Friday, 26 April 2024, 02:52

gaulislam edisi 750/tahun ke-15 (4 Sya’ban 1443 H/ 7 Maret 2022)

Ini bukan sekadar daftar nama negara, lho. Apalagi khusus ditulis dalam judul untuk buletin edisi pekan ini. Ya, mumpung lagi jadi buah bibir tentang serangan Rusia ke Ukraina, negara pecahan Uni Soviet (Uni Republik Soviet Sosialis). Banyak motif sih mengapa Rusia menyerang Ukraina. Silakan kamu bisa baca banyak berita yang berseliweran di media sosial dan juga di media massa mainstream alias arus utama.

Nah, dalam tulisan ini saya nggak bahas konflik di antara kedua negara tersebut, tetapi saya ingin ngajak kamu melihat perbandingan saja, sih. Perbandingan dalam hal apa? Perbandingan dalam soal sikap warga dunia kepada konflik Rusia dan Ukraina dibandingkan dengan sikap warga dunia terhadap konflik (baca: penjajahan) Israel terhadap Palestina yang sejak dulu hingga sekarang belum kelar. Beda banget, lho.

Singkat kata, warga dunia itu seolah rame-rame menghujat Rusia atas serangannya ke Ukraina. Namun, mengapa diam sejak lama terhadap penjajahan Israel atas rakyat Palestina? Ini sudah jelas sebenarnya. Warga dunia (baca: musuh-musuh Islam) pasti nggak suka dengan kaum muslimin. Kalo memang mengutuk kejahatan, mestinya Israel udah lama diprotes. Nyatanya? Nothing! Kalo pun ada, mungkin beberapa gelintir saja orang di sana yang pro Palestina.

Ini mestinya mengingatkan kita untuk memahami bahwa benturan peradaban itu akan selalu ada. Akan ada benturan atau perang antar ideologi besar dunia. Sejarah mencatat, bahwa ideologi besar di dunia itu cuma ada tiga: Sosialisme-Komunisme, Kapitalisme-Sekularisme, dan Islam. Nggak ada lagi. Cuma tiga itu yang sesuai dengan definisi ideologi. Eh, ada yang belum tahu pengertian ideologi? Ini saya bisikin, ya.

Menurut kamus nih, ideologi adalah kumpulan konsep bersistem yang dijadikan asas pendapat (kejadian) yang memberikan arah dan tujuan untuk kelangsungan hidup. Oya, dijelaskan juga bahwa ideologi jika digabung dengan kata politik, berarti himpunan, nilai, ide, norma, kepercayaan, dan keyakinan yang dimiliki seseorang atau sekelompok orang yang menjadi dasar dalam menentukan sikap terhadap kejadian dan problem politik yang dihadapinya dan yang menentukan tingkah laku politik. (Kamus Besar Bahasa Indonesia, edisi III, cetakan ketiga, 2003, hlm. 417)

Dalam Islam, istilah ideologi juga dikenal, lho. Mabda’ merupakan istilah bahasa Arab yang dapat diterjemahkan sebagai ideologi, namun bukan ideologi dalam pengertian yang sempit, sebagaimana dalam pandangan sekularisme. Menurut Muhammad Muhammad Ismail (dalam bukunya, Al-Fikr al-Islâmi, hlm. 9–11), yang disebut dengan mabda’ adalah akidah/keyakinan yang digali dari proses berpikir, yang kemudian melahirkan sistem atau aturan-aturan (‘aqîdah ‘aqliyyah yanbatsiqu ‘anhâ nizhâm). Menurut definisi ini, sebuah akidah/keyakinan disebut sebagai mabda’ (ideologi) jika memiliki dua syarat: (1) bersifat ‘aqliyyah; (2) memiliki sistem/aturan.

Akidah, dalam hal ini, bisa dimaknai sebagai pemikiran yang bersifat integral (menyeluruh) mengenai alam semesta, manusia, dan kehidupan ini; mengenai keadaan sebelum dan setelah kehidupan dunia; juga mengenai hubungan antara kehidupan dunia dengan kehidupan sebelum dan sesudah dunia.

Sedangkan sistem aturan yang dimaksud mencakup berbagai pemecahan atas berbagai problem kehidupan (baik pribadi, keluarga, masyarakat maupun negara; menyangkut persoalan ibadah, akhlak, sosial, politik, ekonomi, dan budaya); juga mencakup cara untuk menerapkan berbagai pemecahan tersebut serta cara memelihara sekaligus menyebarkan akidah tersebut. (Taqiyuddin an-Nabhani, Nizhâm al-Islâm, hlm. 22)

Sobat gaulislam, kayaknya sekarang kamu mulai ada bayangan ya tentang apa itu ideologi. Beberapa pendapat di atas bisa disimpulkan bahwa ideologi itu boleh dibilang sebagai pandangan hidup. The way of life, deh. Jadi, sengaja nih saya geber pembahasan ini, selain karena memang inilah karakter Islam yang harus kita akui dan kita kenali, juga sekaligus untuk ngajak kamu semua mulai berpikir serius. Tapi, tetep santai dong, ya. Jangan tegang dulu. Kalem aja lagi.

