Monday, 29 April 2024, 02:43

 gaulislam edisi 591/tahun ke-12 (13 Jumadil Akhir 1440 H/ 18 Februari 2019)

Sobat gaulislam, ngomong-ngomong soal cinta dan para pejuang, kayaknya asyik juga, ya. Berarti kita membahas dua tema sekaligus, yakni tentang cinta dan tentang pejuang. Tetapi dalam buletin kesayangan kamu edisi kali ini, kita rapel bahasnya ya dan ada tambahan kata lain: Bukti Cinta Para Pejuang.

Ya, dua pekan berturut-turut kemarin udah bahas tentang cinta juga, lho. Bagi kamu yang nggak baca edisi sebelumnya, silakan cari di arsip kami ya, di website. Ini sekadar melanjutkan saja dari dua tema sebelumnya yang juga ada hubungannya dengan cinta. Kali ini lebih fokus pada cinta dan para pejuang Islam.

Saya termasuk penyuka sejarah lho, walau bukan maniak banget. Sekadar suka aja, nggak sampe mendalami. Saya suka masa lalu dan bisa menjadi cermin untuk saat ini agar masa depan bisa lebih baik, karena belajar dari masa lalu dan masa sekarang. Walau, kalo belajar sejarah kadang agak bingung kalo referensinya nggak jelas. Sebab, adakalanya dicampur fiksi. Sehingga ada genre dalam penulisan atau film sebagai fiksi sejarah. Nah, kalo ini sih jadi makin nggak jelas.

Namun demikian, adakalanya dari sejarahlah kita bisa tahu (walau sedikit) tentang apa yang dilakukan oleh banyak orang, termasuk dalam hal ini adalah para pejuang. Benar. Mereka memang hidup sesuai zamannya. Masalahnya juga bisa jadi berbeda dengan kita di masa sekarang, tetapi menurut saya sih, esensi perjuangan bisa jadi sama. Membela kebenaran memang harus diperjuangkan. Sebab, itu keyakinan untuk mempertahankan dan menyebarkannya sekaligus. Agar kehidupan di masa depan jauh lebih baik dari sekarang. Saya yakin di masanya para pejuang berpikir demikian.

Saya pernah membaca Sirah Nabawiyah karya Ibnu Hisyam. Luar biasa. Disampaikan dengan terperinci melalui jalur periwayatan yang meyakinkan dan kredibel. Sejarah hidup Rasulullah Muhammad shallallahu ‘alahi wassalam dibeberkan dengan sangat gamblang. Seolah kita dibawa kepada masa lalu. Mengharukan, memberi semangat, memberikan keyakinan dan kepercayaan luar biasa bagi kehidupan kita. Beliau mencintai keluarga dan para sahabatnya, bahkan seluruh kaum muslimin setelahnya. Cinta dan perjuangannya dalam menyebarkan Islam tak bisa dikalahkan oleh generasi saat ini.

Ya, itu bisa kita lihat buktinya. Islam menyebar ke seluruh dunia dan menjadi agama yang paling banyak dianut oleh manusia. Apalagi akidah Islam sudah ada sejak masa Nabi Adam ‘alaihi salam dan rasul-rasul berikutnya. Rasulullah Muhammad shallallahu ‘alaihi wassalam diutus Allah Ta’ala untuk mengemban risalah Islam yang sudah disempurnakan. Tak kenal lelah dalam dakwah untuk menyebarkan Islam dan memperjuangkannya dengan penuh semangat ketika ada pihak-pihak yang hendak memadamkan cahaya Islam. Luar biasa.

Dakwah sepanjang masa

Bro en Sis rahimakumullah, pembaca setia gaulislam. Kecintaan para pendahulu kita terhadap umat manusia di zamannya senantiasa membangkitkan semangat dakwah. Ya, dakwah untuk menyebarkan Islam. Sebab, Islam satu-satunya agama yang bisa menyelamatkan manusia di dunia dan di akhirat.

