Thursday, 9 May 2024, 05:53

gaulislam edisi 606/tahun ke-12 (29 Ramadhan 1440 H/ 3 Juni 2019)

Allahu Akbar! Ramadhan akan segera berakhir! Nggak terasa, bulan yang super spesial ini akan segera berganti dengan bulan yang baru. Saat buletin ini terbit, sudah tanggal 29 Ramadhan 1440 H. Umur bulan dalam kalender hijriah kalo nggak 29, ya 30 hari. Berarti besok atau lusa sudah berganti bulan. Yes! Tanggal 1 Syawwal sudah di depan mata, Bro en Sis! Itu loh, yang orang Indonesia lebih akrab dengan istilah Lebaran. Yeayy… alhamdulillah ‘alaa kulli haal.

Sobat gaulislam, hari raya Idul Fitri ini memang momen yang sangat membahagiakan. Selain tentunya sebagai hari kemenangan atas keberhasilan puasa kita sebulan penuh di bulan Ramadhan–yaitu menahan diri dari segala hal yang membatalkannya–hari raya Idul Fitri ini memanglah saatnya untuk kita, kaum muslim, berbahagia dan bersuka cita. Di hari ini, kita diharamkan untuk berpuasa, alias saatnya untuk makan-makan. Di hari ini juga, kita diperkenankan memakai pakaian terbaik kita, serta saling berkunjung ke sanak sodara. Wah, benar-benar hari bahagia, ya.

Tentu saja kaum muslimin sangat bergembira menyambut hari raya ini. Berbagai persiapan dilaksanakan. Pasar dan juga tempat-tempat perbelanjaan sudah dapat dipastikan akan sesak oleh para penjual dan pembeli. Berbagai keperluan khas lebaran mulai dipasarkan dan banyak dicari oleh masyarakat. Mulai dari ketupat, daging, pakaian baru, bahkan semacam petasan, kembang api, dan lain sebagainya. Meriah banget kan, Bro en Sis. Tapi kudu ati-ati, jangan sampe membeli barang yang tak bermanfaat, ya!

Masih ada hari terakhir, Guys!

Eits! Tapi tunggu dulu. Masih ada yang harus kita ingat nih, Bro en Sis. Bergembira dalam menyambut hari raya boleh aja, sih. Tapi masih ada loh, kewajiban-kewajiban yang belum selesai. Hari-hari terakhir di bulan ramadhan yang jangan sampai terlupakan. Oh iya, ya. Hihihi… jangan sampai karena terlalu bahagia menyambut hari raya, jadinya menurun deh performa ibadah kita.

Apalagi di hari-hari terakhir Ramadhan nih, Bro en Sis, puasa harus tetep dilaksanakan. Ibadah lainnya juga harus tetap dijaga. Beuuh, jangan sampai deh, karena terlalu antusias menyambut hari lebaran, eh, malah bocor puasanya. Atau malah ibadah lainnya nggak terlaksana gara-gara kita jadi terlalu fokus mempersiapkan lebaran.

Hati-hati loh, Bro en Sis. Justru di saat-saat akhir Ramadhan ini seharusnya kita lebih gencar lagi ibadahnya. Kenapa? Alasannya ternyata karena ada keutamaan-keutamaan di sepuluh hari terakhir bulan ramadhan ini.

Sebagaimana dijelaskan di dalam sebuah hadist nih, Bro en Sis. Diriwayatkan dari Aisyah radhiallahu ‘anha, ia berkata (yang artinya), “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam jika memasuki sepuluh hari terakhir dari bulan Ramadhan, mengencangkan sabuknya, dan menghidupkan malam-malamnya, serta membangunkan keluarganya.” (Mutafaq Alaih)

Dalam riwayat lain, Aisyah radhiallahu ‘anha berkata (yang artinya), “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam lebih intens melakukan ibadah di sepuluh hari terakhir di bulan Ramadhan, jika dibandingkan dengan hari-hari lainnya.” (HR Muslim)

Wah, maksudnya apa ya? Bro en Sis, inget kan, Rasulullah adalah sebaik-baik panutan. Hmm… artinya, apa yang Rasulullah contohkan, pastinya yang terbaik juga, kan? Iya, dong!

Inget lagi juga nih, Bro en Sis. Bahwa ada satu malam di sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan yang kalau kita beribadah di malam itu, maka ganjarannya seperti beribadah selama 1000 bulan. Wow! 1000 bulan itu berapa hari ya? 30 dikali 1000 hasilnya banyak banget, Bro en Sis. 1000 bulan juga kalo diagi dengan tahun, sekira 83 tahun. Sayang banget kalau ketinggalan.

Faktanya nih, Bro en Sis. Biasanya, di akhir-akhir bulan Ramadhan ini, sering kita jumpai, banyak di antara kita malah jadi lebih sibuk buat ngurusin agenda pulang kampung. Nah, khususnya di satu minggu terakhir menjelang lebaran nih, sering kali kita jumpai masjid-masjid itu sudah mulai berkurang jamaahnya.

