Sunday, 28 April 2024, 13:18

gaulislam edisi 595/tahun ke-12 (11 Rajab 1440 H/ 18 Maret 2019)

Kaget! Kesal! Marah! Sedih! Wah, semua campur aduk di hati dan pikiran begitu dapat kabar adanya penembakan terhadap kaum muslimin saat hendak shalat Jumat. Kabar itu saya dapatkan pertama kali di salah satu grup WhatsApp yang saya ikuti. Penasaran, akhirnya saya browsing di internet. Benar. Kabar itu benar. Puluhan orang tewas ditembaki pelaku kayak lagi maen game Counter-Strike atau Point Blank. Parah! Asli!

Situs berita tempo.co memberitakan di hari berikutnya, “Pelaku serangan teror di Selandia Baru, Brenton Harrison Tarrant, 28 tahun, menggunakan senapan semiotomatis untuk menembaki jamaah dua masjid di Kota Christchurch pada Jumat, 15 Maret 2019. 50 orang tewas dan 48 orang terluka.”

Sobat gaulislam, ini aksi keji teroris asal Australia yang sengaja merekam adegan pembantaiannya melalui kamera GoPro yang dilekatkan di keningnya. Videonya viral karena dia sengaja me-live-kan aksinya melalui akun Facebook miliknya. Seolah ingin pamer kalo dia benar-benar melakukannya. Bukan main-main.

Saya (dan mungkin banyak orang lainnya) nggak habis pikir terhadap aksi pelaku yang tega melakukan kekejian itu. Korban yang tidak bersenjata dan dalam posisi tidak siap karena sedang menunggu shalat Jumat. Ada yang sedang duduk, ada yang sedang shalat, bahkan ada yang menyapa pelaku ditembak juga.

Teroris ideologis

Brenton Tarrant termasuk salah satu teroris yang melakukan tindakan terornya dengan alasan ideologi. Ia benci terhadap imigran, khususnya dari kalangan kaum muslimin. Islamofobia dia sangat akut. Dia juga rasis karena menganggap manusia kulit putih itu lebih superior dibanding manusia dengan warna kulit lain.

Oya, Brenton Tarrant ternyata sudah merencanakan aksinya sejak lama melalui manifesto berjudul ‘The Great Replacement’. Ia diketahui sudah merencanakan aksi penembakannya selama 2 tahun terakhir dan memutuskan akan merealisasikannya di masjid Christchurch beberapa bulan lalu.

“Aku memulai rencana serangan ini sejak dua tahun terakhir. Kemudian menetapkan lokasi di Christchurch dalam tiga bulan terakhir,” ujarnya dikutip dari Kompas.com yang melansir dari Independent.ie.

Kalo melihat fakta seperti ini, rasa-rasanya dia nggak berdiri sendiri. Agak mustahil jika dia melakukannya sendirian. Tetapi memang terorganisir alias ada jaringannya.

Oya, saya kutipkan juga fakta menarik dari tulisan-tulisan yang dia sematkan di senjata yang digunakan untuk membantai kaum muslimin dalam aksi terornya. Saya pilihkan beberapa saja yang menurut saya penting dari sekian banyak tulisan yang disematkan di senjata Brenton Tarrant.

Dilansir suar.id yang mengutip dari intisari-online dan menampilkan foto-foto dari dailymail, berikut ini makna dari beberapa simbol yang tertulis di senjata yang digunakan Tarrant untuk membantai kaum muslimin di masjid tersebut.

Tulisan: “Alexandre Bissonnette”. Ini merujuk pada pelaku penembakan di masjid Quebec pada Januari 2017. Saat itu, 6 orang tewas dan 19 lainnya luka-luka setelah ia melepaskan tembakan pada akhir shalat Jumat. Bissonnette saat ini menjalani hukuman penjara seumur hidup.

Tulisan: “Luca Traini”. Ini merujuk pada ekstremis Italia yang menembak 6 migran Afrika di kota Macerata pada Februari 2017. Dia ditangkap saat memberi hormat kepada Hitler dengan bendera Italia yang digantungkan di bahunya.

