Wednesday, 24 April 2024, 10:00

  gaulislamedisi 273/tahun ke-6 (2 Rabi’ul Awwal 1434 H/ 14 Januari 2013)

 

Siapa sih kita? Pertanyaan ini biasa dan mungkin sederhana sekali, tapi cukup susah dijawab. Kalo kita udah bisa jujur kepada diri kita sendiri, yakin deh bahwa kita juga bisa jujur kepada orang lain dan mau memahami cara pandang orang lain. Mengenali diri kita itu penting. Supaya kita nggak lupa diri. Supaya jangan merasa minder atau merasa jumawa. Mengenal diri kita adalah bagian dari rasa cinta kita yang harus ditumbuh-suburkan. Supaya kita lebih cinta dan sayang kepada diri sendiri.

Bro en Sis rahimakumullah, pembaca setia gaulislam, mungkin kita mulai belajar mengenal diri kita dari tubuh kita. Mata kita, misalnya. Ya, kita punya mata (kamu punya mata juga kan?). Sepasang benda ini mirip lensa kamera dan diletakkan di kepala bagian depan yang juga melengkapi istilah wajah. Sehingga mirip lampu yang bisa menerangi jalan kita dengan leluasa dan maksimal. Bayangkan jika mata diletakkan di organ kerja kita seperti tangan dan kaki, bisa-bisa rusak tuh pas kita kerja. Mungkin yang punya ide ‘gila’ berpikir, “Ah, kalo seandainya mata ada di telunjuk jari tangan kita kayaknya enak nih, kalo ngintip di pemandian umum nggak usah capek-capek nyari tangga, tinggal acungkan aja telunjuk kayak periskop kapal selam.” Hmm… sepintas emang menyenangkan. Tapi, dia lupa, gimana kalo akhirnya tuh telunjuk dipake ngupil? Atau misalnya harus dipake nyocol sambal? Bisa belepotan kotoran dan kepedihan karena nyungsep di kubangan upil dan sambel. Lagian, ngintip orang lain yang membuka aurat berdosa lho. Sumpah! (nah, ini nulisnya bener lho, nggak kayak anak alay yang nulisnya “cumpah” hehehe…) *suruh belajar ngomong lagi tuh. Udah gede masih kayak bocah umur 2 tahun.

Oya, selain mata yang merupakan indera untuk melihat, di kepala kita ditempatkan pula indera yang lain: telinga (indera pendengar), hidung (indera pencium), lidah (indera perasa, untuk mengecap rasa). Semua itu diciptakan oleh Allah dalam bentuk yang indah, pas dan enak dipandang mata.

Mungkin ada hikmahnya juga kali ya kalo kuping tuh ditaro di sisi kanan dan kiri kepala kita. Itu pula barangkali yang kemudian mengilhami orang membuat kacamata. Sebagai pengait frame kacamata. Hidung juga begitu manisnya dicetak sama Allah Swt. tuh dengan posisi lubangnya ke bawah. Hmm.. gimana jadinya kalo lubang hidung itu menghadap ke atas. Betapa repotnya kita kalo hujan turun sementara nggak bawa payung. Dan kita juga nggak bisa ngebayangin kalo lidah tuh ditaronya di luar mulut. Gimana jadinya karena akan merasakan begitu banyak rasa. Allah Swt. telah menciptakan tubuh kita dan organ-organnya dengan sebaik dan seindah mungkin. Subhanallah, dan sering-seringlah bersyukur dan beramal shalih atas karunia ini.

Nah, indera berikutnya yakni kulit—yang tidak saja ada di kepala, tapi di seluruh bagian tubuh luar kita adalah indera peraba. Kita bisa meraba apa pun yang kita pegang atau sentuh. Kulit tangan kita bisa merasakan benda kasar dan halus, atau kulit tubuh kita bisa merasakan hawa dingin, panas, dan juga gesekan lain yang menyentuh kulit.

Kalo dari sisi indera aja kita udah kenal diri kita, maka yakin kita akan merawatnya. Kita akan menggunakannya sesuai kebutuhan kita. Kita menjaganya dengan kecintaan yang penuh. Itu sebabnya, jika kita udah mengenal tubuh kita, maka kita nggak akan berani merusaknya kalo memang kita cinta kepada tubuh kita. Betul ndak? *jawab dengan jujur ya.