Jati diri muslim

Nah, untuk melengkapi pembahasan ini, saya coba ngajak kamu, sebagai remaja muslim, agar menjaga idenitas sebagai muslim. Menunjukkan jati diri sebagai muslim yang ajeg dan kokoh. Pada permasalahan ini, kita berdiri di mana? Membela siapa? Kita berdiri hanya sebagai muslim, berpikir dan bersikap layaknya kaum muslimin. Jadi, dalam konflik Rusia dan Ukraina kita nggak punya kepentingan untuk membela salah satu dari mereka. Nggak ada urusannya. Toh, kedua negara itu juga, saat masih menjadi Uni Soviet pernah menginvasi saudara kita di Afganistan. Kamu pernah tahu? Kalo belum, saya bisikin dikit, ya.

Menurut catatan di wikipedia, Perang Soviet-Afganistan merupakan masa sembilan tahun ketika Uni Soviet berusaha mempertahankan pemerintahan Marxis-Leninis di Afganistan dari gempuran mujahidin. Para mujahidin mendapat dukungan dari banyak negara, antara lain Amerika Serikat dan Pakistan.

Pasukan Uni Soviet pertama kali memasuki Afganistan pada tanggal 25 Desember 1979, dan penarikan pasukan terakhir terjadi pada tanggal 2 Februari 1989. Uni Soviet lalu mengumumkan bahwa semua pasukan mereka sudah ditarik dari Afganistan pada tanggal 15 Februari 1989. Akibat banyaknya biaya yang dikeluarkan dan kesia-siaan konflik ini, Perang Soviet–Afganistan sering dianggap sebagai “Perang Vietnam-nya Uni Soviet”. Seperti Amerika Serikat yang kalah di Vietnam.

Kalo detilnya, silakan kamu bisa searching di internet atau di buku-buku, ya. Intinya sih, gagalnya Uni Soviet di Afganistan adalah bentuk pertolongan Allah Ta’ala terhadap para mujahidin yang berjuang melawan negeri adidaya tersebut, terlepas dari konflik kepentingan di kedua blok (Barat dan Timur) dalam urusan ini.

Bagaimana dengan Israel yang menjajah Palestina? Kalo ini sih, jelas kita berpihak kepada saudara muslim kita di Palestina. Penjajahan zionis Israel jelas harus dilawan. Harus disuarakan juga penentangan kepada mereka. Sebab, sesama muslim itu bersaudara. Aneh aja sih, kalo ada orang yang ngaku muslim malah membela Israel dan mengatakan muslim Palestina itu teroris. Ngeri Bro en Sis. Jangan-jangan kaum munafik, karena memilih orang kafir yang dibela.

Oya, sekadar tambahan informasi aja soal Ukraina dan Israel yang konon ada kedekatan, lho. Ustaz Mohammad Fauzil Adhim di akun instagramnya menulis begini:

Sekedar biar nggak kaget, kenapa pembelaan kepada Ukraina begitu besar, termasuk dari Israel. Harap diingat bahwa dari sekian orang yang pernah menjadi perdana menteri Israel, tiga di antaranya dari Ukraina. Salah satunya adalah Golda Meir. Begitu pula yang pernah menjabat presiden Israel, dua di antaranya dari Ukraina.

Ukraina juga penyumbang besar pemukim gelap tanah Palestina. Kawasan pemukiman baru yang dibuka dengan mengusir, membunuh dan menghancurkan kehidupan muslimin di Tanah Palestina, sangat banyak di antaranya disediakan untuk gelombang manusia dari Ukraina.

Apakah kita berpihak kepada Rusia? Tidak. Sama sekali tidak. Tidak ada dari keduanya yang kita patut berpihak. Cerita ini hanyalah agar kita tidak kaget melihat apa yang terjadi, termasuk diskriminasi ras yang terjadi, bahkan di saat mereka memerlukan tempat untuk mengungsi.

Begitu menurut Ustaz Mohammad Fauzil Adhim. Saya setuju. Memang seharusnya kita bisa membuka wawasan kita dan tetap pada jati diri kita sebagai muslim. Berpikir dan bertindak sebagai muslim. Ciri khas muslim. Nggak ikut ke kiri atau ke kanan, apalagi nggak jelas juntrungannya. Tetap ajeg bin kokoh sebagai muslim.

Islam akan kembali berjaya

Bro en Sis rahimakumullah, pembaca setia gaulislam. Tentu saja ini keinginan para pejuang Islam dan pembela perjuangan Islam dan kaum muslimin. Sebab, hingga saat ini memang Islam belum bangkit sebagai kekuatan yang diperhitungkan. Ideologinya ada, dimiliki banyak kaum muslimin. Ajarannya pun dipegang teguh oleh banyak kaum mukminin. Hanya saja sebagai kekuatan politik yang diterapkan oleh negara secara totalitas belum ada lagi sejak terakhir di kekhilafahan Turki Utsmani pada 1924 silam. Berarti sudah hampir seratus tahun kaum muslimin tanpa negara. Saat ini hanya negeri-negeri kecil yang saling dibatasi dengan sekat nasionalisme. Menyedihkan.

Lalu, apa yang harus kita lakukan saat ini? Hal pertama sih, kita semua kudu sadar. Kita yang udah sadar duluan sebagai muslim wajib menyadarkan saudara kita yang lainnya bahwa sebagai muslim kita harus memiliki jati diri dan siap berjuang demi kejayaan Islam.

Sedih banget rasanya melihat nasib saudara seakidah di negeri-negeri yang di sana mereka jadi minoritas, seperti kaum muslimin Rohingya, India, Uighur di China dan masih banyak lagi. Sudah banyak kejadian, tetapi warga dunia secara umum bungkam. Belum lagi yang negerinya diacak-acak demi kepentingan politik dan ekonomi oleh para penjajah (termasuk kezaliman pemimpinnya sendiri) seperti di Palestina, Afganistan, Irak, Suriah, bahkan bisa jadi di negeri kita. Silakan direnungkan saja. Negeri kita yang kaya raya dalam hal sumber daya alam, tetapi rakyatnya tak makmur. Bener apa betul?

Kita mesti menyelesaikan urusan ini bersama-sama. Maka, bisa dimulai dari identitas kemusliman kita. Kita mestinya sangat bangga dengan Islam dan ribuan ulama yang senantiasa menjaga Islam agar sampe kepada kita dari sumber yang asli. Itu sebabnya, meski telah lebih dari seribu tahun sejak masa kenabian Rasulullah Muhammad shallallahu ‘alahi wa sallam, tetapi kita tetap mengenal Islam. Al-Quran menemani kita sebagai penunjuk jalan hidup, dan ribuan kitab yang ditulis oleh ribuan ulama, bahkan mungkin jutaan ulama sebagai pewaris nabi yang siap mengenalkan Islam lebih detil. Semua itu menuntun kita untuk mengetahui syariat Islam, akidah Islam, dakwah Islam, dan keilmuan Islam lainnya, serta sejarah kedigdayaan Islam.

Islam udah lengkap turun dan menjadi tuntunan bukan hanya buat kaum Muslimin, tetapi untuk semua manusia. Islam tuh rahmatan lil alamin alias rahmat bagi seluruh alam (termasuk umat manusia). Tentu, jika manusia mau memahami Islam dengan benar dan dari sumber yang benar. Sebagai Muslim, kayaknya kagak pantes banget kalo kita nggak mau diatur oleh Islam dalam hidup ini. Allah Ta’ala menjelaskan dalam firman-Nya (yang artinya): “Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barang siapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata.” (QS al-Ahzab [33]: 36)

Hanya kepada Allah Ta’ala kita berharap dan memohon segala pertolongan. Semoga kita semua diberkahi, dirahmati, dan senantiasa dilindungi oleh Allah. Allah Ta’ala nggak bakalan salah dalam mengkalkulasi amalan kita. Jadi, yuk sama-sama kita berjuang untuk membela Islam. Semoga keimanan, ketakwaan, keberanian, keikhlasan, dan semangat juang senantiasa menjadi penggerak dakwah kita. Tentu, agar Islam tetap bergema hingga akhir zaman.

Mengakhiri tulisan edisi kali ini, saya kutipkan sebuah hadis yang semoga saja kian meyakinkan diri kita dan mampu mengobarkan semangat kita. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda (yang artinya): “Perkara ini (Islam) akan merebak di segenap penjuru yang ditembus malam dan siang. Allah tidak akan membiarkan satu rumah pun, baik gedung maupun gubuk melainkan Islam akan memasukinya sehingga dapat memuliakan agama yang mulia dan menghinakan agama yang hina. Yang dimuliakan adalah Islam dan yang dihinakan adalah kekufuran” (HR Ibnu Hibban)

Bro en Sis, semoga kita semua menjadi pejuang dan pembela Islam yang ikhlas dan gagah berani, sebagaimana Muhammad al-Fatih sang pembebas Konstantinopel. Beliau dan pasukannya menaklukkan Konstantinopel alias Byzantium yang saat itu merupakan pusat kekaisaran Romawi Timur pada 1453 M (857 H).

Muhammad al-Fatih, pemimpin para pemuda yang usianya belum genap 23 tahun telah dimuliakan oleh Allah Ta’ala melalui pujian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai pembebas Konstantinopel: “Sebaik-baik pemimpin adalah pemimpin (yang membebaskan) Konstatinopel dan sebaik-baik tentara adalah tentaranya.” (HR Ahmad)

Akankah konflik Rusia-Ukraina merembet ke negara lain lalu jadi perang dunia ketiga yang akan melibatkan banyak negara? Nggak tahu juga. Namun kita berharap, semoga ini menjadi jalan untuk kembalinya kejayaan Islam dengan munculnya Imam Mahdi di akhir zaman. Kita harus bersiap, sobat! [O. Solihin | IG @osolihin]