Friday, 29 March 2024, 20:13

Sobat muda muslim, nyaris tiap tahun kita ngadain acara Maulid Nabi. Meski sebagian ulama berbeda pendapat tentang melaksanakan �hajatan’ ini, tapi kayaknya masyarakat lebih memilih show must be go on. Nah, terlepas dari kontroversi itu, yang jadi pertanyaan kita nih: sudahkah Rasulullah saw. kita jadikan teladan dalam kehidupan kita? Jangan-jangan, kita cuma ngaku-ngaku aja sebagai umatnya beliau. Karena apa? Karena dalam kehidupan, kita sangat jauh banget dengan apa yang diajarkan Rasulullah saw. Jadi, kalo kita dalam kehidupan sehari-hari ngelakuin perbuatan sesuka kita tanpa didasarkan kepada Islam, itu artinya sama aja cuma ngaku-ngaku doang percaya sama Allah dan RasulNya. Iya kan?

Sobat muda muslim, bukan maksud menggurui atau menghakimi kamu semua. Nggak. Nggak ada maksud ke sana. Cuma, kalo kita mau jujur, pasti kita akan mengakui bahwa dalam kehidupan sehari-hari aja kita kayaknya masih nggak nyetel banget deh ama yang diajarkan Rasulullah saw. Nggak semua perbuatan sih, tapi cukup banyak aja. Seperti dalam sopan-santun, menghormati yang tua dan menyayangi yang muda, menghargai ortu dsb. Bahkan seringnya kita lebih gunain hawa nafsu doang ketimbang syariat. Prinsip kita-kita: “Gaul dulu dah, syariat belakangan!� Waduh. Jujur aja, banyak di antara kita yang rajin sholatnya, tapi hot juga kalo udah pacaran. Iya kan? Terus terang nih, nggak sedikit dari kita-kita yang pandai baca al-Quran, tapi tetap aja kalo pake busana yang menutup aurat tuh kalo ke mesjid doang. Begitu keluar dari masjid, udah deh pamer aurat lagi. Sedih banget euy.

Kalo kita nggak matching alias kagak nyambung bin tulalit dengan apa yang diajarkan Rasulullah saw. itu sama artinya bahwa kita udah nggak nyetel juga dengan apa yang diajarkan Allah Swt. Itu sebabnya, kalo kita percaya kepada Rasulullah saw., seharusnya kita juga percaya kepada Allah Swt.

Nah, supaya kita bisa meneladani Rasulullah saw., tentunya kita kudu mengetahui dulu dong tentang kehidupan Rasulullah saw. dan juga bagaimana pendapat-pendapat para ulama yang telah tersebar dalam ribuan bahkan jutaan kitab yang menjelaskan tentang Islam secara lengkap. Islam yang udah diturunkan Allah Swt. dan disebarkan oleh Rasulullah saw. So, kalo udah belajar, insya Allah kita bisa tahu sikap apa yang seharusnya kita lakukan untuk senantiasa meneladani Rasulullah saw.

Meneladani kepribadiannya
Sobat, pernahkah kita berlaku lemah-lembut dan santun saat bertutur kata dengan sahabat-sahabat kita? Baik dengan yang usianya di atas maupun di bawah kita? Jika sudah dan memang biasa melakukannya, alhamdulillah. Pertahankan dan terus kembangkan. Karena Rasulullah saw. pun termasuk yang berhati lembut dan santun.