Sejak pertama kali mendapatkan wahyu dari Allah Ta’ala, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam segera menyiapkan barisan pendukung dan penjaga dirinya sebagai utusan Allah Ta’ala. Beliau sebarkan dakwah kepada kerabatnya, beliau pun sampaikan Islam kepada tetangga dan masyarakat di sekitarnya. Dengan segenap kekuatan, keyakinan, tanggung jawab, dan cinta, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam terus bergerak tanpa henti menggaungkan Islam. Menggemakan Islam hingga membuat para petinggi Quraisy terguncang dan terusik dengan aktivitasnya.

Cacian dan makian lebih banyak beliau terima ketimbang kepercayaan dan kepedulian dari kerabat dan masyarakat Quraisy. Bahkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam mengalami hal ini. Tapi, beliau tetap tegar. Pada suatu kesempatan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam berhenti di depan rumah sejumlah kabilah sembari berkata: “Wahai Bani Fulan, sesungguhnya aku ini adalah Rasulullah untuk kalian, memerintahkan kalian untuk menyembah Allah dan tidak menyekutukan-Nya dengan apa pun. Hendaklah kalian meninggalkan penyembahan kepada selain-Nya sekaligus beriman kepadaku, membenarkanku, dan membelaku sampai aku menjelaskan dari Allah wahyu-Nya yang dengan itu Dia mengutusku.”

Ketika itu paman beliau, Abu Lahab, sedang berdiri di belakang beliau. Dia menolak segala ucapan Nabi shallallahu ‘alaihi wassalam sekaligus mendustakannya. Saat itu, tak ada seorang pun yang mau menerima ajakan beliau. Mereka kemudian berkata, “Kaummu saja, yang lebih mengetahui tentang siapa dirimu, tidak mengikutimu.” (Ahmad Mahmud, Dakwah Islam, jilid I, hlm. 110)

Coba, bagaimana rasanya jika hal itu kita juga mengalaminya. Bahkan oleh saudara sendiri. Jangan-jangan kita malah menyurutkan langkah dan kecil hati? Tapi, Rasulullah tetap tegar, tetap berani, dan tentunya tetap semangat untuk terus menyampaikan dakwah Islam ini kepada semua manusia. Menolak atau menerima itu bukan beban kita. Karena yang terpenting adalah bagaimana kita berusaha terus untuk menyampaikan dakwah ini. Dan, Nabi Muhammad Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam adalah sebagai teladan kita dalam berdakwah.

Jadi, meskipun banyak sindiran, cemoohan, dan bahkan kekerasan yang dilakukan oleh orang-orang kafir Quraisy, Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wassalam tetap berdakwah. Karena yakin, Allah Ta’ala yang akan menolong orang-orang yang menolong agama-Nya. Rasulullah tetap tegar dan semangat dalam berdakwah, meski beliau dianiaya oleh para pembesar Quraisy seperti Abu Lahab dan istrinya (Ummu Jamil binti Harb bin Umayyah), Umayyah bin Khalaf, Abu Jahal, al-Akhnas bin Syuraiq, al-Walid bin al-Mughirah, Uqbah bin Abi Mu’ith, Ubay bin Khalaf, dan bahkan para tetangganya seperti al-Hakam bin Abi al-Ash, Adi bin Hamra’ ats-Tsaqafi, Ibnu al-Ashda’ al-Hudzli dan lainnya. Nah, lebih lengkap lihat Prof. Dr. Muh. Rawwas Qol’ahji, Sirah Nabawiyah, al-Izzah, 2004, hlm. 87-93.

Itu sebabnya, dakwah Islam tak berhenti hanya di masa beliau shallallahu ‘alaihi wassalam, tetapi dilanjutkan oleh para sahabatnya, tabiin, tabiut tabiin, generasi salaf, dan terus disambung generasi berikutnya sampai pada masa kita.

Di negeri kita sendiri, banyak berkembang informasi seputar keberadaan Wali Songo dan dakwahnya. Kesultanan-kesultanan Islam sejak Samudera Pasai, hingga Demak. Di negeri lain juga sama. Di belahan bumi lainnya tak jauh beda. Ya, para pendahulu kita tentu saja berdakwah dan berjuang demi menyebarkan Islam. Itulah bukti cinta para pejuang terhadap umat Islam di zamannya di wilayahnya berada.