Tulisan: “Pertempuran Kagul 1770”. Ini merujuk pada pertempuran penting dalam Perang Rusia-Turki 1768-1774, yang melibatkan sekitar 40 ribu tentara Rusia bertempur melawan 75 ribu tentara Utsmaniy. Rusia menang, kehilangan hanya sekitar 1.000 tentara dibandingkan dengan 20 ribu tentara Utsmaniy yang tewas.

Tulisan: “Bajo Pivljanin”. Ini merujuk pada orang dengan nama tersebut yang lahir di bawah pemerintahan Utsmaniy, dia membelot selama Perang Kelima Venesia-Utsmaniy (1645-1669) untuk berperang melawan mantan penguasa dan akhirnya terbunuh dalam pertempuran.

Tulisan: “Battle of Bulair, 1913”. Ini merujuk pada Pertempuran Bulgaria melawan pasukan Turki. Orang-orang Bulgaria menang, kehilangan hanya beberapa ratus tentara dibandingkan dengan ribuan orang terbunuh dari pihak Turki.

Tulisan: “Pangeran Fruzhin”. Merujuk pada seorang bangsawan Bulgaria yang berperang melawan penaklukan Utsmaniy dari Kekaisaran Bulgaria Kedua.

Tulisan: “Sebastiano Venier”. Merujuk pada Doge dari Venesia yang berperang melawan Turki selama Perang Utsmaniy-Venetian Keempat (1570-1573).

Tulisan: “Shipka pass”. Merujuk pada pertempuran yang diperjuangkan sebagai bagian dari Perang Rusia-Utsmaniy (1877-1878).

Tulisan: “Novak Vujosevic”. Merujuk pada nama tersebut yang bertempur dalam Pertempuran Fundina untuk Kerajaan Montenegro melawan Turki Utsmaniy. Dia membunuh 28 pejuang dan kemudian diberikan penghargaan oleh kaisar Rusia.

Selain nama-nama tadi, ada juga tulisan lainnya di senjata milik Tarrant. Di antaranya dia menulis:

Pertama: Here’s your migration compact! – Yakni Global Compact for Safe, Orderly and Regular Migration yang diajukan oleh PBB setelah jutaan migran Timur Tengah tiba di Eropa pada 2016. Di antara hal-hal lain, Global Compact melakukan penandatangan untuk memerangi diskriminasi terhadap migran.

Kedua: John Hunyadi – Tokoh militer Hongaria abad ke-15 terkemuka, ia bertanggung jawab untuk menjaga perbatasan selatan negara itu dari serangan Utsmaniy.

Ketiga: 14 Words – Slogan supremasi kulit putih yang berasal dari Hitler’s Mein Kampf.

Keempat: Tours 732 – Merujuk pada Pertempuran Tours 732 M yang mengakhiri invasi Arab terakhir ke Prancis. Pertempuran itu dimenangkan oleh Charles Martel, yang disebutkan di tempat lain pada senjata Tarrant.

Kelima: Turkofagos – Sebuah frasa yang berarti ‘Pemakan orang Turki’ dalam bahasa Yunani, itu adalah julukan Nikitas Stamatelopoulos, seorang revolusioner dalam Perang Kemerdekaan Yunani yang berperang melawan Utsmaniy antara 1784-1849.

Tambahan informasi, seperti ditulis Eddward S Kennedy di tirto.id, saya kutipkan sebagian saja. Dijelaskan Eddward bahwa selain menyatakan kekaguman terhadap Breivik dan juga kepada pemimpin fasis Inggris, Oswald Mosley, gagasan ekstrim Tarrant dilatarbelakangi oleh The Great Replacement: sebuah teori konspirasi yang dipercaya kaum kanan tentang berkurangnya populasi warga kulit putih Perancis dan Eropa secara sistematis akibat imigrasi massal, khususnya dari daerah Timur Tengah dan Afrika sub-Sahara.

