Friday, 29 March 2024, 05:40

  gaulislam edisi 491/tahun ke-10 (21 Jumadil Akhir 1438 H/ 20 Maret 2017)
 

Masih anget nih berita tentang kematian seorang pria di daerah Jagakarsa, Jakarta Selatan, dengan cara bunuh diri. Ah, itu biasa. Kok biasa? Iya, yang bunuh diri itu udah banyak. Eh, tapi ini yang jadi nggak biasa adalah dia melakukannya dengan cara merekam aksi bunuh dirinya melalui fasilitas live di Facebook, lho. Beneran. Waduh, itu sih pertunjukan, dong? Begitulah. Kalo sulap dan film kan sering kita lihat ya. Tetapi ini beneran, bukan sulap bukan drama. Asli bunuh diri. Hasilnya? Pria itu mati dengan cara menggantung dirinya. Astaghfirullah!

Sobat gaulislam, adalah Pahinggar Indrawan (35) yang melakukan aksi nekat bunuh diri pada Jumat pagi (17/3) dan disiarkan langsung via fasilitas “go live” dari akun Facebook-nya di smartphone miliknya. Menurut berita yang beredar Indra mengaku alasannya bunuh diri (yang ia tuliskan di halaman akun Facebook-nya sesaat sebelum bunuh diri), karena merasa kecewa kepada istrinya yang telah meninggalkan dirinya, padahal ia mencintainya. Sering cekcok dengan istrinya, berdasarkan keterangan di berita. Kasihan ya, solusinya ternyata malah bunuh diri. Padahal itu bukan solusi, tapi putus asa. Kasihan.

Dulu, kita mendapat berita, bahkan ada yang ditayangakan di televisi tentang aksi orang yang akan bunuh diri. Misalnya, pelaku naik ke tower BTS atau ke lantai atas gedung. Tapi masih berusaha dicegah oleh orang lain dan petugas berwenang, sehingga aksinya ada juga yang digagalkan. Namun, kini ternyata bukan cuma foto selfie saja yang dipajang di timeline media sosial, tetapi juga video (termasuk) yang fatal seperti aksi bunuh diri yang dilakukan Pahinggar Indrawan tanpa ada yang bisa mencegahnya, malah mungkin yang kebetulan online dan jadi teman pelaku ikut menonton tanpa mencegah. Direkam dan live? Iya. Seolah ingin mempertontonkan kepada orang lain bahwa aksinya perlu dilihat. Ratapan dinding Facebook ikut menjadi sarana pamer kegalauan dan kekecewaan bagi penggunanya yang lemah iman.

Data dan angka kasus bunuh diri

Pahinggar Indrawan bukan satu-satunya orang yang nekat bunuh diri. Sebelumnya banyak orang yang melakukannya. Mungkin saja, hari ini juga ada yang bunuh, tapi tak terlaporkan.

Menurut informasi di website kumparan.com (19/3/2017), berdasarkan rata-rata statistik, dalam sehari setidaknya ada dua hingga tiga orang yang melakukan bunuh diri di Indonesia. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat setidaknya ada 812 kasus bunuh diri di seluruh wilayah Indonesia pada tahun 2015. Angka tersebut adalah yang tercatat di kepolisian. Angka riil di lapangan bisa jadi lebih tinggi.

World Health Organization (WHO), badan di bawah PBB yang bertindak sebagai koordinator kesehatan umum internasional, memiliki data tersendiri. Berdasarkan data perkiraan WHO, angka kematian akibat bunuh diri di Indonesia pada 2012 adalah 10.000. Tren angka tersebut meningkat dibanding jumlah kematian akibat bunuh diri di Indonesia pada 2010 yang hanya setengahnya, yakni sebesar 5.000.

Secara global, WHO menyatakan ada 800.000 orang lebih di wilayah seluruh dunia yang meninggal akibat bunuh diri setiap tahunnya, dan ada lebih banyak orang lainnya yang melakukan percobaan bunuh diri. Ada indikasi, sebenarnya ada lebih dari 20 orang lain yang mencoba untuk bunuh diri untuk setiap orang dewasa yang telah meninggal akibat bunuh diri.

WHO menambahkan, sebanyak 75% kasus bunuh diri di dunia terjadi di negara-negara yang berpendapatan ekonomi rendah dan menengah. Namun di negara maju seperti Amerika Serikat pun kasus bunuh diri marak dijumpai.

