Friday, 29 March 2024, 03:29

gaulislam edisi 505/tahun ke-10 (2 Syawwal 1438 H/ 26 Juni 2017)
 

Alhamdulillah shaum Ramadhan sebulan penuh udah kita tunaikan. Sebulan penuh kita isi dengan ibadah: shalat wajib, shalat sunnah tarawih dan tahajud, tilawah al-Quran, shadaqoh, dan amalan shalih lainnya. Itu semua membuat kita berada pada posisi nyaman beribadah dan mengumpulkan pahala untuk bekal di akhirat kelak. Ramadhan mampu membentuk kebiasaan baik kita, khususnya dalam melaksanakan ibadah dan menahan syahwat dari perbuatan yang dilarang agama.

Sobat gaulislam, jika di bulan Ramadahan kita berjuang untuk menggapai ridho Allah Ta’ala dengan amal shalih yang pahalanya dilipatgandakan, bahkan ada pahala yang super besar, yakni beribadah atau beramal shalih di malam qadr, maka bulan-bulan setelahnya tentu wajib berjuang juga. Bahkan perjuangannya akan semakin berat karena ‘bonus-bonus’ pahala sudah tidak kita dapatkan sebagaimana yang Allah Ta’ala berikan di bulan Ramadhan. Walaupun tentu ada pahala yang Allah Ta’ala berikan di bulan lainnya sesuai amal shalih yang kita kerjakan.

Itu sebabnya, perjuangan untuk menahan syahwat dan membiasakan gemar beribadah akan lebih berat karena suasananya berbeda dengan ketika Ramadhan. Contoh nih, jika di bulan Ramadhan kita bisa tahan berhari-hari shaum, bahkan untuk yang cowok bisa full sebulan karena nggak ada halangan kayak anak cewek. Sebab, semua orang yang muslim yang terkena kewajiban mereka semua puasa: di rumah, tetangga, di sekolah, di lingkungan sekitar, semua puasa. Berbeda dengan di luar Ramadhan, untuk shaum sunnah saja berat. Sebab, bisa jadi kita shaum, tapi kakak or adik kita atau ibu dan ayah kita nggak shaum. Di sekolah juga sama. Tak semua teman kita shaum. Berat nahan godaannya.

Namun demikian, semoga saja tempaan selama sebulan di Ramadhan membuat kita makin takwa, makin taat dan makin kokoh keimanan kita kepada Allah Ta’ala. Aamiin. Insya Allah. Ini akan menjadi bekal kita menjalani bulan-bulan berikutnya. Tetap berjuang, setidaknya berjuang untuk mampu menahan godaan syahwat dan gemar melaksanakan ibadah dan pelaksanaan syariat Islam lainnya. Ketakwaan kita akan membantu untuk itu. Sebagaimana ungkapan Ibnu Rajab al-Hambali rahimahullah, “Hari raya bukanlah untuk orang yang berpakaian baru, akan tetapi hari raya itu untuk orang yang ketaatannya bertambah”

Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa” (QS al-Baqarah [2]: 183)

 

Tetap istiqomah

Sobat gaulislam, perjuangan dalam menahan godaan hawa nafsu dari melakukan perbuatan maksiat dan berupaya keras agar gemar beribadah bukanlah perjuangan yang ringan. Berat. Bahkan terasa lebih berat bagi sebagian besar kaum muslimin. Itu sebabnya, perlu keyakinan yang kuat akan pertolongan Allah Ta’ala dan senantiasa mendekatkan diri kepada-Nya untuk mengharap rahmat dan ampunan dari-Nya.

Oya, sebagai muslim tentu saja kewajiban kita banyak. Itu sebabnya, dibutuhkan sikap istiqomah untuk melaksanakan banyaknya kewajiban yang sudah Allah Ta’ala bebankan kepada kita. Tentu saja, agar kita semangat dan terus konsisten dalam melaksanakan kewajiban. Sekadar tahu aja ya, istiqomah itu artinya terus komitmen pada kebenaran Islam dan terus beribadah. Berat? Tentu saja, Bro en Sis. Banget-banget malah.

Oya, selain berat untuk dimiliki, sikap istiqomah membuat seorang muslim dipandang oleh muslim lainnya sebagai orang yang layak dikagumi. Ibnul Mubarok menceritakan dari Bakkar bin ‘Abdillah, ia berkata bahwa ia mendengar Wahb bin Munabbih berkata, ada seorang ahli lewat di hadapan ahli ibadah yang lain. Ia pun berkata, “Apa yang terjadi padamu?” Dijawablah, “Aku begitu takjub pada si fulan, ia sungguh-sungguh rajin ibadah sampai-sampai ia meninggalkan dunianya.” Wahb bin Munabbih segera berkata, “Tidak perlu takjub pada orang yang meninggalkan dunia seperti itu. Sungguh aku lebih takjub pada orang yang bisa istiqomah.” (Hilyatul Auliya’, 4: 51)

Balasan bagi orang yang istiqomah juga luar biasa, Sobat. Allah Ta’ala menjanjikan surga. Sebagaimana firman-Nya (yang artinya), “Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: “Tuhan kami ialah Allah” kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan: “Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan gembirakanlah mereka dengan jannah yang telah dijanjikan Allah kepadamu.” (QS Fushshilat [41]: 30)

 

Makin takwa setelah Ramadhan

Sobat gaulislam, Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam.” (QS Ali Imran [3]: 102)

Maksud ayat ini, menurut Ibnu Mas’ud radhiallahu ‘anhu, “Allah itu ditaati, tidak dimaksiati; Allah itu selalu diingat, tidak dilupakan; Nikmat Allah itu disyukuri, tidak dikufuri.” (Tafsir al-Qur’an al-‘Azhim, 2: 388-389)

Artinya, kalo saat Ramadhan kita selalu merasa dekat dengan Allah Ta’ala karena padatnya kita beribadah: shalat wajib, shaum, shalat taraweh, tilawah al-Quran dan amal shalih lainnya, maka setelah Ramadhan, kita harus lebih dekat lagi dengan Allah Ta’ala. Makin takwa. Berat memang, tetapi harus kita jalani.

Kita perlu waspada setelah Ramadhan ini. Intinya sih niatkan untuk kebaikan agar puasa kita berbuah takwa. Berdasarkan keterangan yang saya dapetin di website rumaysho.com yang mengutip pendapat ulama salaf,  “Siapa yang berpuasa di bulan Ramadhan dan terbetik dalam hatinya, nantinya bakda Ramadhan setelah tidak berpuasa lagi, ia bertekad tidak akan bermaksiat pada Allah, maka ia akan masuk surga tanpa masalah, tanpa dihisab. Namun siapa yang berpuasa di bulan Ramadhan dan ia terbetik dalam hatinya bakda Ramadhan setelah tidak berpuasa lagi, ia akan bermaksiat pada Allah, maka puasanya tertolak.” (Lathaif Al-Ma’arif, hlm. 390)

Sungguh nikmat banget kalo shaum kita membekas dalam perilaku kita. Membekas dalam ibadah kita, membekas dalam pengamalan syariat Allah dan Rasul-Nya. Insya Allah kita menjadi jawara sejati setelah Idul Fihtri, makin takwa setelah Ramadhan. Itu artinya Ramadhan benar-benar sudah menjadi tempat penempaan diri untuk melatih kesabaran kita, rasa syukur kita, keimanan kita, dan keyakinan akan ampunan Allah Ta’ala jika kita mau bertobat atas segala dosa.

Selama bulan Ramadhan ini kita udah terbiasa hidup teratur dan memiliki rasa takut yang cukup tinggi kepada Allah Ta’ala Kita rela menahan untuk tidak makan dan minum di siang hari semata karena kita taat kepada Allah Ta’ala dan menjaga puasa kita agar tidak batal. Betapa kita rela mati-matian istiqomah dalam menjalankan perintah Allah ini. MasyaAllah.

Siang dan malam hari jadi giat beribadah seolah hari esok maut menjemput kita. Semarak shalat taraweh berjamaah memberikan suasana kebersamaan yang tinggi, tilawah al-Quran bergema hebat dari mulut kita. Juz demi juz kita lalui dengan penuh semangat dan keikhlasan sehingga begitu Ramadhan selesai, al-Quran khatam dibaca. Semoga amalan kita diterima Allah Ta’ala. Jerih payah beribadah siang dan malam semoga menambah nilai takwa kita di hari-hari ke depanya. Jangan sampe deh, ibadah yang rajin dan taat menjalankan perintah Allah Ta’ala hanya terjadi di bulan Ramadhan saja. Sayang banget.

Itu sebabnya, agar kita tetap bisa menjalankan ibadah di luar Ramadhan dan makin kuat ketakwaan kita, nggak ada salahnya kita ciptakan suasana yang sama dengan saat Ramadhan. Agar kita senantiasa merasa dekat dengan Allah Ta’ala dan dihindarkan dari perbuatan dosa. Kamu pernah dengar kan lagunya Opick yang berjudul Tombo Ati? Isinya pasti kamu pada hapal deh. Yup, obat hati itu ada lima perkara. Pertama, membaca al-Quran (meresapi makna untuk mencerahkan akal dan jiwa). Kedua, shalat malam (agar bisa meraih disiplin orang-orang shalih). Ketiga, bergaul dengan orang-orang shalih (untuk mendapatkan ilmu dan nasihatnya). Keempat, shiyam, yakni puasa (agar lapar kita berbuah sadar). Kelima, dizkir malam (membiasakan dzikir di malam hari di saat banyak manusia terlelap dalam tidurnya).

Nah, semoga saja ini bisa membuat kita senantiasa menumbuhkan ketakwaan meski Ramadhan sudah berlalu meninggalkan kita. Artinya, ada hasilnya gitu, lho. Shaum Ramadhan berbuah takwa, bukan cuma dapetin lapar dan haus doang.

Sobat gaulislam, ada hadits qudsiy yang oke banget untuk memotivasi agar kita senantiasa dekat dengan Allah Ta’ala untuk meraih takwa kepada-Nya: “Jika seorang hamba mendekat kepada-Ku sejengkal, Aku akan mendekatinya sehasta; jika ia mendekati-Ku sehasta, aku akan mendekatinya sedepa; jika ia datang kepada-Ku dengan berjalan, Aku akan mendekatinya dengan berlari” (Shahih Bukhari, XI/199)

Yuk ah, tetap berjuang sebab perjuangan kita akan terus berlanjut selama hayat masih dikandung badan (khususnya perjuangan melawan hawa nafsu agar tidak berbuat maksiat dan perjuangan agar gemar ibadah). Jadi, perbanyak ibadah, taat kepada Allah dalam pelaksanaan syariat, giat berdakwah dan tentu rela berkorban untuk perjuangan dakwah dan tegaknya Islam di muka bumi ini. Tetap semangat dan istiqomah! [O. Solihin | Twitter @osolihin]