Tuesday, 19 March 2024, 18:30

gaulislam edisi 469/tahun ke-10 (16 Muharram 1438 H/ 17 Oktober 2016)

 

Sobat gaulislam, sebelum membahas judul yang ngejeblag di atas tulisan ini, saya mau ngasih info dikit aja seputar buletin kesayangan kita ini. Alhamdulillah, sejak pertama terbit di tanggal 29 Oktober 2007 (hari Senin) sampai hari ini belum pernah absen satu kali pun. Hadir terus di edisi online-nya. Memang sih, kalo edisi cetak sering libur. Tetapi walau libur edisi cetak, namun edisi online jalan terus. Tak terasa, pekan ini, saat terbit di hari Senin, sudah berada di tahun ke-10 pada penerbitannya. Widih, bagi mereka yang ketika baca gaulislam sejak edisi perdana, waktu itu kelas 3 SMA, maka saat ini kayaknya udah lulus kuliah dan bahkan mungkin ada yang sudah menikah dan punya anak. Bener nggak? Sepertinya iya.

Oke deh, semoga sekilas info di paragraf awal itu bisa mengingatkan kita bahwa ternyata jejak gaulislam sudah banyak. Artikel ini saja udah edisi ke-469. Berarti ada 469 artikel yang ditanam di website gaulislam dan tersebar ke banyak kalangan. Insya Allah manfaatnya bisa dirasakan ribuan atau bahkan jutaan orang. Semoga.

Nah, sekarang kita ngomongin pembahasan sesuai judul ya. Bro en Sis, kepribadian Islam atau syakhsiyyah islamiyah kita itu nggak bisa dinilai langsung dari pakaian yang dikenakan, lho. Sebab, itu cuma aksesoris dan bisa dipake untuk nipu bin ngibulin orang. Tapi standar penilaian kepribadian Islam adalah pemikiran dan perasaan. Pemikiran dan perasaan Islam ini akan tergambar dalam sikap dan perbuatan. Itu udah pasti. Sebab, yang namanya tingkah laku pasti ngikutin pemikiran dan perasaan. So, kalo pemikiran dan perasaannya udah islami, insya Allah perbuatan dan tingkah laku juga bakalan islami.

Itu sebabnya, kalo ada akhwat yang kepribadiannya udah islami, maka bukan saja ia gemar mengenakan jilbab dan kerudung, tapi juga pemikiran dan perasaannya senantiasa berdasarkan ajaran Islam. Beda banget kalo yang cuma nyadar dengan simbol doang, tapi belum mantap pemikiran dan perasaannya. Mungkin cuma seneng pake kerudung doang tapi pemikiran dan perbuatannya nggak mencerminkan seorang muslimah. Iya nggak sih? Tetot, jangan bengong. Buktinya, banyak tuh di lingkungan sekitar kita yang begitu penampilannya. Tugas kita yang tahu, ya mengingatkan dan menyadarkan. Salah satunya dengan membagikan artikel ini. Setuju? Harus!

Sobat gaulislam, satu-satunya jalan untuk menumbuhkan kepribadian Islam kita adalah belajar. Yakni, belajar Islam dengan rutin dan intensif biar mantap, gitu lho. Kenapa harus belajar? Karena dengan belajar diharapkan kita bisa dapetin perubahan beberapa aspek, yakni aspek kognitif alias ilmu pengetahuan (tadinya nggak tahu tentang Islam jadi tahu banyak), aspek afektif alias perasaan atau emosi (tadinya nggak mau mengenakan jilbab jadi mau mengenakan jilbab karena tahu aturan dan hukumannya–pahala dan dosa), dan aspek psikomotorik alias keterampilan (tadinya nggak bisa pake jilbab jadi mahir pakenya). Lagian tutorialnya nggak ribet kok. Nggak kayak tutorial pake hijab yang ribet seperti yang dipraktekkan komunitas hijaber yang lebih peduli fashion ketimbang syar’i. Maaf lho. Bukan nuduh, tapi ngingetin aja. Oke?

So, mari kita belajar mengkaji Islam dengan rutin dan intensif untuk membentuk kepribadian Islam kita. Rutin bisa seminggu sekali, misalnya. Intensif berarti materinya berkesinambungan. Membentuk kerangka berpikir yang utuh tentang Islam. Sehingga kita lebih mantap karena tahu ilmunya. Nggak asal ikut-ikutan tren doang. Betul nggak sih? So, jangan takut jadi pinter dan shaleh-shalihah ya!

 

Harus mau diatur sama Islam

Waduh, kalo kita nggak mau diatur sama Islam, kayaknya kudu pada istighfar deh. Sori bukannya nakut-nakutin, tapi emang kenyataan kok. Minta ampunan buruan sama Allah Ta’ala. Tobat gitu lho. Bener sobat, sebab sebagai muslim maka tentu aja aturan kita cuma Islam. Bukan yang lain. Soalnya nih, sungguh sangat aneh bin ajaib kalo kita ngaku-ngaku muslim, tapi nggak mau diatur sama Islam. Aneh pula kalo kita ngaku-ngaku cinta sama Islam tapi nggak menjadikan Islam sebagai aturan hidup kita. Nggak menjadikan Islam sebagai cara hidup kita. Piye iki?

Itu sebabnya, rasa-rasanya kita pantas malu kalo ngaku-ngaku muslim tapi gaul bebas dengan lawan jenis jadi kebiasaan kita, bahkan tradisi turun-temurun. Padahal, itu dilarang lho dalam ajaran Islam. Kita juga kudu malu kalo ngaku-ngaku muslim tapi kita doyan mengonsumsi narkoba dan miras. Padahal, narkoba dan miras jelas barang haram untuk dikonsumsi oleh seorang muslim. Jadi, aturan siapa yang kita pake? Hawa nafsu kita atau aturan buatan manusia lainnya? Nyadar sobat, kalo kita nggak mau hidup bersama Islam, buat apa kita nyandang predikat muslim. Betul nggak?

Sobat gaulislam, terlalu banyak fakta yang bisa kita jadikan bahan renungan tentang keberadaan kita sebagai muslim: apa kita udah benar-benar ikhlas diatur sama Islam? Soalnya nih, kita bisa aja ngaku-ngaku cinta sama Islam tapi pas praktiknya malah nggak mau diatur sama Islam, karena lebih mentingin hawa nafsu kita. Buktinya, sholat lima waktu aja banyak yang bolong-bolong melaksanakannya dengan banyak alasan (terutama malas). Mungkin itu masih mending daripada nggak sama sekali. Tapi yang jelas sih, tetep aja hal itu adalah perbuatan tercela.

Selain urusan sholat, juga kejujuran. Misanya nih, pas lagi ujian malah nyontek. Padahal, kita diajarin untuk jujur dalam Islam. Belum lagi kalo dalam urusan berpakaian. Banyak kaum muslimin sebenarnya dalam urusan sholat taat bukan main, tapi pas berpakaian malah pake aturan selain Islam. Jadinya ancur bukan main. Buktinya banyak kok remaja cewek yang nggak mau pake jilbab dan kerudung kalo ke luar rumah dengan banyak alasan. Nggak sedikit juga anak cowok yang kalo keluar rumah cuma pake kolor doang, hingga lututnya dipamerin ke banyak orang dan udelnya dibiarin tebar pesona. Padahal, semua itu udah ada aturannya dalam Islam, yakni larangan memperlihatkan aurat di depan umum. Iya kan? Coba deh kembali direnungkan: di mana kepribadian Islammu kamu letakkan?

 

Jangan sampe sesat dan menyimpang

Bro en Sis rahimakumullah, coba kita merenung sejenak en pikir-pikir tentang keberadaan kita saat ini. Malu nggak sih kalo kita dapetin predikat muslim dan seharusnya memiliki kepribadian Islam, sementara kita nggak mau diatur sama aturan Islam? Padahal, dengan predikat muslim itu kita jadi punya komunitas dan memiliki ciri khas. So, kalo menjauh dari Islam dan aturannya, bukan tak mungkin kita bakalan sesat. Termasuk nih, kalo kita menyimpang dari ajaran Islam karena nggak mau diatur sama Islam, ada kemungkinan juga akhirnya celaka karena akan dapetin azab Allah di akhirat nanti. Sumpah!

Firman Allah Ta’ala. tentang orang-orang yang sesat akibat menjauh dari kebenaran Islam: “Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS al-Baqarah [2]: 256)

Dalam ayat lain Allah Ta’ala menjelaskan: “Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata.” (QS al-Ahzab [33]: 36)

Nah, yang berkaitan dengan orang-orang yang menyimpang dari kebenaran Islam, Allah Swt. berfirman: “Dan sesungguhnya di antara kami ada orang-orang yang taat dan ada (pula) orang-orang yang menyimpang dari kebenaran. Barangsiapa yang taat, maka mereka itu benar-benar telah memilih jalan yang lurus. Adapun orang-orang yang menyimpang dari kebenaran, maka mereka menjadi kayu api neraka Jahannam”. (QS al-Jin [72]: 14-15)

Sobat gaulislam, beberapa ayat yang dipaparin ini bukan cuma sekadar informasi belaka apalagi sekadar dipamerin doang. Tapi emang kudu jadi wawasan pengetahuan dan dipahami serta diamalkan dalam aktivitas kehidupan kita. Soalnya rugi banget kalo kita cuma kenal Islam tapi sebatas pengetahuannya aja, itu pun hanya untuk dapetin nilai bagus di rapor atau transkrip nilai ijazah. So, sangat boleh jadi banyak dari kita yang tahu cara sholat, tahu bilangan rokaat sholat sehari semalam, tahu tentang ibadah zakat dan puasa, tahu juga bahwa al-Quran adalah pedoman hidup kaum muslimin. Oke, secara teori kita boleh dibilang mantep banget dah, tapi pelaksanaannya? Hmm.. nol besar. Why? Karena kita nggak ngamalin tuh aturan.

“Waah, jangan nuduh kejam gitu dong,” teriak sebagian dari kamu protes. Oke..oke.. sori deh. Mungkin ada juga sih di antara kita yang ngamalin dan taat sama aturan Islam. But, dalam pelaksanaannya malah setengah-setengah. Trus, nggak nutup kemungkinan juga kita pilih-pilih aturan Islam. Mana aturan yang cocok dengan selera kita ya diamalkan, kalo aturan Islam tuh nggak suka menurut ukuran kita ya ditinggalin dah. Halah! Ati-ati deh, Bro!

Bro en Sis rahimakumullah, yuk kita cintai Islam sepenuh hati kita. Jangan setengah-setengah, jangan pilih-pilih aturan, apalagi sampe nggak taat sama sekali dengan seluruh aturan Islam. Jangan sampe deh. Kalo sampe itu terjadi, kamu pantas dapetin pertanyaan: mana kepribadian Islammu?[O. Solihin | Twitter @osolihin]

1 thought on “Mana Kepribadian Islammu?

Comments are closed.