Ya, karena sebagian jamaah mungkin sudah atau dalam perjalanan mudik menuju kampung halaman. Apalagi yang kampung halamannya jauh dan pergi ke sana melalui jalur darat, bermalam di jalan. Belum lagi, menjelang hari raya, kita bisa lihat di berita-berita di TV, lalu lintas di jalan menuju kampung halaman sudah dipastikan akan sangat padat. Walhasil, orang-orang pasti lebih banyak berada di jalan ketimbang berada di masjid untuk i’tikaf.

Atau mungkin karena dalam perjalanan, kita malah jadi membatalkan puasa kita. Memang Allah sudah memberi keringanan untuk orang-orang yang safar supaya tidak usah berpuasa tetapi wajib menggantinya di bulan lain. Tapi membayangkan berpuasa di hari lain selain dalam suasana bulan Ramadhan, pastinya beda, kan?

Hmm… padahal Ramadhan sedikiiit lagi selesai. Pengennya kita sih, makin fokus ibadah, kan?

Hari Raya Idul Fitri; baju baru atau ketaatan baru?

Oh iya, Bro en Sis, ada syair, nih, tentang hari Raya Idul Fitri. Kata ulama, “Hari raya Ied itu bukan bagi orang yang berpakaian baru, tetapi hari raya Ied itu untuk orang yang ketaatannya bertambah”. Hmm.. kira-kira maksudnya apa, ya?

Jadi gini nih, Bro en Sis. Mungkin ada di antara kamu sudah banyak yang tahu tentang fakta hari lebaran yang dihubungkan dengan pakaian baru. Yup! Biasanya, orang-orang menjelang hari raya ini, banyak yang wara-wiri cari pakaian baru terbaik untuk dipakai di hari raya.

Lebih-lebihnya lagi, para pedagang tentunya juga tidak akan ketinggalan memberikan potongan harga secara besar-besaran khusus hari raya ini. Wah, pas banget tuh, buat jalan-jalan ke mal demi berburu pakaian lebaran sesuai minat. Malahan kadang-kadang ada yang menganggap baju baru itu wajib waktu lebaran. Waduh!

Loh? Emangnya salah ya, kalau mau pakai baju baru di hari raya? Bukan gitu maksudnya, Bro en Sis. Tapi, di hari raya itu, baju baru sama sekali bukan hal yang wajib. Nggak dosa kok kalau nggak pakai baju baru. Asal bajunya bersih dan nggak najis untuk dipakai sholat, nggak apa-apa, kok, walau pun pakaiannya sudah lama.

Intinya sih, pakaian baru itu cuma pernak-pernik tambahan penggembira di hari raya. Tapi sama sekali bukan kewajiban, kok.

Nah, kalau pun kita harus punya sesuatu yang baru setelah melewati hari raya ini, kira-kira apa ya? Ya, mestinya adalah kualitas keimanan dan ketaatan kita kepada Allah Ta’alaa. Maksudnya gimana? Lebaran, artinya harus memiliki lembaran baru dalam kehidupan kita agar menjadi lebih baik. Kalo sebelumnya mungkin merasa kurang baik dalam menjalankan ketaatan kepada Allah, maka di momen lebaran ini–karena sesudah melatih diri di bulan Ramadhan dengan berpuasa–bisa menjadi gerbang pertama untuk menjadi lebih baik. Yap! Ungkapan lembaran baru boleh juga kita pakai, yaa.

Sobat gaulislam, semoga kita semua bisa menyadari bahwa dalam suasana Ramadhan, keimanan dan ketaatan kita terasa lebih baik. Why? Ketika kita bersama-sama seluruh umat muslim menjalani hari-hari menahan hawa nafsu dari melakukan dosa, kemudian kita juga berlomba-lomba mengejar kebaikan di bulan Ramadhan, berusaha sepenuh tenaga untuk beribadah di malam hari, shalat, tilawah al-Quran, bersedekah, dan banyak amalan lain yang rasanya” lebih mudah kita lakukan di bulan Ramadhan. Sekali lagi, itu semua adalah pertolongan dari Allah Ta’alaa yang wajib kita syukuri. Alhamdulillah.

Hikmah puasa Ramadhan

Oya, kita ingatkan diri kita sebelum menyelesaikan bulan Ramadhan ini. Yuk! Coba kita ingat-ingat lagi, sebenernya tujuan puasa kita itu apa, sih? Betul sekali! Sebagaimana yang menjadi dalil wajibnya puasa Ramadhan kita, yaitu firman Allah Ta’ala dalam al-Quran surah al-Baqarah ayat 183 (yang artinya), “Wahai orang-orang beriman! Telah diwajibkan atas kamu berpuasa (di bulan Ramadhan), sebagaimana telah diwajibkan kepada orang-orang sebelum kalian, supaya kamu bertakwa.”

