Tuesday, 19 March 2024, 12:36

gaulislam edisi 721/tahun ke-14 (8 Muharram 1443 H/ 16 Agustus 2021)

Hmm… semoga kamu ngerti maksud penulisan judul ini. Sekilas sih mungkin akan membingungkan bagi kalangan tertentu. Namun, kalo mau dipikirkan sejenak sih, insya Allah nggak bikin bingung, tetapi tambah bingung. Eh, nggak, ding. Kalo kamu cerdas, insya Allah paham, deh. Yup, maksudnya dikatakan merdeka tetapi sebenarnya tak merdeka. Nah, ini sih yang pengen saya maksud.

Bro en Sis rahimakumullah, pembaca setia gaulislam. Sebenarnya udah sering banget bahas tema ini. Setidaknya dalam 14 tahun penerbitan buletin ini, ada 14 kali ketemu bulan Agustus. Walau tidak setiap bulan tersebut membahas tema ini, tetapi minimal setengahnya pernah bahas tema ini. Namun demikian, seringkali kita lupa dan lupa lagi. Selain itu, meski udah ‘berteriak’ ngasih tahu, kondisi negeri ini dan penduduknya tetap tak berubah. Masih nyantai dan merasa baik-baik saja. Bahkan merasa bahwa rezim saat ini adalah yang terbaik. Waduh!

Padahal, ya sejatinya masih dijajah. Hanya saja, dalam bentuk lain. Bukan dalam penjajahan militer. Eh, tapi nggak tahu juga sih, kemungkinan ke arah itu masih terbuka sepertinya. Misalnya aja, yang saya sendiri masih penasaran, ribuan tentara Amerika yang beberapa waktu lalu latihan bersama dengan TNI, ada agenda apa di balik latihan tersebut, ya? Nah, ini publik sepertinya belum tahu semua. Atau sudah ada infonya cuma saya kudet? Bisa jadi.

Masih dijajah

Kok masih dijajah sih? Hmm… kamu tengok deh data berapa bijih nikel yang berhasil dibawa ke China dari tanah Sulawesi dalam beberapa tahun terakhir ini? Jadi remaja bukan berarti menutup diri dari informasi yang nggak berhubungan langsung dengan duniamu. Sebagai remaja muslim pejuang dan pembela Islam, meski masih muda kudu nunjukkin tuh keseriusan dalam urusan kaum muslimin. Nah, beragam berita kudu diperhatikan dan dibaca. Bukan sekadar yang asyik dilahap di usia beliamu macam info-info selebriti dalam negeri dan mancanegara. Luaskan bacaanmu ke yang lebih penting untuk masa depan kaum muslimin. Lalu, pahami dan krtisi jika ada hal yang bertentangan dengan ajaran Islam. Berikan solusinya sesuai tuntunan Islam. Keren, tuh!

Lain nikel lain lagi dengan tembaga dan emas. Nah, ini sih udah lama banget tuh tembaga dan emas di Papua dikeruk dan hasilnya dibawa ke Amerika. Udah banyak yang tahu kalo soal ini mah, kayaknya. Eh, kok kayaknya? Iya, soalnya agak ragu kalo remaja banyak tahu juga soal ini. Namun, saya berharap sih, kamu semua pada melek informasi dan mikirin nasib umat Islam. Gimana pun juga, itu bagian dari kepedulian kita kepada Islam. Beneran!

Berita di laman bisnis.com (25 Juli 2021), PT Freeport Indonesia mencatatkan kenaikan produksi dan penjualan yang signifikan, baik untuk komoditas tembaga maupun emas, sepanjang semester I/2021 dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.

Berdasarkan laporan kinerja kuartal II/2021 Freeport-McMoRan Inc. (FCX), salah satu pemegang saham Freeport Indonesia (PTFI), tembaga yang dihasilkan PTFI sampai dengan Juni 2021 mencapai 606 juta pound.

Realisasi tersebut naik 88,78 persen dibandingkan dengan realisasi produksi pada periode yang sama tahun lalu yang mencapai 321 juta pound.