Perjuangan sepanjang zaman

Sobat gaulislam, perjuangan menegakkan Islam juga digelorakan para pejuang sepanjang zaman. Tradisinya dilanjutkan secara terus menerus antar generasi, bahkan hingga sekarang. Tanpa henti. Sebab, pertarungan antara yang haq dan yang bathil selalu ada di setiap zaman. Hanya berbeda pelakunya saja. Itu sebabnya, tak ada alasan bagi kita untuk berhenti berjuang.

Misalnya aja nih, perjuangan para pendahulu kita di negeri ini dalam melepaskan belenggu penjajahan negeri-negeri Eropa yang kufur. Pahlawan Islam di negeri ini sangat banyak, diwariskan antar generasi. Sekadar contoh saja: ada Adipati Unus, Fatahillah, Sultan Agung, Pangeran Diponegoro dan masih banyak lagi. Di masa perjuangan kemerdekaan juga tak kalah banyaknya. Mengapa bisa begitu? Sebab, tak sudi hidup di bawah ketiak penjajah, dan demi menegakkan Islam agar kaum muslimin mulia.

Bahkan keberadaan Wali Songo menjadi bukti cinta para ulama kepada kaum muslimin demi tegaknya Islam di  wilayah nusantara ini. Menyebarkan dakwah Islam diwariskan antar generasi. Berbeda zaman, berbeda uslub (cara). Tetapi tujuan utamanya adalah mensyiarkan Islam agar tetap ada untuk generasi berikutnya. Islam hadir di tengah umat sepanjang zaman karena ada yang menyebarkannya. Mengalir jauh hingga generasi kita saat ini. Mungkin saja kita nggak kenal Islam, lho, jika tak ada para ulama yang ikhlas berjuang menyebarkannya.

Bagaimana dengan zaman kita sekarang? Perjuangan tetap ada. Bahkan bisa jadi kian berat karena fasilitas yang bisa menjadi senjata pendukung perjuangan kian canggih. Bahwa orang kafir di masa Nabi banyak, saat ini juga banyak. Bahwa di masa Nabi ada orang munafik, saat ini juga ada. Bahwa pada generasi berikutnya banyak pengkhianat, di zaman ini pun tak kalah jumlahnya. Selalu ada pejuang dan pengkhianat. Senantiasa ada orang yang mendukung dakwah dan perjuangan, pun demikian akan ada saja mereka yang berkhianat dengan cara menggembosi perjuangan dan dakwah.

Ya, fasilitas teknologi komunikasi dan informasi di masa lalu dengan di masa sekarang memang kalah jauh. Itu sebabnya, di zaman sekarang fitnah bisa tersebar lebih cepat. Kita tertatih-tatih melawan berita bohong (hoax). Kadang sulit dibedakan mana yang benar dan mana yang salah. Tetapi insya Allah perjuangan dakwah akan senantiasa digelorakan sebagai bukti cinta kepada agama dan umat ini. Insya Allah.

Remaja pejuang Islam

Salah satu ciri dari ajaran Islam memang perintah kepada umatnya untuk berdakwah, yakni mengajak manusia kepada jalan Allah (tauhid) dengan hikmah (hujjah atau argumen). Kepedulian terhadap dakwah jugalah yang menjadi trademark seorang mukmin. Artinya, orang mukmin yang cuek-bebek sama dakwah berarti bukan mukmin sejati. Bener, lho. Apa iya kamu tega kalo ada teman kamu yang berbuat maksiat kamu diemin aja? Nggak mungkin banget kan kalo ada temen yang sedang berada di bibir jurang dan hampir jatuh, nggak kamu tolongin. Iya nggak sih?