Bro en Sis rahimakumullah, pembaca setia gaulislam. Dalam Islam, ada satu orang saja yang melakukan bunuh diri, itu sudah jadi masalah berat. Harus serius ditangani. Apalagi ini jumlahnya ribuan, bahkan ratusan ribu setiap tahunnya. Kita seperti hidup dalam ancaman dan kengerian.

Menurut catatan Kompas.com (9/9/2016), Menuliskan laporan tentang angka bunuh diri tertinggi di 10 negara. Hasilnya? Korea Selatan menempati posisi teratas dengan 36,8% (yang dihitung per 100.000 populasi). Berikutnya disusul Guyana (34,8%), Lituania (33,5%), Sri Lanka (29,2%), Suriname (28,3%), Hongaria (25,4%), Kazakhstan (24,2%), Jepang 23,1%), Rusia (22,3%), Belarus & Latvia (21,8%).

Sebagai gambaran jumlah riil, maka di Korea Selatan per 100 ribu populasi ada yang melakukan bunuh diri sebanyak 36.800 orang per tahun. Silakan hitung sendiri untuk jumlah populasi yang lebih besar. Ngeri!

Posisi Indonesia bagaimana? Berada di posisi ke-114 dunia atau ke-8 di Asean dengan 3,7% per 100 ribu populasi). Oya, ini data tahun 2012. Tetap banyak juga jumlahnya.

Ngomong-ngomong Korea Selatan, banyak juga lho artis negeri itu yang melakukan bunuh diri. Kamu kenal Cha Dong Hae? Ya, mantan anggota SG Wannabe ini mati dengan cara bunuh diri. Malah, sejak tahun 2005, selain Cha Dong Hae, tercatat ada 9 seleb Korea yang bunuh diri, termasuk Park Yong-ha, aktor Korea yang dikenal lewat serial Winter Sonata ini ditemukan tewas bunuh diri di rumahnya. Dia menggantung diri menggunakan kabel charger telepon genggam. Berikut daftar selebritis Korea yang memilih bunuh diri: Lee Eun-ju, 2005 (aktris). Sahabat dan temannya mengatakan bahwa Eun-ju mengalami depresi yang akut. U-Nee, 2007 (penyanyi). Kabarnya dia mengalami depresi dan tekanan luar biasa dari fansnya di internet. Jung Da-bin, 2007 (bintang televisi). Depresi.

Di tahun 2008, ada Ahn Jae-hwan (aktor). Utangnya segede gunung ke lintah darat, bisnisnya bangkrut, akhirnya dia memutuskan bunuh diri. Choi Jin-sil, 2008 (artis). Depresi setelah bercerai. Bebannya kian berat saat ia dituduh  di internet sebagai salah satu pihak yang menyebabkan Ahn Jae-hwan bunuh diri. Jang Ja-yeon, 2009 (model dan artis). Dalam catatan bunuh dirinya, Jang Ja-yeon mengatakan ia sering dipaksa untuk “melayani” petinggi di bidang hiburan.

Pada 2010, Kim Daul (model) melakukan bunuh diri di Prancis setelah merasa tekanan dunia model terlalu berat baginya. Choi Jin-young, 2010 (aktor dan penyanyi). Bunuh diri setelah menderita akibat kematian adik tercintanya. Park Yong-ha, 2010 (aktor dan penyanyi). Ia bunuh diri akibat depresi harus mengatur masalah karir dan bisnis di samping merawat kedua orang tuanya yang sakit parah.

Masih banyak banget beragam alasan mereka yang mengakhiri hidupnya dengan cara bunuh diri. Berdasarkan data di website hellosehat.com tentang bunuh diri di Indonesia, pemicu bunuh diri itu ada beberapa sebab: putus cinta, frustrasi akibat ekonomi, keluarga tidak harmonis, dan masalah sekolah. Laki-laki 4x lebih banyak melakukan bunuh diri dibanding perempuan. Sementara perempuan 4x lebih banyak melakukan percobaan bunuh diri dibanding laki-laki. Kasus bunuh diri di Indonesia tahun 2004 dengan korban 771 laki-laki, 348 perempuan. Sebanyak 41% melakukannya dengan cara gantung diri, 36% overdosis, dan 23% menggunakan insektisida. Memilukan!