Asal mula teori tersebut dapat dilacak dari novel berjudul Le Camp des Saints karya Jean Raspail, terbit pada 1973, yang menggambarkan runtuhnya budaya Barat karena “gelombang pasang” dari para imigran Dunia Ketiga. Novel tersebut bersama dengan teori Eurabia yang dikembangkan oleh penulis Swiss-Israel Bat Ye’or pada 2005, kemudian menjadi pijakan Renaud Camus dalam menerbitkan bukunya, Le Grand Remplacement yang terbit pada 2011.

Gagasan Camus mengenai Great Replacement kelak selalu menjadi acuan para politikus sayap kanan Eropa ketika berdebat mengenai masalah imigrasi.

Masih banyak sebenarnya yang ditulisi Brenton Tarrant di senjata yang digunakannya untuk membantai jamaah masjid di Selandia Baru tersebut. Silakan kamu cari saja di internet ya, biar puas. Saya sekadar menampilkan bagian kecil yang intinya dia memang dendam banget terhadap kekhilafahan Turki Utsmaniy dan berakar jauh ke Perang Salib. Dia islamofobia tingkat akut (karena mendapat informasi yang salah tentang Islam), pembenci imigran, pejuang supremacy kulit putih. Ya, dia bukan saja islamofobia tetapi juga rasis. Parah bingitz, Bro en Sis.

Menonjok kesadaran

Bro en Sis rahimakumullah, pembaca setia gaulislam. Banyak dari kita, kaum muslimin yang marah dan sakit hati. Betapa murahnya nyawa kaum muslimin. Tapi, tak bisa berbuat banyak. Hanya mampu diam, mengutuk sambil melihat rekaman video pembantaian yang disebar di media sosial. Tak ada institusi negara yang melindungi mereka dan melakukan pembalasan.

Selandia Baru dikenal negara yang ramah imigran, termasuk bagi kaum muslimin. Namun sejak peristiwa Jumat kemarin itu, Selandia Baru berubah wajah. Perdana Menteri Jacinda Ardern saja mengaku kaget dengan kejadian tersebut. Bagusnya, dia menyebut aksi Tarrant sebagai aksi teroris. Istilah yang jarang digunakan masyarakat dunia jika pelakunya nonmuslim. Tetapi, jika pelakunya dari kalangan Islam, langsung cap teroris melekat sejak awal.

Kejadian ini semestinya mampu menonjok kesadaran kita. Betapa kita terhina dan terluka. Aneh kalo sampe nggak ada rasa kesal dan marah atau merasa sakit hati. Sebab, meski kejadiannya nun jauh di sana, tetapi kaum muslimin itu disatukan pikiran dan hatinya dengan akidah Islam. Sehingga tak ada batas jarak. Terasa dekat, apalagi kita dimudahkan dengan teknologi komunikasi dan informasi yang canggih saat ini.

Bertebarannya video pembantaian itu seharusnya kian meyakinkan kaum muslimin bahwa musuh Islam itu nyata dan masih ada. Orang-orang kafir harbi (yang memerangi kaum muslimin) juga banyak dan mereka menunjukkan kebenciannya kepada umat Islam. Kalo masih tak sadar juga, kebangetan deh.

Malu atuh sama Will Connolly, remaja usia 17 tahun asal Australia yang mengepruk kepala Senator Australia Fraser Anning dengan telur, dan merekamnya. Aksi Will Connolly sebagai protes karena Fraser Anning berkicau di akun Twitter saat mengomentari penembakan muslim di masjid di Selandia Baru.

Sebagaimana yang diberitakan detik.com, Anning yang dikenal kontroversial menyebut penembakan massal yang dilakukan Brenton Tarrant dan sejumlah pelaku lain itu menyoroti meningkatnya ketakutan atas bertambahnya keberadaan Muslim.

Anning yang mewakili negara bagian Queensland di Senat Australia itu, berkomentar lewat serangkaian cuitan di Twitter.

“Penyebab pertumpahan darah sesungguhnya di jalanan Selandia Baru hari ini adalah program imigrasi yang memungkinkan kaum Muslim fanatik untuk bermigrasi ke Selandia Baru,” tulis Anning dalam salah satu cuitannya seperti dilansir dari The Telegraph, Jumat (15/3).

Will Connolly sudah punya kesadaran bahwa apa yang dilakukan teroris adalah kesalahan dan sepertinya dia kesal juga dengan komentar Fraser Anning sang Senator yang kemudian ngepruk kepala Anning dengan telur. Walau dengan telur, tetapi itu tindakan yang kemudian mengantarkannya jadi pahlawan bagi orang-orang yang juga kesal dengan pernyataan Fraser Anning. Mereka merasa terwakili.

Ini mirip dengan seorang wartawan Irak, Muntazar al-Zaidi yang melempar sepatu kepada Presiden Amerika Serikat George W Bush pada bulan Desember 2008 silam. Zaidi melemparkan sepatunya ke arah wajah Bush (walau tidak kena) saat konferensi pers di Istana Perdana Menteri Irak di Baghdad.

“Ini ciuman perpisahan dari rakyat Irak,” kata Zaidi saat melemparkan sepatu pertamanya.

“Ini untuk para janda dan anak yatim dan semua orang yang tewas di Irak!” katanya lagi saat melemparkan sepatu keduanya.  

Aksi Connolly dan Muntazar al-Zaidi yang boleh dibilang tak seberapa, karena mengepruk kepala Senator Australia Fraser Anning dengan telur dan Muntazar al-Zaidi yang melempar sepatu ke wajah Bush (walau tak kena). Tetapi dampaknya luar biasa bagi warga dunia. Mereka dianggap pahlawan, minimal untuk mewakili perasaan yang tertindas. Oya, dulu ada game-nya juga lho, lempar sepatu ke Bush. Jangan-jangan nanti ada game “ceplok telor ke kepala Fraser” (hehehe…)

Kita semestinya juga punya kesadaran dari peristiwa memilukan ini. Kesadaran yang tumbuh bahwa islamofobia masih ada di kalangan orang-orang kafir. Bahkan mungkin kaum munafik yang diam-diam membenci Islam juga banyak di kalangan kita sendiri, di negeri kita. Maka, segera sadar. Jangan pake lama. Waspada, Bro en Sis.

Oya, bagi kamu yang sudah sadar, semoga kesadaran yang sudah tumbuh itu jangan padam lagi. Ayo, belajar Islam lebih dalam. Rajin ibadah dan semangat mencari ilmu dan mendakwahkannya.

Nah, karena Brenton Tarrant dalam aksi teror membantai muslim di masjid mengaku membawa dendam kesumat yang berakar jauh ke Perang Salib, juga menuliskan manifesto dan simbol-simbol di senjatanya sebagai tantangan kepada Khilafah Islamiyah, maka kita harus bersiap untuk melawannya. Minimal menyiapkan diri untuk memperjuangkan tegaknya kembali Khilafah Islamiyah ‘ala minhajul Nubuwah. Agar kaum muslimin di seluruh dunia ada pembelanya secara institusi negara.

Biarlah Tarrant (dan orang-orang semisalnya), jika tidak bertaubat, ia akan dibakar di neraka. Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Sesungguhnya orang-orang yang mendatangkan cobaan (siksaan) kepada orang-orang yang mukmin laki-laki dan perempuan kemudian mereka tidak bertaubat, maka bagi mereka azab Jahannam dan bagi mereka azab (neraka) yang membakar.” (QS al-Buruj [85]: 10)

Tugas kita yang belum nyadar, segera sadar. Sudah begitu banyak tonjokan-tonjokan dari orang-orang kafir dan munafik. Bukan saja aksi terorisme yang dilakukan Brenton Tarrant, tapi juga seluruh aksi lain yang serupa, termasuk islamofobia di negeri kita dimana banyak orang takut dengan simbol-simbol dan ajaran Islam macam jilbab, jenggot, ngaji, Khilafah Islamiyah, dan lainnya. Kalo sudah nyadar, belajarlah dan mari berjuang bersama menegakkan Islam di muka bumi ini. Semangat! [O. Solihin | IG @osolihin]