakan saja. Alokasikan waktu yang cukup untuk kegiatan yang sifatnya dinamis dan hindarkan dari berbagai hal yang bisa memalingkan kita dari kegiatan yang sifatnya dinamis tersebut.

Kesembilan, padukan aktivitas yang serupa dan kenalilah aktivitas yang dapat dilakukan secara beriringan. Hapus aktivitas tidak penting dari daftar targetmu. Delegasikan tugas yang memungkinkan untuk didelegasikan ke orang lain. Selalu bersiap untuk berinteraksi dengan hal-hal darurat, bila datang sebuah tugas darurat (di luar rencana) segera evaluasilah dan sesuaikan dengan targetmu.

Kesepuluh, setiap orang memerlukan waktu istirahat/waktu luang. Nah, karena hal ini merupakan kebutuhan, maka harus direncanakan juga. Rencanakan waktu istirahat/refreshing kamu dengan baik. Gunakan waktu luang kamu untuk dirimu sendiri, berinteraksi dengan teman, keluarga dan lingkunganmu. Coba atur dan seimbangkan kehidupan kamu antara ibadah, mengejar target kamu dan berinteraksi dengan lingkungan di sekitarmu.

Kesebelas, nggak perlu menjadwal setiap detik waktu kamu, karena ini sudah termasuk dalam hal berlebih-lebihan, tetap jadikan jadwal kamu se-fleksibel mungkin, dan selalu siap terhadap hal-hal di luar rencana. Sehingga bila hal tersebut terjadi, kita bisa mengantisipasinya dengan baik.

Keduabelas, semua ini membutuhkan keseriusan. Jadi jangan setengah-setengah kalo kamu mau mengeksekusi jadwal tahunan kamu, siapkan dengan matang rencana dan keperluan lainnya jauh-jauh hari, dan tetep semangat dalam meraih target-target tahunan kamu, jangan mudah menyerah. Ingat, keinginan memerlukan keseriusan, tanpa keseriusan percuma!

Kesimpulan

Sebagai seorang muslim, mengatur waktu sama halnya dengan mengatur hidup kita. Ada bagian yang telah diatur dengan jelas oleh syariat dan ada bagian yang kita bebas mengaturnya. Tanpa perencanaan yang matang terhadap penggunaan waktu dalam hidup kita, akan menjadikan waktu yang kita lewati berlalu begitu saja, percuma tanpa makna dan manfaat, baik bagi dunia maupun akhirat kita. Rasullullah saw. bersabda (yang artinya): “Penghuni surga tidak menyesali sesuatu, melebihi penyesalannya pada waktu yang dilampauinya tanpa mengingat Allah Azza wa Jalla” (Ibnu Katsir, dalam al-Bidayah wa an-Nihayah)

Tuh Bro, orang yang sudah masuk surga saja menyesal, karena berlalunya waktu percuma tanpa tanpa ibadah, apalagi kita yang belum tentu masuk surga. Yuk, sudah seharusnya kita lebih berhati-hati dalam merencanakan waktu kita, dan selalu menempatkan waktu dalam posisi yang tinggi. Semoga artikel ini bermanfaat dan pastikan hanya Allah Swt. sajalah yang ada dalam setiap hal dan langkah kita. Sebab, segalanya kita lakukan demi meraih ridhoNya. Semangat! [aribowo | aribowo@gaulislam.com]

2 thoughts on “Manfaatkan Momen Awal Tahun!

Comments are closed.