Butuh bimbingan

Sobat gaulislam, mereka yang memutuskan melakukan bunuh diri tersebab putus cinta, masalah ekonomi, keluarga yang tidak harmonis, maupun masalah di sekolah, adalah orang-orang yang membutuhkan perhatian dan bimbingan namun mereka tidak mencarinya dan orang yang ngerti terlambat mendeteksi. Padahal, di sekolah ada bimbingan konseling, di masyarakat juga ada psikiater dan tokoh agama. Miris dan ironis. Lalu, ini salah siapa? Wah, jika diurutkan bisa banyak banget. Hanya saja, tentu ada biang dari kerusakan ini. Nggak mungkin ada asap kalo nggak ada api. Betul?

Ya, sistem kapitalisme liberal dengan instrumen politiknya bernama demokrasi menjadi penyumbang aksi bunuh diri. Apalagi jika dirunut pemicunya: putus cinta, furstrasi masalah ekonomi, keluarga tak harmonis dan masalah sekolah. Daftar problem yang menjadi pemicu aksi bunuh diri itu akibat dari kebijakan sistem yang tidak bijak, bahkan zalim.

Dalam sistem Islam, pendidikan menjadi sangat penting untuk mengkader manusia agar tidak saja pandai secara akademik, tetapi akidah dan akhlaknya juga bagus. Kalo cuma masalah putus cinta lalu bunuh diri, itu bisa dipastikan lemah iman dan kurang asupan pendidikan, terutama pendidikan agama. Bisa karena individunya malas, pun bisa karena kehidupan di sekitarnya memungkin pelaku untuk menjauhi pendidikan.

Beban ekonomi yang tak sanggup dipikul dan keluarga tidak harmonis, juga dampak dari sistem kapitalisme yang memang menyengsarakan rakyat. Jurang antara yang kaya dengan yang miskin terlalu dalam sehingga kesenjangan ekonomi terjadi. Nggak tahan menghadapi, bisa stres, dan ujungnya nekat bunuh diri. Begitu juga masalah-masalah di sekolah. Padahal, dalam sistem Islam yang diterapkan oleh negara, semua kebutuhan itu terjamin: pendidikan, kesehatan, dan pengelolaan hajat hidup rakyat semua diatur dan negara wajib memberikan kesejahteraan. Sehingga kasus bunuh diri hampir bisa dipastikan nggak akan ada. Beneran!

Bunuh diri itu dosa

Sobat gaulislam, rasanya kita pantas untuk mikir seribu kali (bahkan lebih lagi dari jumlah itu) dan nggak bakalan nekat bunuh diri. Sebab, bunuh diri tuh dilarang dalam ajaran Islam. Allah Ta’ala sudah menjelaskan tentang larangan melakukan bunuh diri. Seperti dalam salah satu ayat di al-Quran: “Dan janganlah kamu membunuh dirimu, sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.” (QS an-Nisaa` [4]: 29)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam juga bersabda, “Barangsiapa yang mencekik lehernya, ia akan mencekik lehernya sendiri di neraka. Dan barang siapa yang menusuk dirinya, ia akan menusuk dirinya sendiri di neraka.” (HR Bukhari dan Muslim)

Oya, bunuh diri bukan saja tindakan konyol tapi jelas berdosa. Dalam hadis lain, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam bersabda, “Barangsiapa bunuh diri dengan menggunakan besi yang tajam, maka alat yang digunakannya itu akan dihunjamkan ke dalam perutnya kelak di hari kiamat dalam api neraka; di dalamnya ia kekal abadi. Barangsiapa bunuh diri dengan meminum racun, maka kelak dalam api jahanam racun tersebut akan diminum dengan tangannya; di dalamnya ia kekal abadi. Barangsiapa yang terjun dari sebuah gunung (tempat yang tinggi) untuk bunuh diri, maka ia akan terjun di dalam api neraka; di dalamnya ia kekal abadi.” (HR Ahmad, Bukhari, Muslim, Tirmidzi, Nasa’i, dan Ibnu Majah dari Abu Hurairah ra; dalam al-Fath al-Kabir, III/224)

Bunuh diri hanya dilakukan oleh orang-orang yang nggak memiliki iman, atau setidaknya memiliki iman tapi nggak berfungsi untuk mencegah dirinya berbuat nista. Padahal, manusia yang masih hidup pasti banyak ujian kehidupan, dan sering perih. Namun, bila kita beriman, tetap sabar, tetap berusaha dan tawakkal, insya Allah ada jalan keluar. Jangan berputus asa dari rahmat Allah Ta’ala. Tetap semangat untuk menggapai ridho dan rahmat Allah Ta’ala, meski hidup sulit, kawan. [O. Solihin | Twitter @osolihin]