Sobat gaulislam, bahkan Allah memuji aktivitas dakwah ini sebagai aktivitas yang mulia, lho. Firman-Nya (yang artinya),“Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh dan berkata: “Sesungguhnya aku termasuk orang-orang muslim”  (QS Fushshilat [41]: 33)

Menyeru kepada yang ma’ruf (kebaikan) dan mencegah dari perbuatan munkar merupakan identitas seorang muslim. Itu sebabnya, Islam begitu dinamis. Buktinya, mampu mencapai hingga sepertiga dunia. Itu artinya, hampir seluruh penghuni daratan di dunia ini pernah hidup bersama Islam. Wah, hebat juga ya para pendahulu kita? Betul, sebab mereka memiliki semangat yang tinggi untuk menegakkan kalimat “tauhid” di bumi ini. Sesuai dengan seruan Allah (yang artinya): “Dan perangilah mereka itu, sehingga tidak ada fitnah lagi dan (sehingga) ketaatan itu hanya semata-mata untuk Allah.” (QS al-Baqarah [2]: 193)

Kini, di zaman yang udah jauh berubah ketimbang di masa lalu, arus informasi makin sulit dikontrol. Internet misalnya, telah mampu memberikan nuansa budaya baru. Kecepatan informasi yang disampaikannya ibarat pisau bermata dua. Bisa menguntungkan sekaligus merugikan. Kita bisa saksikan dengan mata kepala sendiri, bahwa banyak teman remaja yang tergoda dengan beragam rayuan maut peradaban Barat seperti seks bebas, narkoba, dan beragam kriminalitas. Walhasil, amburadul deh!

Itu sebabnya, sekarang pun dakwah menjadi sarana sekaligus senjata untuk membendung arus budaya rusak yang akan menggerus kepribadian Islam kita. Kita lawan propaganda mereka dengan proganda kembali. Perang pemikiran dan perang kebudayaan ini hanya bisa dilawan dengan pemikiran dan budaya Islam. Yup, kita memang selalu dihadapkan pada kondisi untuk melawan kebatilan dan kejahatan.

Bro ens Sis rahimakumullah, pembaca setia gaulislam. Islam membutuhkan tenaga, harta, dan bahkan nyawa kita untuk menegakkan agama Allah ini. Dengan aktivitas dakwah yang kita lakukan, maka kerusakan yang tengah berlangsung ini masih mungkin untuk dihentikan, bahkan kita mampu untuk membangun kembali kemuliaan ajaran Islam dan mengokohkannya. Tentu, semua ini bergantung kepada partisipasi kita dalam dakwah ini.

Coba, apa kamu nggak risih dengan maraknya pergaulan bebas di kalangan remaja? Apa kamu nggak merasa was-was dengan tingkat kriminalitas pelajar yang makin tinggi?  Apa kamu nggak kesel ngeliat tingkah remaja yang hidupnya nggak dilandasi dengan ajaran Islam? Seharusnya masalah-masalah model beginilah yang menjadi perhatian kita siang dan malam. Beban yang seharusnya bisa mengambil jatah porsi makan kita, beban yang seharusnya menggerogoti waktu istirahat kita, dan beban yang senantiasa membuat pikiran dan perasaan kita nggak tenang kalo belum berbuat untuk menyadarkan kaum muslimin yang lalai.

Nah, kalo kita mencintai dakwah dan umat ini, maka mestinya sepakat untuk berjuang membereskan berbagai persoalan kehidupan saat ini. Tentu, untuk ke arah sana butuh kerjasama yang apik, solid dan fokus pada masalah. Pemikiran dan perasaan di antara kita kudu disatukan dengan ikatan akidah Islam yang lurus dan benar. 

Kita harus satu persepsi, bahwa Islam harus tegak di muka bumi ini. Kita harus memiliki cita-cita, bahwa Islam harus menjadi nomor satu di dunia untuk mengalahkan segala bentuk kekufuran. Itulah di antaranya kenapa kita wajib berdakwah, Bro en Sis. Semoga kamu paham. Ya, semoga juga menjadi bukti cinta bagi kita yang senantiasa memperjuangkan dakwah Islam. [O. Solihin | IG @osolihin]