Imam ath-Tahbrani dalam Tarikh-nya menuliskan tentang kepribadian Rasulullah saw.: “Selama beliau tetap sebagai Rasulullah, maka tidak boleh tidak, beliau harus menjadi orang yang paling lembut dan berlapang dada di antara manusia, paling halus budi pekertinya, paling baik akhlaknya dan paling indah pergaulannya. Rasulullah saw. menahan amarah, memaafkan, dan memohonkan ampunan atas orang-orang yang tergelincir. Beliau saw. mengalahkan hak-hak dirinya selama bukan hak Allah. Beliau saw. memaafkan orang yang mendzaliminya, mengusirnya dari tanah airnya, menyakitinya, mencai makinya dan bahkan yang memeranginya; karenanya beliau berkata kepada mereka pada hari Penaklukan Mekkah, “Pergilah kalian, karena kalian adalah orang-orang bebas.� (ath-Thabrani dalam Tarikh-nya 2/161)

Sobat, untuk membiasakan sikap lemah lembut, kita mulai belajar dari sekarang bagaimana menghormati teman-teman kita. Berkata yang baik dan sopan adalah sikap terpuji. Rasulullah saw. bersabda: “Sesungguhnya Allah adalah Mahalembut, maka ia mencintai kelembutan, dan Dia memberikan kelembutan apa yang tidak Ia berikan kepada sifat kasar� (HR Bukhari-Muslim dari Aisyah ra)

Dalam sebuah riwayat disebutkan, ketika orang-orang Yahudi masuk menemui beliau dengan mengatakan, “Kebinasaan semoga menimpamuâ€?. Maka Aisyah ra yang?  mengetahui hal itu menjawab, “Semoga kebinasaan dan laknat untuk kalian.â€? (Mendengar itu) Nabi saw. bersabda: “Wahai Aisyah, apa itu? Sesungguhnya Allah tidak menyukai ucapan jorok dan keji; tapi bila kamu ingin menjawab ucapan mereka, katakan, “Wa’alaikum (dan atas kamu)â€? (HR Bukhari-Muslim dari Aisyah ra)

Hmm.. apa yang dilakukan Rasulullah saw. dalam hadis di atas sungguh sangat cantik. Tidak langsung menyerang tapi hanya membalikkan. Yang intinya sebenarnya menyerang juga. Tapi supaya tidak menimbulkan kesan perlawanan frontal, akhirnya Rasulullah saw. mengatakan demikian.

Dalam hidup bertetangga Rasulullah saw. menasihati kita sebagai umatnya bahwa kita harus saling menghormati dengan tetangga kita. Meski pada kenyataannya kita-kita berantem mulu ama tetangga, atau ada yang malah doyan nyari musuh. Nggak suka kalo tetangga tuh dapet kebahagiaan. Walah?

Ketika Rasulullah saw. ditanya tentang hak tetangga, dia berkata: “Tolonglah ia ketika minta tolong kepadamu. Berilah ia pinjaman ketika meminjam. Kunjungilah dia ketika sakit. Ucapkan selamat bila memperoleh kebaikan (misal: rizki, anak, kepulihan). Sampaikan takziah (duka cita) bila mendapat musibah (kematian), antarkan jenazahnya bila meninggal. Jangan kamu tinggikan bangunanmu sehingga menghalagi udara ke rumahnya kecuali dengan izinnya dan janganlah kamu sakiti tetanggamu dengan bau masakanmu kecuali engkau berikan sebagian kepadanya (misal: kuah/sop daging). Jika engkau membeli buah-buahan berikanlah sebagian. Jika engkau tidak (mau) memberinya, masukkan buah-buahan itu ke dalam rumahmu secara sumbunyi-sumbunyi. Janganlah anakmu keluar membawa buah yang membuat anaknya kecewa.� (HR Thabrani. Lihat: At Targhib wat Tarhib, jilid 3 hlm. 357)

Hmm.. kalo kita sama teman di sekolah atau di lingkungan tempat tinggal kita akur dan menjalin kebersamaan dan saling menolong, kayaknya asyik banget. Kita jadi nggak punya musuh. Sekaligus berarti kita insya Allah udah meneladani Rasulullah saw. dalam hal kepribadiannya yang agung dan berakhlak mulia.