Seiring dengan kenaikan produksi, penjualan tembaga Freeport juga mengalami kenaikan. Pada 6 bulan pertama tahun ini, penjualan tembaga Freeport mencapai 568 juta pound atau naik 89,97 persen dibandingkan dengan penjualan pada periode yang sama tahun lalu sebanyak 299 juta pound.

Harga jual rata-ratanya pun mengalami kenaikan dari US$2,54 per pound pada semester I/2020 menjadi US$4,29 per pound pada semester I/2021.

Sementara itu, produksi emas perusahaan yang beroperasi di Papua itu sepanjang Januari—Juni 2021 mencapai 597.000 ounce. Capaian ini naik 75,07 persen dibandingkan dengan realisasi pada periode yang sama tahun lalu, yakni 341.000 ounce.

Kenaikan produksi emas juga diikuti dengan naiknya penjualan komoditas tersebut. Pada semester pertama tahun ini, Freeport membukukan penjualan emas sebanyak 558.000 ounce atau naik 74,92 persen dibandingkan dengan semester I/2020 yang mencapai 319.000 ounce. Harga jual rata-rata emasnya juga mengalami kenaikan, yakni mencapai US$1.785 per ounce. Harga jual tersebut lebih tinggi dari rata-rata harga jual pada periode yang sama tahun lalu senilai US$1.709 per ounce.

 Tentu, jumlah emas yang dikeruk dari negeri kita jauh banget besarnya dibanding nilai medali emas yang diraih di Olimpiade Tokyo beberapa waktu lalu. Ya, pasangan ganda putri Indonesia Greysia Polii/Apriyani Rahayu sukses merebut medali emas Olimpiade Tokyo. Emang berapa harga medali emas di Olimpiade Tokyo yang diperebutkan melalui berbagai pertandingan itu? Bila dikalkulasikan ke dalam bentuk kurs saat ini maka medali emas di Olimpiade Tokyo bernilai sekira USD 800 atau Rp 11,5 juta (1 USD = Rp 14.444 per tanggal 7 Agustus 2021).

Eh, dapat bonus nggak bagi atlet yang berprestasi? Ada, tentunya. Atlet yang meraih medali emas, dapat bonus Rp 5,5 miliar. Peraih medali perak, dapat bonus Rp 2,5 miliar. Peraih medali perunggu, dapat bonus Rp 1,5 miliar. Atlet yang nggak meraih medali, tetap dikasih juga tuh bonusnya, yakni Rp 100 juta. Bukan lumayan lagi. Pelatih yang atletnya meraih medali emas juga dapat bonus Rp 2,5 miliar. Pelatih yang atletnya meraih medali perak dapat bonus Rp 1 miliar, dan pelatih yang atletnya meraih medali perunggu kebagian bonus Rp 600 juta. Pelatih yang atletnya nggak meraih medali, dapet juga Rp 100 juta. Silakan totalin aja deh, jumlah yang dikeluarkan negara berapa. Namun jangan lupa, emas di Papua yang dikuasai asing itu, nilainya triliunan dolar. Jauh pisan atuh bedana!

Sobat gaulislam, itu baru SDA (Sumber Daya Alam) berupa nikel, tembaga, dan emas. Belum batubara, belum hutannya, belum tambang minyak dan gas. Wuih, Indonesia ini kaya raya, Bro en Sis. Sayangnya, pengelolaannya nggak bener. Apa-apa dikasih ke asing. Mikirnya kok para pejabat negeri kita ini cuma komisi alias duit ngalir tanpa perlu banyak mikir hal teknis dan keluar tenaga banyak. Udah gitu nggak peduli rakyat.

Harus bagaimana?

Ya, kudu sadar. Jangan terlena dan merasa baik-baik saja. Kalo kamu merasa bahwa negeri kita aman dan kuat, maenmu kurang jauh. Coba kamu pikir, memangnya selama ini negeri kita punya kedaulatan? Lihat deh, kedatangan WNA asal China saja di masa pandemi udah ratusan, bisa jadi malah ribuan jumlahnya. Mereka katanya TKA (Tenaga Kerja Asing). Ini kan bikin sewot sebenarnya. Kok bisa mereka masuk seenaknya? Diberikan jaminan pekerjaan pula. Sementara anak bangsa nggak dipedulikan kesejahteraannya. Seolah dibiarin aja.

