Friday, 29 March 2024, 06:49

gaulislam edisi 434/tahun ke-9 (6 Jumadil ‘Ula 1437 H/ 15 Februari 2016)

 

Ah, jadi ikutan juga ngomongin LGBT (Lesbian, Gay, Bisex, and Transgender). Walau ada juga yang memplesetkan kalo LGBT katanya, Lelaki Ganteng Bininya Tiga (hehehe..). Akhir-akhir ini, banyak orang heboh ngomongin LGBT, dari yang pembela sampai yang pembuli. Lalu, bagaimana sikap kita? Sebagai muslim ya harus ngikutin ajaran Islam lah.

Bro en Sis rahimakumullah, pembaca setia gaulislam. Kenapa sih, saya nulisnya di judul kali ini ada kata “rese”? Itu karena udah jengkel bin kesal. Rese (nyebelin, menyebalkan, bikin kesal, ngeselin, mengganggu dsb). Intinya nih, kaum pendukung, pembela, dan tentu saja pelaku LGBT udah melakukan upaya untuk memaksa masyarakat agar menerima ketidaknormalan mereka. Idih, kok maksa-maksa sih? Mending kalo bener. Lha, ini kan salah. Eh, emang kalo bener boleh maksa ya? Harus malah. Contohnya shalat. Wajib tuh dipaksa kalo ada remaja yang ogah sholat. Lama-lama kan jadi biasa. Kalo udah gitu, tumbuh kesadarannya. Tetapi kalo untuk kesalahan ya walaupun ada yang memaksa jangan mau.

Sebenarnya nih ya, kita ini prihatin dan kasihan sama mereka yang melakukan praktek dan mendukung LGBT. Why? Lha, sudah jelas salah ngapain juga dilakukan dan dibela. Kalo bukan karena rusaknya cara pandang, nggak mungkin lah mereka melakukan sesuatu yang membahayakan. Misalnya aja nih, orang yang merokok. Saya rasa, dengan segala bukti yang udah jelas dari bahayanya rokok, mereka tahu risikonya. Tetapi kenapa tetap merokok? Ini soal cara pandang. Cara pandangnya bisa saja menganggap bahwa merokok itu nikmat, bikin ilang stres dan sebagainya menurut ukuran hawa nafsunya. Cara pandang seperti inilah yang kemudian menumpulkan akal sehatnya sehingga tetap merokok. Aneh banget kan?

So, logika ini bisa dipake juga untuk memahami mereka yang pelaku dan pendukung LGBT. Bukan tidak tahu risikonya, bahwa akan berhadapan dengan orang yang menolak keberadaan mereka. Tetapi cara pandang yang berbeda membuatnya tetap melakukan dan mendukung praktek LBGT. Ibarat cara pandang maling dan cara pandang polisi yang memang berbeda. Maling inginnya mengganggu. Sementara polisi menertibkan. Nggak nyambung, kan? Tetapi di situlah letak perbedaan cara pandang. Mereka yang mendukug LGBT dengan mereka yag menolak LGBT jelas karena perbedaan cara pandang. Tetapi ingat lho, cara pandang itu ada yang benar dan ada yang salah. Di sinilah kita harus bijak dan pandai menilai agar tak terpeleset, apalagi terjerumus ke lembah nista.

 

Mengapa LGBT dipersoalkan?

Sobat gaulislam, Allah Ta’ala telah menciptakan manusia itu dari dua jenis, yakni laki-laki dan wanita. Tak ada jenis ketiga. Kecuali orang yang berpikiran nyeleneh saja yang kemudian memaksakan ada jenis ketiga. Kita juga sudah mafhum bahwa dalam proses penciptaan itu manusia dilengkapi juga dengan potensi-potensi kehidupan. yang salah satunya adalah tertarik pada lawan jenis. Lelaki senang dan tertarik secara seksual kepada perempuan, begitupun sebaliknya. Jadi, kalau ada orang yang sama sekali tak punya nafsu birahi, berarti masih diragukan keasliannya sebagai manusia (yang normal).