Sobat, masih banyak kemuliaan pribadi Rasulullah saw. Kayaknya nggak mungkin ditulis semua di sini. Nggak cukup jumlah halaman yang disediakan buletin ini. Ini sekadar contoh aja dari sekian banyak keagungan akhlak Rasulullah saw. So, dengan belajar lebih banyak tentang Islam, insya Allah kita bakalan lebih banyak tahu lagi tentang Islam dan tentunya tentang sosok Rasulullah saw. yang menjadi teladan kita.

Meneladani perjuangannya
Sobat, kayaknya nggak seru dong kalo mencontoh teladan Nabi kita hanya dari sisi pribadinya, sebab sisi lainnya dalam kehidupan beliau juga layak kita jadikan teladan. Salah satunya adalah dalam perjuangan membela kebenaran Islam ini.

Rasulullah saw. adalah orang yang sungguh paling romantis dalam membela kebenaran Islam. Jujur saja, jika membaca kisah perjuangan Rasulullah saw. dan para sahabatnya dalam menyampaikan dakwah Islam selalu memberikan keyakinan kepada kita, bahwa cinta memang memiliki kekuatan yang sangat dahsyat. Kalo bukan karena cinta akan kebenaran Islam ini, mana mungkin Rasulullah dan para sahabat rela berkorban? Kita bisa menyaksikan film “ar-Risalah� besutan sutradara kondang, Musthafa Akkad. Kebetulan visualisasinya sangat bagus ketika menggambarkan bagaimana perih dan pedihnya perjuangan membela kebenaran yang diperagakan para sahabat Rasulullah saw. Tapi, mereka rela merasakan perih dan pedihnya dalam waktu lama.

Perjuangan selama 13 tahun di Mekkah dan 10 tahun di Madinah, bukan perkara gampang. Rasulullah saw. dan para sahabat harus berjibaku mempertahankan kebenaran Islam ini. Mencintainya dengan sepenuh hati. Tak ingin melepaskannya. Mereka, adalah contoh para pecinta kebenaran yang paling romantis di dunia. Rela sakit, demi cinta. Menderita demi dakwah. Subhanallah.

Sobat, kita bisa meneladani Rasulullah saw. dalam membela kebenaran Islam ini. Kita bisa mencontoh dari kisah perjuangannya. Jadi mulai sekarang kita harus tumbuhkan cinta kepada kebenaran Islam. Cinta, pengorbanan, dan perjuangan kita dalam mencintai kebenaran Islam ini pasti berbalas alias bersambut. Nggak usah khawatir. Karena apa? Karena kebenaran Islam itu sudah dijamin langsung oleh Allah Swt. mencintai Islam, membelanya, dan juga memperjuangkannya sama dengan mencintai Allah Swt. dan RasulNya. Mencintai Allah Ta’ala dan Rasulullah saw. sama artinya dengan mencintai kebenaran. Dan, yakinlah bahwa cinta kita akan berbalas, yakni dengan mendapatkan garansi berupa pahala atas kesetiaan dan kesediaan kita berkorban dan berjuang dalam membela kebenaran Islam ini. Allah Swt. berfirman: “Hai orang-orang yang beriman, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.� (QS Muhammad [47]: 7)

Jadi, berbahagialah kalo kita jadi pejuang kebenaran Islam. Karena cinta kita pasti berbalas alias bersambut. Allah yang akan langsung menyambut cinta kita. Cinta kita kepada kebenaran, sekaligus tanda cinta kita kepada Allah Swt. Itu sebabnya, jangan khawatir dan jangan merasa cinta kita kepada kebenaran ini akan sia-sia. Insya Allah jika kita ikhlas melakukannya, Allah pasti juga mencintai kita dan akan menepati janjiNya. So, kita kudu yakin dan jangan pernah merasa khawatir. Oke?

Para pejuang kebenaran yang paling romantis akan mencintai Islam dan ajarannya ini dengan sepenuh hati. Ia nggak akan takut cintanya tak berbalas, atau tak perlu khawatir akan disia-siakan. Maka, jangan kaget jika para pejuang kebenaran adalah mereka yang akan rela mengorbankan waktunya, tenaganya, pikirannya, perasaannya, dan bahkan nyawanya untuk kekasih hatinya, yakni Allah Swt., RasulNya, dan juga ajaran Islam ini. Ia akan berbuat apa saja untuk menyenangkan Allah, RasulNya, dan juga memuliakan ajaran Islam ini.

Ya, sungguh hebat pengorbanannya, sungguh indah sisi romantisnya. Para pejuang kebenaran akan terus mengobarkan semangat dan membanjirkan keringat serta bekerja cerdas dan ikhlas demi sebuah harapan tegaknya kebenaran. Semangatnya dibakar api cinta, cinta akan kebenaran. Cinta yang pasti berbalas. Itu sebabnya, meski merasakan sakit dalam perjuangannya, namun ia akan tetap berusaha tersenyum dan melupakan rasa sakit itu, karena cintanya lebih besar kepada kebenaran Islam ini.

Sobat, ini sekadar satu contoh tentang sisi perjuangan Rasulullah saw. Masih banyak sisi perjuangan beliau lainnya yang bisa diteladani, tapi tentu nggak bisa ditampilin semua di sini. So, biar lebih tahu, ngaji aja deh.

Kita memang butuh teladan
Allah Swt. berfirman:“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang-orang yang mengharap (rahmat dan karunia) Allah dan (kedatangan) hari akhir (kiamat) dan dia banyak berdzikir (menyebut/mengingat) Allah.â€? (QS al-Ahzab [33]: 21)? 

Oya, dari ayat ini jelas banget bahwa meneladani Rasul itu terkait dengan adanya harapan kepada Allah dan iman kepada hari akhir. Juga terkait dengan dzikir (teringat) kepada Allah secara terus menerus tanpa terputus.

Nah, nggak adanya peneladanan menjadi bukti tidak adanya pengharapan rahmat kepada Allah dan tidak adanya iman kepada hari kemudian dan itu menurut ijma’ sehabat berarti kufur. Hal itu juga menjadi bukti ditinggalkannya dzikir kepada Allah Swt. sehingga jarang sekali teringat pada Allah, dan yang demikian itu nggak boleh ngendon dalam diri seorang Muslim jika bermakna lupa kepada Allah Swt. dan berpaling kepada syahwat dan hawa nafsu. Jangan sampe deh!

Oke deh, kita emang butuh teladan. Tentu teladan yang benar dan baik. Nah, Rasulullah saw. adalah teladan yang benar dan baik. Wallahu’alam. [solihin]

(Buletin Studia – Edisi 288/Tahun ke-7/10 April 2006)

1 thought on “Rasulullah saw. Teladan Kami

  1. Subahanallah…
    Jadi sedih dengan keadaan diri ini,jujur saya merasakan sendiri islam saya itu masih berada di bibir saja ingin rasanya iman itu tertancap di hati,saya hanya berusaha dan terus berusaha karena saya yakin Allah akan menolong hambaNya yang serius dalam menjalani hidup secara islami.

    Tentang dakwah ini juga salah satu misi saya dalam menjalani hidup,entah dakwah semacam apa saya juga masih perlu banyak belajar baik itu dari kisah Rosul atau sahabat-sahabatnya.

    Kadang merasa asing dalam menerapkan arti kebenaran yang sesungguhnya kebenaran yang menurut Al-qur’an ada dan harus saya lakukan,apakah perasaan asing ini adalah masa-masa yang akan di rasakan oleh sebagian orang yang ingin sekali menerapkan kehidupannya ikhlas dan jujur hanya karena Allah

    So,apa yang harus kita lakukan pertama kali untuk berislam secara kaffah?mohon penjelasannya

    Ampuni saya ya Allah…

    Maha benar Engkau atas segala firmanNya

Comments are closed.