Saturday, 27 April 2024, 12:50

gaulislam edisi 828/tahun ke-16 (19 Shafar 1445 H/ 4 September 2023)

Sobat gaulislam, jadi cowok yang berlabel “bad boy” aja sama sekali nggak baik, maka kalo ada anak cewek yang berusaha keras ingin mendapat label “bad girl”, bener-bener nggak keren! Why? Ya, silakan kamu pikirin, memangnya ada yang nyaman bergaul dengan cewek nakal dan bandel? Ngajak kepada keburukan dan juga maksiat, pula. Kalo pun ada cowok yang suka bad girl, itu karena cara pandangnya sama, sama-sama menyukai kenakalan. Ngeri, ah!

Oya, dalam pergaulan remaja atau secara umum di masyarakat, kita bisa jumpai fakta bahwa ada banyak perilaku orang. Maksudnya tipenya, ya. Namun, kalo bicara “hitam-putih”, ya hanya ada dua, yakni keburukan vs kebaikan. Sisanya  campuran keduanya atau sisi lain berupa variasi dari kedua hal tersebut. Nah, dalam pembahasan bad girl di edisi kali ini, kita sepakati dulu bahwa yang dimaksud adalah “gadis nakal” yang berarti beda dari yang baik dalam kelakuannya. Gambarannya, bad girl itu nggak mau diatur, melakukan perbuatan yang dipandang menyenangkan bagi dirinya, bukan berdasarkan aturan masyarakat atau aturan agama. Dinasihati nggak mau, bahkan melawan. Diberikan arahan kepada kebaikan malah melakukan sebaliknya. Dilarang malah melarang. Misalnya dilarang berkata kasar, dia malah melarang orang mengatur dia. Kira-kira, kayak gini tuh pantes atau nggak? Kalo ngikutin bujuk rayu setan sih, bisa aja bilang, “keburukan itu menyenangkan”. Bahaya banget cara berpikirnya, tuh!

Persoalannya, mengapa ada remaja putri yang memilih jadi bad girl? Apa penyebabnya? Kalo dilihat secara garis besar sih, pengaruhnya bisa dari pengaruh teman sebaya, dipicu dari konten tertentu di media sosial, termasuk lemahnya pengawasan orang tua. Jadi, ketiga faktor ini bisa menjadi penyebab remaja perempuan memilih label bad girl bagi dirinya atau merasa bangga memposisikan diri sebagai “gadis nakal”. Ada banyak yang merasa nyaman dan memilih menjalani label “bad girl” karena dinilainya keren. Bebas, cenderung jadi rebel alias pemberontak, jadi perhatian orang lain, dan bisa jadi ada yang merasa tertarik juga dengan perilakunya, terutama dari mereka yang satu pandangan dengan label “bad girl” yang dianggap keren tersebut. Berarti di sini soal sudut pandang.

Nah, dengan demikian, berarti kalo bicara sudut pandang, maka setiap orang bisa berbeda sudut pandang, sesuai pengalamannya dalam melihat persoalan, sesuai tingkat pendidikan, juga berdasar pola asuh di keluarga. Itu sebabnya, nggak bisa dijadikan ukuran mutlak. Namun, membutuhkan aturan yang obyektif dan tunggal. Obyektif secara fakta, dan aturan tunggal dalam arti cara pandang agama. Nah, kebenaran dalam ranah keimanan dan gaya hidup itu punya ciri khas, sehingga harus tunggal. Contohnya Islam. Maka, standarnya adalah keimanan kepada Allah Ta’ala dan gaya hidup wajib sesuai tuntunan Islam. Jika seseorang mengaku sebagai muslim, tetapi imannya berbeda dan cara hidupnya bertentangan dengan Islam, itu bukan muslim sejati namanya. Minimal dihukumi sebagai lemah iman dan kendor ikatan ketaatannya kepada syariat Islam. Bila dibiarkan, malah khawatir lepas dari Islam. Waspadalah!

 

Nakal bukan pilihan

Betul banget. Nakal itu berisiko. Bisa bikin nggak nyaman orang lain atas tindakan kenakalan kita, juga berpotensi membahayakan diri kita dari orang yang nggak suka atas perilaku kenakalan kita. Jadi, jangan coba-coba. Belum lagi kalo mengingat urusan ajal. Kalo lagi bandel bin nakal lalu ajal datang, gimana? Duh, jangan sampai buruk di akhir hidup kita.