Nah, potensi yang dimiliki oleh manusia itu tak bisa diubah lagi, karena itu adalah sunatullah. Ustadz Muhammad Muhammad Ismail dalam kitab Al Fikru Al Islamiy (Bunga Rampai Pemikiran Islam) menyatakan bahwa dorongan seksual pada seseorang merupakan tanggapan dari faktor eksternal bila indra menangkap rangsangan berupa gambar, cerita porno dan penampilan yang menyentuh syaraf seks. Makanya, bila tak disalurkan bisa mengakibatkan kegelisahan jiwa. Jadi berdasarkan sunatullah ini, otomatis manusia yang berlainan jenis kemudian hidup sebagai makhluk heteroseksual, yakni tertarik pada lawan jenisnya. Sehingga bila ada orang yang cuma bisa nempel dengan sesama jenis, jelas ini adalah kelainan yang sangat berbahaya. Nggak normal. Bila dibiarkan hidup dan berkembang, tak mustahil terjadi seperti apa yang pernah dialami kaum Nabi Luth. Naudzubillah!

Itu sebabnya, gay dan lesbian ini melanggar fitrah manusia. Celakanya, sistem demokrasi yang menjadi pujaan banyak orang di dunia justru memberikan ruang gerak yang luas bagi kaum ini. Of course, populasi kaum homo dan lesbian malah tumbuh subur. Jangan kaget, di negeri yang konon katanya menjunjung tinggi budaya timur ini malah kebobolan juga. Lihat saja, gerakan kaum LGBT (Lesbian, Gay, Bisex, and Transgender) dan juga pendukungnya kian marak di negeri ini. Gerakannya sudah sistematis, terstruktur dan massif. Diskusi “Dialog Komunitas LGBT Nasional Indonesia” pada 13-14 Juni 2013 di Bali, menghasilkan rekomendasi gerakan memperjuangkan homoseks di Tanah Air. Di antaranya: menggencarkan promosi LGBT melalui teknologi informasi dan komunikasi sambil memastikan adanya sistem keselamatan dan keamanan dari organisasi untuk melindungi kelompok LGBT. Terbukti, Layanan pesan LINE mempromosikan LGBT via stikernya, Koran Tempo membela LGBT, dan banyak aktivitas liberal yang mendukung LGBT.

Mereka yang tidak normal jadi seperti normal, sementara kita yang normal malah seperti jadi tak normal di pusaran arus informasi dan opini sesat yang digelontorkan para pendukung LGBT. Sekarang pertanyaanya, apakah kita hanya akan diam dan menjadi wacana saja tanpa gerakan yang sistematis, terstruktur, dan massif untuk memberantas ketidaknormalan gaya hidup mereka?

Nggak lah. Harus ada gerakan juga. Gerakan yang bisa membendung, bila perlu menghanguskan keberadaan mereka. Jangan sampe jumlah mereka banyak sehingga mereka bisa mengubah persepsi masyarakat yang tadinya menyepelekan malah merasa khawatir karena jumlah mereka banyak. Padahal, kalo dipikir-pikir lagi, jumlah banyak juga nggak ada manfaatnya kalo salah. Betul?

Oya, yang perlu diperhatikan oleh para pelaku dan pembela LGBT adalah jangan memberhalakan cinta. Cinta bukan segalanya. Enak aja ngomong love is love. Tetapi apa benar dan dibenarkan kalo cinta sesama jenis dalam pengertian birahi (seksual)? Nggak lah. Potensi manusia ketika diciptakan oleh Allah Ta’ala adalah saling menyukai dan saing tertarik dengan lawan jenisnya. Supaya berjalan dengan benar dan baik, maka dibuat aturan bagaimana cara menyukai dan mencintai lawan jenis. Tentu saja Islam melarang pergaulan bebas. Islam mengaturnya melalui pernikahan yang darinya akan lahir keturunan yang baik-baik untuk mengisi kehidupan dunia dengan kebaikan. Lha, kalo hubungan homoseksual apa bisa menghasilkan keturunan? Memangnya manusia berkembang biak dengan cara vegetatif alias aseksual? Manusia itu berkembang biak dengan cara generatif. Harusnya mereka mikir ya?

Terus, kalo seandainya dunia ini dipenuhi kaum homoseksual, generasi baru manusia akan lambat datang atau bahkan berhenti. Ujung-ujungnya nih, apa mau semua sektor industri dan tempat usaha bubar gara-gara nggak ada orang yang menggerakkannya. Mungkin 20 atau 30 tahun mendatang ketika jarak antara manusia yang udah gede dengan yang baru lahir (atau malah nggak ada yang lahir?) terentang jauh, bukan hanya tak ada yang mengerjakan sektor industri dan ekonomi, tetapi juga tak ada yang akan membeli produk. Terhenti sampai di sini?

Kalo orang yang waras sih, harusnya mikir yang benar. Hidup bukan kesenangan semata yang dikejar. Tetapi ada banyak tugas lain yang jauh lebih mulia dan menjadi bekal untuk kehidupan di akhirat kelak. Inilah kenapa kita mempersoalkan pelaku dan pendukung LGBT. Jangan sampe jadi legal di negeri kita dan bikin rese.

 

SSA juga udah ‘lampu kuning’

Sobat gaulislam, kamu perlu tahu juga bahwa ada kondisi dimana seseorang sebelum jadi homoseksual murni, ada fase awal yang disebut dengan ketertarikan dengan sejenis. Dikenal dengan istilah SSA (Same Sex Attraction). Nah, pada kondisi ini sebenarnya orang yang punya kecenderungan suka sejenis belum sampe parah. Tetapi, memang perlu diwaspadai, karena kondisi SSA ini bisa menjadi pengantar orang tersebut terbenam lebih dalam jadi homoseksual (gay dan lesbian). Jadi, tetap harus waspada. Sebab, ini sudah lampu kuning. Waspada karena bisa bahaya!

Apa yang harus dilakukan? Mereka yang merasa punya ketertarikan dengan sejenis, segera konsultasi dengan orang atau komunitas yang benar-benar untuk menarik kembali ke jalan yang benar. Bukan malah datang ke komunitas yang bakalan menyeret mereka ke lembah nista bernama homoseksual. Selain itu, hindari berteman dengan orang yang memiliki kecenderungan suka sejenis. Bila perlu putus hubungan. Kalo bisa nyadarin mereka, itu lebih baik. Tetapi jangan mencoba berdekatan terus dengan mereka jika tipe kita adalah orang yang lemah dan mudah tergoda atau nggak enakan sama orang. Waspada tuh!

 

Hukuman buat pelaku homoseks

Seharusnya, setiap kejahatan, apapun bentuknya, kudu ada sanksinya. Dan dalam pandangan Islam homoseksual dan lesbian adalah suatu kejahatan. Makanya, kalau tradisi kaum homo dan lesbian yang merusak kehidupan ini dibiarkan, maka selamanya mereka akan tumbuh dan berkembang biak dengan baik. Malah tak mustahil pula bila mereka tambah belagu.

Apa hukuman yang bakal dikenakan kepada kaum homo dan lesbian ini? Imam Syafi’i menetapkan pelaku dan orang-orang yang ‘dikumpuli’ (oleh homoseksual dan lesbian) wajib dihukum mati, sebagaimana keterangan dalam hadis, “Barangsiapa yang mendapatkan orang-orang yang melakukan perbuatan kaum Nabi Luth (praktik homoseksual dan lesbian), maka ia harus menghukum mati; baik yang melakukannya maupun yang dikumpulinya.” (HR. Abu Daud, Tirmidzi, Ibnu Majah dan Al Baihaqi). (dalam Zainuddin bin Abdul ‘Aziz Al Malibaary, Irsyaadu Al ‘ibaadi ilaa Sabili Al Risyaad. Al Ma’aarif, Bandung, hlm. 110).

Adapun teknis (uslub) yang digunakan dalam eksekusinya tidak ditentukan oleh syara’. Para sahabat pun berbeda pendapat tentang masalah ini. Ali bin Abi Thalib radhiallahu ‘anhu. memilih merajam dan membakar pelaku homoseks, sedang Umar dan Utsman r.a. berpendapat pelaku dibenturkan ke dinding sampai mati, dan menurut Ibnu Abbas dilempar dari gedung yang paling tinggi dalam keadaan terjungkir lalu diikuti (dihujani) dengan batu.

Kejam? Boleh jadi menurut hawa nafsu kita demikian. Tapi lebih kejam mana dibandingkan membiarkan korban-korban homoseks terus berjatuhan? Apalagi akibat ulah kaum Sodom ini penyakit mematikan, AIDS, kian merajalela. Lagipula sebagai seorang muslim yang beriman, kita wajib mentaati segala ketentuan yang telah ditetapkan oleh Allah Ta’ala dan Rasul-Nya. [O. Solihin | Twitter @osolihin]

1 thought on “LGBT Rese

Comments are closed.