Nah, kita bisa lihat sama-sama, apa alasan dan tujuan puasa kita itu. Di bagian akhir dari ayat 183 surah al-Baqarah tersebut, yaitu supaya kita menjadi orang yang bertakwa. Artinya, puasa kita selama sebulan penuh ini, ketika kita menahan lapar, haus, serta nafsu kita, semua itu tidak hanya menjadi kewajiban saja yang mesti kita selesaikan saat bulan Ramadhan. Ya, karena mestinya ketakwaan itu nggak berhenti di bulan Ramadhan saja. Tetapi dilanjutkan di sebelas bulan berikutnya sampai ketemu Ramadhan lagi. Terus begitu hingga akhir hayat. Semoga kita kuat dan dimudahkan oleh Allah Ta’ala.

Bro en Sis, menahan diri dari segala sesuatu yang membatalkan puasa mulai terbit fajar hingga terbenam matahari selama sebulan penuh itu nggak mudah, loh. Alhamdulillahirabbil’alamin, segala puji bagi Allah, semua itu dapat kita lakukan. Pastinya kita nggak mau dong, puasa kita ini tidak menjadi sukses seperti yang Allah Ta’ala maksudkan dalam al-Quran, yaitu supaya kita menjadi orang-orang yang bertakwa.

So, jangan sampai kayak gini nih, Bro en Sis. Ketika di bulan Ramadhan kita sudah bagus dalam ibadah kita, kita sudah berusaha meninggalkan kebiasaan-kebiasaan jelek kita di bulan-bulan sebelumnya, eh begitu selesai Ramadhan, kebiasaannya balik lagi, deh. Waduh! Jangan dong. Artinya nggak sukses nanti misi selanjutnya. Tetep istiqomah dalam kebaikan, ya, Bro en Sis. InsyaaAllah, pasti akan Allah mudahkan. Aamiin.

Yuk kita ingat sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wassalam (yang artinya), “Celakalah seorang hamba yang menemui Ramadhan, lalu Ramadhan berlalu dalam keadaan dosa-dosanya belum diampuni.” (HR Bukhari dan Muslim)

Akhirnya, menyambut Hari Raya

Sobat gaulislam, tentu saja kita tetap bergembira menyambut bulan Syawwal yang hari pertamanya adalah hari raya bagi umat muslim seluruh dunia. Dan, nggak ketinggalan juga, kita bisa mencari keberkahan di hari raya tersebut dengan menjalankan sunnah-sunnah Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wassalam di hari raya. Hmm… gimana ya, caranya?

Ada beberapa sunnah yang semoga bisa lebih optimal melaksanakannya. Kamu bisa cari-cari sendiri tentang itu kalo pengen lengkap. Di sini, saya bakalan kasih beberapa hal aja, ya. Siap?

Pertama, jangan lupa mandi sebelum melaksanakan shalat Ied, ya.. Hihihi… Memang mandi buat kita dilakukan setiap hari. Bedanya, di hari raya ini, mandinya kita niatkan untuk menjalankan sunnah. InsyaaAllah, mandi kita, jadinya lebih berpahala. Mandi keramas ya, Bro en Sis.

Kedua, kita dianjurkan untuk berhias diri dan memakai pakaian yang terbaik. Nggak harus baru ya, Bro en Sis. Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wassalam memiliki baju khusus yang dipakai untuk menyambut tamu atau khusus di hari Jumat. Dan dipakai juga di hari raya.

Dari Jabir radhiallahu ‘anhu, ia berkata (yang artinya), “Nabi shallallahu ‘alaihi wassalam memiliki jubah khusus yang beliau gunakan untuk Idul Fitri dan Idul Adha, juga untuk digunakan pada hari Jumat.” (HR Ibnu Khuzaimah)

Ketiga, sunnah di hari raya Idul Fitri adalah makan sebelum shalat Idul Fitri. Sebab, itu yang dilakukan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam. Juga, sebagai penanda bahwa hari tersebut kita sudah tidak lagi berpuasa.

Keempat, bertakbir dari rumah menuju tempat shalat. Ini adalah ciri berbahagianya kaum muslim. Ketika puasa Ramadhan telah sempurna, maka kita bersyukur dengan memperbanyak takbir. Dan begitulah yang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam biasa lakukan dari rumahnya menuju ke tempat shalat Idul Fitri.

Kelima, adalah saling mengucapkan selamat, yaitu dengan ungkapan, “Taqabbalallahu minna wa minkum”, yang artinya, “Semoga Allah menerima amalan kami dan kalian.”

Itu sebabnya, buat kamu semua nih, Buletin Remaja gaulislam juga ingin mengucapkan, “Taqabbalallahu minna wa minkum. Selamat hari raya Idul Fitri 1440 H. Mohon maaf lahir dan batin”. Semoga, kita bisa bertemu lagi dengan bulan Ramadhan dalam keadaan iman dan takwa yang kian bertambah. Aamiin. [Fathimah NJL | IG @FathimahNJL]