 

Tato: bukti cinta palsu kita

Kalo ukurannya gaya, mungkin emang keren pake tato. Ibarat kain, tuh tubuh dibatik dengan cara dirajah. Tentu, supaya awet tinta dan bikin gambar tato tetep bagus, harus digambar di bawah kulit. Biar nggak kehapus begitu aja. Perbuatan-perbuatan yang rusak ini dilakukan dengan menyiksa dan menyakiti badan, yaitu dengan menusuk-nusukkan jarum pada badan orang yang ditato itu.

Oya, tato sekarang nggak selalu identik dengan preman. Karena ada juga sekarang slogan bahwa tato tuh bukan kriminal (emang bukan kriminal di hadapan manusia, tapi berdosa di hadapan Allah Swt.). Orang yang mungkin kita anggap baik-baik kayak pelajar, pemain bola, pengusaha, atau artis dan model ternyata juga banyak yang pake tato.  Sejumlah artis Indonesia yang tercatat memiliki tato antara lain Becky Tumewu, Ficky Burki, Karenina dan lain-lain. Bahkan Karenia, mengaku menyukai tato sejak umur 12 tahun. Dia ngakunya seneng aja. Maka jangan heran kalo dia memiliki tiga tato permanen bermotif naga, bunga, dan salib di lengan, pinggang, dan punggung. Selain menjadi perhatian, tatonya melengkapi gayanya berbusana. Hadeeeuh…

Bro en Sis pembaca setia gaulislam, belum lagi para seleb lapangan hijau. Rata-rata pemain sepakbola yang saya lihat di televisi pada saat main bola atau berita khusus seputar kehidupan di luar lapangan. Kamu kenal Marco Materazzi? Udah aki-aki dan nggak diajak lagi main di timnas Italia kayaknya sekarang mah. Nah, bek Italia yang sempat ditanduk Zinedine Zidane pas final Piala Dunia 2006 lalu di Jerman itu, punya tato di lengannya berupa tanggal-bulan-tahun kelahirannya dalam angka Romawi. Belum lagi David Beckham, Cristiano Ronaldo dan seleb lapangan hijau lainnya, termasuk si Diego Michels. Kalo musisi banyak banget dah. Dulu jamannya saya sempat seneng ama Metallica di tahun 1990-an, beberapa personelnya yang saya tahu itu bertato. Ada yang lainnya nggak? Waduh, kayaknya nggak cukup untuk nulis di buletin ini deh. Saking banyaknya. Baik musisi lokal maupun mancanegara, silakan diperiksa aja bagian tubuhnya, sepertinya banyak yang menjadikan tato sebagai gaya hidup demi kebebasan berekspresi.

Tapi, apa iya sih demi kesukaan dan tren kemudian kita melupakan bahaya tato itu sendiri buat kita? Merusak tubuh kita dengan cara ditato (termasuk ditindik or pearching), ternyata bisa mengundang penyakit. Salah satunya bisa didatengi virus HIV. Hiiiiy!

Pemakaian alat tusuk yang menembus kulit, misalnya alat tindik, tato, dan facial wajah diyakini berdasarkan penelitian bisa membantu penularan HIV. Kalo alat tusuknya itu (jarum) nggak seteril, misalnya bekas mentato orang yang udah terinfeksi HIV, terus nggak dibersihin lagi pas mentato orang lain, maka orang yang ditato setelahnya bisa tertular HIV. Tuh kan, itu namanya nggak cinta sama diri sendiri. Nggak cinta ama tubuh sendiri. Itu sebabnya, orang yang ditato or ditindik kuping, alis, hidung dan sebagainya itu sebenarnya cintanya itu adalah cinta palsu.

Belum lagi sebagai muslim kita bisa berdosa lho kalo ditato atau mentato. Sabda Rasulullah saw. “Rasulullah saw. melaknat perempuan yang mentato dan minta ditato, dan yang mengikir gigi dan yang minta dikikir giginya.” (HR Thabarani)

Menurut Syaikh Yusuf Qardhawai dalam kitab Halal-Haram dalam Islam, “Kalau ada laki-laki yang berbuat demikian, maka dia akan lebih berhak mendapat laknat.”

Nah, lho. Menurut para ulama, laknat itu lawannya barokah. Kalo barokah adalah bertambahnya kebaikan. Tapi kalo laknat berarti bertambahnya keburukan dan itu bisa saja terus menerus. Na’udzubillahi min dzalik!

 

Sadarlah!

Bro en Sis ‘penggila’ gaulislam. Ngeri banget deh kalo urusannya dengan pelanggaran terhadap syariat. Emang enak yang disebut gaya dan keren dengan tato? Banyak kok remaja muslim yang keren dan berprestasi tanpa tato. Kalo pengen jadi pusat perhatian, bukan dengan hal-hal yang salah atau maksiat. Bisa kok menjadi pusat perhatian dengan hal-hal yang positif dan menginspirasi. Coba, bahaya banget kalo niatnya pengen terkenal tapi dalam hal yang aneh dan merusak. Misalnya, terkenal karena—maaf—ngencingin sumur zamzam. Waduuuuh terkenal sih terkenal, tapi terkenal jeleknya dan bisa disumpahin seluruh kaum muslimin di dunia. Bahaya!

Bandingkan nih dengan para ulama yang terkenal karena keilmuannya. Siapa sih yang nggak mengenal Imam Syafi’i? Siapa pula yang belum pernah dengan nama beken para sahabat Rasulullah saw. yang diberi julukan Khulafa ar-Rasyidin? Subhanallah, mereka semua terkenal dalam kebaikan. Masa’ sih kita pengen terkenal dalam keburukan? Nggak banget! Makanya, belajar Islam ya biar kamu tambah pinter dan tambah bertakwa. Keren!

So, mulai sekarang, bagi yang masih ditato segera sadar dan hentikan kebiasaan mentato diri. Bila tato itu bisa dihapus, hapus aja dah tatonya. Kalo nggak bisa? Imam an-Nawawi rahimahullah, mengatakan: “…Kalau mungkin dihilangkan dengan pengobatan maka wajib dihilangkan. Jika tidak memungkinkan kecuali dengan melukainya dimana dengan itu khawatir berisiko kehilangan anggota badannya, atau kehilangan manfaat dari anggota badan itu, atau sesuatu yang parah terjadi pada anggota badan yang tampak itu, maka tidak wajib menghilangkannya. Dan jikalau bertaubat ia tidak berdosa. Tapi kalau ia tidak mengkhawatirkan sesuatu yang tersebut tadi atau sejenisnya maka ia harus menghilangkannya. Dan ia dianggap bermaksiat dengan menundanya. Sama saja dalam hal ini semua, baik laki-laki maupun wanita.” (Syarh Shahih Muslim, 14/332. Dinukil pula ucapan ini dan disetujui dalam kitab ‘Aunul Ma’bud, 11/225, dan Nailul Authar, 6/228) *kutipan pendapat Imam an-Nawawi ini dimuat dalam asysyariah.com

So, kalo emang cinta sama tubuh kita, yang udah diberikan amanahnya oleh Allah Swt. untuk kita jaga, maka jangan sampe nih tubuh bagus ini kita rusak dengan cara mentatonya juga menindiknya. Selain bisa bahaya buat kita, juga bakalan dimintai pertanggungjawaban oleh Allah Swt. Sebab, itu termasuk perbuatan yang mengundang dosa. Hmm… semoga tulisan ini jadi nambah wawasan kamu. Yuk, kita jujur bilang cinta kepada diri sendiri, salah satunya dengan cara tidak merusak tubuh kita dengan cara mentatonya. Oke? Semoga menyadarkanmu. [solihin | Twitter: @osolihin]

2 thoughts on “Emang Gaya, Kalo Ditato?

  1. hehehe, baca ini, aku jadi inget waktu SMA pakek tato, tapi tato yang bisa dihilangin – yang buat pengantin itu. Ehh,,, gak taunya waktu di masjid, dimarahi sama Kiaiku. Baru itu aku sadar kalo tato jenis apa pun, emang lebih baik ditinggalin, Walaupun boleh dalam syariat, tapi kalo Allah aja gak seneng, ya lebih baik gak usah. Masak orang Islam melakukan hal yang tidak disukai Allah??? ya kan???
    Terimakasih gaulIslam…

Comments are closed.