Kalo kamu bisa berpikir jauh ke depan, pastinya kondisi ini bukan terjadi begitu saja, tetapi pasti ada penyebabnya. Salah satu yang paling mungkin adalah karena “balas budi” antara negeri kita dengan negara China. Bisa soal bantuan berupa pemberian utang atau investasi, dimana dalam perjanjian menekankan syarat-syarat tertentu. Biasanya tentu syarat yang memang menguntungkan bagi pemberi utang atau jaminan investasi.

Lalu, apa yang harus kita lakukan? Putus hubungan. Bagaimana caranya? Jangan tergiur utang atau pinjaman apa pun bentuknya, yang pada akhirnya menyengsarakan kita semua. Selain itu, bangkit dan sadar bahwa negeri kita yang kaya dengan SDA ini, yang luasnya luar biasa, jumlah penduduknya juga besar, harus dikelola sendiri. Jangan menyerahkannya kepada pihak asing. Maka, selesaikan semua kontrak kerja atau kontrak karya untuk tambang tembaga dan emas di Papua, juga batubara di Kalimantan serta nikel di Sulawesi Tengah dan Sulawesi Tenggara, serta SDA lainnya di wilayah lainnya di negeri kita.

Negeri ini nggak kekurangan orang-orang pinter dan ikhlas untuk membangun negeri menjadi kekuatan hebat. Pemerintah harus menghargai kehebatan mereka. Berikan penghasilan terbaik bagi mereka demi pengelolaan yang lebih baik dari seluruh SDA yang kita miliki. Jangan takut bersaing dengan negara lain. Jangan pula merasa minder atau kalah jika belum merasa bagus. Biasa aja lagi. Tentu, sambil terus meningkatkan kemampuan diri untuk siap menjadi bagian dari pengelolaan SDA untuk sebaik-baik kemakmuran rakyat.

Menurut aturan Islam nih, kekayaan alam adalah bagian dari kepemilikan umum. Nah, kepemilikan umum ini wajib dikelola oleh negara. Hasilnya diserahkan untuk kesejahteraan rakyat secara umum. Sebaliknya, haram hukumnya menyerahkan pengelolaan kepemilikan umum kepada individu, swasta apalagi asing (dan penjajah pula). Huge Mistake, namanya, alias kesalaha besar.

Kamu perlu tahu bawa di antara pedoman dalam pengelolaan kepemilikan umum antara lain merujuk pada sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam (yang artinya), “Kaum Muslim berserikat (memiliki hak yang sama) dalam tiga hal: air, rumput dan api.” (HR Ibnu Majah)

Kemudian, Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda (yang artinya), “Tiga hal yang tak boleh dimonopoli: air, rumput dan api.” (HR Ibnu Majah)

Nah, terkait kepemilikan umum, Imam at-Tirmidzi juga meriwayatkan hadis dari penuturan Abyadh bin Hammal. Dalam hadis tersebut diceritakan bahwa Abyad pernah meminta kepada Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk dapat mengelola sebuah tambang garam. Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam lalu meluluskan permintaan itu. Namun, beliau segera diingatkan oleh seorang sahabat, “Wahai Rasulullah, tahukah Anda, apa yang telah Anda berikan kepada dia? Sungguh Anda telah memberikan sesuatu yang bagaikan air mengalir (mâu al-iddu).” Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam kemudian bersabda, “Ambil kembali tambang tersebut dari dia.” (HR at-Tirmidzi)

So, jika mau berdaulat sebagai negara merdeka, apalagi negeri kita ini mayoritas penduduknya adalah muslim, maka sudah sepantasnya hanya berhukum kepada akidah dan syariat Islam. Menjadikan Islam sebagai ideologi negara. Mengatur dengan syariat Islam untuk kesejahteraan rakyat. Wajib diperjuangkan, perlu perjuangan bersama seluruh kaum muslimin berbagai kalangan. Jangan hanya diam lalu mati, seperti dalam peribahasa: bak tikus mati di lumbung padi. Perlu kita catat bahwa sampai sekarang negeri kita belum merdeka sepenuhnya. Merdeka tapi tak merdeka. [O. Solihin | IG @osolihin]