So, daripada berbuat yang nggak nggak, lebih baik berbuat yang iya iya. Eh, maksudnya, daripada berbuat keburukan, yang sudah jelas akibatnya bagi kita dan orang lain, maka pilihlah kebaikan. Berbuatlah kebaikan, karena akibatnya juga sudah jelas, yakni baik bagi kita dan juga baik bagi orang lain.

Kalo kamu memilih nakal sebagai jati dirimu, itu salah alamat. Memangnya mau dapet citra buruk selama hidupmu? Jadi bad girl atau bad boy itu merugikan kamu di masa sekarang dan masa yang akan datang (kalo nggak bertaubat sampai akhir hayat). Nggak perlu juga coba-coba pengen jadi anak nakal karena merasa bosen jadi anak baik-baik. Gimana jadinya kalo pas nyobain jadi nakal pas ajalmu datang? Rugi banget, pake kuadrat.

Sebenarnya banyak istilah yang serupa dengan nakal, seperti yang udah disinggung dikit, yakni istilah rebel. Masih ada yang lainnya. Saya tulis ringkasannya, sekadar kamu tahu aja. Mungkin kamu pernah dengar istilah troublemaker. Betul, istilah ini mengacu pada seseorang yang seringkali membuat masalah atau konflik. Ada juga istilah delinquent. Apa itu? Ya, delinquent merujuk kepada individu yang terlibat dalam tindakan-tindakan yang melanggar hukum atau aturan. Di sekolah sering bolos atau ngajak murid lain melanggar aturan. Nggak banget, deh.

Selain itu ada istilah wayward untuk menggambarkan “nakal”. Ya,  wayward digunakan untuk menyebut individu yang cenderung berperilaku menyimpang dari norma-norma sosial yang berlaku. Orang lain disiplin dan tanggung jawab, dia malah sebaliknya. Kejujuran dijunjung tinggi, dia malah kebohongan yang dibudidayakan (eh, emangnya lele?).

Kamu perlu tahu juga istilah miscreant. Nah, istilah ini merujuk kepada seseorang yang seringkali melakukan perbuatan yang salah atau jahat. Misalnya, nonjok temannya tanpa alasan, mengadu-domba, memfitnah, dan sejenisnya. Bahaya banget, kan?

Istilah lainnya adalah outlaw. Kayak gimana, tuh? Oke, jadi outlaw adalah istilah yang menggambarkan seseorang yang secara berulang melanggar hukum atau aturan dan mungkin terlibat dalam tindakan kriminal. Nyuri jadi kebiasaan, berulang kali dilakukan. Berkata kasar jadi kebiasaan. Padahal, dinasihtin udah, ditegur juga sering, bahkan beberapa kali kena sanksi. Namun, seperti nggak mempan. Pelanggaran dia lakukan berulang-ulang.

Kamu pernah dengar istilah reckless? Jadi, istilah ini merujuk kepada perilaku yang ceroboh, berbahaya, atau tanpa pertimbangan yang baik terhadap konsekuensinya. Menjitak kepala temannya sampe benjol segede bapau, mendorong temannya ke kolam lele sampe kecebur (udah kebayang gimana jadinya kalo isi kolamnya ratusan ikan piranha).

Istilah nonconformist juga setara pengertiannya dengan nakal. Istilah ini mengacu kepada individu yang menolak atau tidak mau mengikuti norma-norma sosial atau aturan yang berlaku. Misalnya ada aturan kalo ke sekolah wajib mengenakan  seragam yang ditentukan, ini malah inisiatif sendiri, pake jersey klub sepak bola. Ada aturan di pondok yang harus diikuti, malah melakukan sebaliknya, untuk dilanggar.

Berikutnya ada istilah defiant, yakni menggambarkan seseorang yang keras kepala, enggan untuk patuh terhadap peraturan, atau menunjukkan ketidaktaatan dan cenderung melawan. Model kayak gini rada susah diatur.

Istilah lainnya adalah oppositional, yakni mengacu kepada perilaku yang selalu menentang atau bertentangan dengan apa yang diinginkan oleh otoritas atau orang lain. Aturan yang berlaku di sekolah atau pondok pesantren, malah dia acak-acak. Maunya sesuai selera sendiri dan berbeda dengan aturan yang udah ditetapkan. Kalo gitu keluar aja ya, bikin sekolah sendiri.

Nah, istilah ‘turunan’ atau ‘variasi’ dari nakal tersebut kesemuanya berpotensi bikin rugi diri sendiri dan orang lain. Itu sebabnya, jangan dijadikan sebagai pilihan. Menjadi nakal bukan pilihan, apalagi jika memilih nakal karena nggak mau diatur oleh agama kita, Islam. Nggak mau menjadikan akidah dan syariat Islam sebagai jalan hidup. Ini bahaya banget, Bro en Sis.

 

Jangan maksiat!

Sobat gaulislam, sebagaimana yang udah disampaikan di awal tulisan, bahwa pengertian bad girl yang sedang kita bahas adalah dalam arti yang sesungguhnya, yakni nakal bin bandel, bahkan dalam level tertentu jadi berani melakukan maksiat. Ini yang perlu diwaspadai. Sebab, maksiat itu bikin rugi dan binasa.

Imam Ibnul Qayyim al-Jauziyyah rahimahullah mengatakan, “Tidaklah Allah dimaksiati dengan sesuatu pun, kecuali sesuatu tersebut akan membinasakan pemiliknya. Barang siapa yang memaksiati Allah dengan hartanya, maka harta tersebut akan membinasakannya. Barang siapa yang memaksiati Allah dengan kedudukannya, maka kedudukan tersebut akan membinasakannya. Barang siapa yang memaksiati Allah dengan lisan, hati, atau dengan salah satu anggota tubuhnya, maka anggota tubuh (yang digunakan untuk bermaksiat) tersebut akan membinasakannya, walaupun ia tidak menyadari kebinasaan tersebut.” (dalam ash-Shawa’iq al-Mursalah fi ar-Radd ‘ala al-Jahmiyyah wa al-Mu’ththilah, jilid 3, hlm. 865)

Imam al-Hasan al-Bashry rahimahullah berkata, “Pemahaman adalah wadah ilmu, ilmu adalah petunjuk untuk beramal, amal adalah penuntun kebaikan, sedangkan hawa nafsu adalah kendaraan maksiat, harta adalah penyakit orang-orang tidak bersyukur, dunia adalah pasar untuk menyiapkan bekal akhirat, dan kecelakaan besar bagi siapa saja yang kuat menggunakan nikmat-nikmat dari Allah untuk bermaksiat kepada-Nya.” (dalam Adabul Hasan, hlm. 47)

Memang sih, ada fakta bahwa anak yang bad boy atau bad girl secara akademik ada yang terkategori pintar, bisa mengikuti pelajaran dan berprestasi. Namun, dari segi perilaku ya gitu, deh. Nakal. Adabnya minim. Nggak asyik juga sih, meski pintar tetapi lost adab. Bahaya.

Ada nasihat bagus dari al-Imam Ibnul Qayyim al-Jauziyyah rahimahullah yang berkaitan dengan hal ini, “Kemaksiatan itu memiliki efek yang buruk, tercela, lagi merusak bagi hati dan badan, baik di dunia maupun di akhirat yang tidaklah diketahui melainkan hanya Allah. Di antara efek tersebut ialah diharamkannya dari ilmu. Ilmu merupakan cahaya yang Allah berikan ke dalam sanubari sedangkan maksiat akan mematikan cahaya tersebut. Ketika Imam asy-Syafi’i duduk dan membaca di hadapan Imam Malik, sungguh apa yang ia lihat dari cemerlang kepandaiannya, kilau kecerdasannya, dan kesempurnaan pemahamannya telah membuatnya takjub. Beliau berkata: ‘Sungguh aku melihat bahwa Allah telah memberikan cahaya ke dalam hatimu, maka janganlah engkau mematikannya dengan kegelapan maksiat.” (dalam ad-Da’u wad Dawa’, hlm. 72).

So, nggak usah bangga bisa jadi bad girl. Sama sekali itu nggak keren, malah sebaliknya jadi norak. Dosa pun sudah pasti didapat. Naudzubillahi min dzalik. Bagi yang sudah jadi bad girl, belum ada kata terlambat untuk bertaubat. Jadi, segera sadar diri.

Semoga kita senantisa dimudahkan  dalam meniti jalan kebaikan. Buang jauh-jauh pikiran yang menganggap bahwa jadi bad girl itu keren. Sejatinya, itu nggak keren sedikit pun. Yuk, sadar dan jalani kehidupan normal sebagai mukminah sejati. [O. Solihin | IG @osolihin]

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *