Friday, 29 March 2024, 20:43

  gaulislam edisi 280/tahun ke-6 (24 Rabi’ul Akhir 1434 H/ 4 Maret 2013)

 

Oopss.. judulnya serem juga nih. Apakah ini ada hubungannya dengan kekerasan? Hmm.. ada. Tapi dalam fakta dan butuh cara pandang yang benar dalam menilainya. Kamu kenal nggak Suriah itu apa? Sejenis makanan? No. Nama orang? Bukan. Hmm… ini nama negara, sobat! Nama lainnya adalah Syria. Salah satu negeri muslim yang kini tengah membara (sudah sejak 2 tahun belakangan ini). Ironinya, kekerasan di sana dilakukan oleh pemimpin negaranya, Bashar Asad dan para begundalnya dari Rusia, Cina dan juga kaum Syiah. Lho kok bisa? Bisa aja dong. Kan kalo ada remaja yang gabung di geng motor pun, kekerasan bisa dilakuan oleh bosnya. Jadi kalo ditanya soal kemungkinan, jawabannya memang mungkin saja. Sebab, banyak pemimpin yang jahat juga lho.

Bro en Sis rahimakumullah, pembaca setia gaulislam. Saya nggak akan menyampaikan dengan detil kondisi terakhir atau terbaru di sana, juga nggak akan nulis panjang-lebar soal fakta dari awal konflik hingga sekarang. Nggak. Selain informasi yang bertebaran itu perlu disaring dan dinilai, juga karena sudah begitu banyak media massa yang menyebarkan informasi terkait peristiwa ini. Nah, saya menulis tentang Suriah atau Syria di buletin kesayangan kamu ini, adalah sebagai salah satu bentuk kepedulian dan perhatian kepada saudara-saudara seakidah di sana. Meski banyak sekali berita seputar Suriah—baik yang memang sesuai fakta, maupun yang sudah dimodifikasi alias diberi opini oleh media tersebut—namun jarang yang kemudian membahas inti persoalan dari konflik tersebut. Itu sebabnya, gaulislam hendak membahas yang agak luput dari perhatian kaum muslimin saat ini secara umum. Siap ya!

 

Suriah itu negeri muslim

Yup! Suriah atau Syria itu negeri muslim. Sama seperti Indonesia, Malaysia, Brunei, dan negeri Islam lainnya yang kini—sayangnya—sudah terpecah ke dalam lebih dari 50 negara kecil. Menyedihkan memang. Padahal, dulunya kaum muslimin bersatu tak hanya dalam ikatan akidah yang sama, tetapi negara yang sama dan satu, yakni Daulah Khilafah Islamiyah. Sejak masa kepemimpinan Rasulullah saw., yang kemudian dilanjutkan oleh para Khulafa ar-Rasyidin dan generasi berikutnya beratus tahun lamanya hingga terakhir di Turki Utsmani pada 1924. Kalo dihitung-hitung lebih dari 1000 tahun lho kaum muslimin bersatu dan menjadi negara terbesar baik dalam jumlah penduduk maupun luas wilayah. Sayangnya, berbagai penjajahan ke negeri-negeri muslim akhirnya membuat negeri muslim terpecah menjadi potongan-potongan puzzle kecil yang sulit disusun dan disatukan.

Kalo kamu baca sejarah Islam, tentunya bakal nemuin kisah menarik seputar penaklukan wilayah Syam (Syira dan Palestina). Keren banget kisahnya Bro en Sis. Belum tahu? Waduh, sebaiknya kamu baca deh kisahnya di buku-buku tarikh (sejarah), atau setidaknya kalo kamu agak malas mungkin bisa nonton kembali film OMAR (Umar bin Khattab ra) yang waktu Ramadhan ditayangkan di salah satu stasiun televisi. Meski mungkin hanya sekadar ilustrasi kecil dari perjalanan hidup Umar bin Khattab dari masa jahiliyah, saat masuk Islam hingga menjadi khalifah, namun cukup memberikan penjelasan yang kita butuhkan. Betapa hebatnya Islam yang melahirkan generasi terbaik umat manusia. Semoga kita, kaum muslimin generasi mutaakhirin ini bisa meneladani para pendahulu kita dan mengamalkan ajaran Islam dengan benar dan baik.

Bro en Sis rahimakumullah, ‘penggila’ gaulislam, karena Suriah adalah salah satu negeri muslim, tentunya kita wajib peduli terhadap kondisi kaum muslimin di sana yang kini sedang menderita. Saya cukup sering mengamati perkembangan fakta dan opini seputar Suriah di media massa, termasuk di situs jejaring sosial macam facebook dan twitter. Pendek kata, saya sedih tapi juga geregetan karena nggak bisa nolong lebih jauh. Ya, sekadar nulis di buletin, berkoar-koar di jejaring sosial, dan sekadar mendoakan. Malu juga sebenarnya. Semoga saya bisa berbuat lebih di kemudian hari.

Yuk, sobat muda muslim kita berikan kepedulian dan perhatian juga buat saudara kita di Suriah yang kini ibarat sedang bersimbah darah. Rasa-rasanya setiap orang yang pernah menyaksikan video kekejaman Bashar Asad dan para begundalnya terhadap rakyat Suriah bakalan netesin air mata, sedih, kesal, marah, dan tangisan tertahan tanpa suara saking dalamnya sakit hati menyaksikan pemandangan mengerikan tersebut. So, tunjukkan kepedulian kita karena kita bersaudara. Saudara seakidah.

 

Kaum muslimin bersaudara

Kita dan saudara kita, kaum muslimin di Suriah memang dipisahkan oleh ruang dan waktu. Antara kita dengan kaum muslimin di Suriah terbentang lautan dan daratan yang luas sekali. Tapi, sebetulnya kita punya rasa, kita punya cinta, dan kita punya luka yang sama dengan mereka.

Sobat gaulislam, mereka siap menggelorakan semangat jihad untuk melawan pemimpin jahat macam Bashar Asad yang didukung penuh kekuatan asing—musuh-musuh Islam (termasuk dari Syi’ah, Iran). Kamu jangan cuek menyaksikan kejadian ini.

Coba, ketika anak-anak dan remaja Suriah meregang nyawa ditembus peluru tentara rezim Bashar Asad, kira-kira kita sedang ngapain. Main basket? Main futsal? Atau tidur nyenyak? Atau malah sedang tawuran dengan teman sekolah lain? Ironi bukan?

Bro en Sis, ketika teman-teman kita menderita di pengungsian akibat diusir dari negeri mereka sendiri, kita sedang berbuat apa? Main gim online? Pacaran? Nonton konser musik? Lagi berantem gara-gara beda klub sepak bola? Atau malah sedang asik melahap makanan ‘bule’ di resto kelas wahid dengan harga selangit? Lalu di mana rasa peduli kita terhadap saudara sendiri?

Kawan, anak-anak dan remaja Suriah sudah kenyang dengan segala penderitaan dan kekecewaan akibat kebiadaban pemimpinnya sendiri. Sekali lagi itu adalah saudara kita. Saudara yang seharusnya ‘bersatu’ dalam suka dan duka, dalam sedih dan gembira. Masihkah kita mengatakan, bahwa itu adalah orang lain? Tidak kawan, mereka adalah kita. Ya, kita. Bukan siapa-siapa dan bukan orang lain. Kaum muslim di Suriah, Palestina, Uzbekistan, Tajikistan, Irak, Kashmir, Malaysia, Thailand, Filipina, atau di negeri sendiri; Ambon, Aceh, Poso, dan yang lainnya, pokoknya seluruh kaum muslimin di penjuru dunia ini adalah saudara kita. Kita dipersatukan dan dipersaudarakan dengan Islam. Bukan dengan ajaran yang lain.

So, kalau pun sekarang kita nggak merasa bahwa itu saudara kita karena kita menganggap beda daerah, beda bahasa, dan beda negara. Itu adalah kesalahan besar. Ya, salah besar sobat! Ternyata ide nasionalisme telah membuat ‘dinding tebal’ di antara kita. Sehingga kita nggak bisa ‘menengok’ saudara kita yang tengah menderita.  Kita menjadi orang super cuek alias nggak mau peduli dengan urusan saudara kita sendiri. Tolong, sikap seperti itu jangan dipelihara, itu berbahaya bin gawat. Sekali lagi, kita bersaudara, bahkan seharusnya merasa sakit bila saudara kita disakiti dan merasa senang bila saudara kita berhasil. Sudahkah kita memiliki rasa itu?

Hadits ke-13 dari kumpulan Hadits Arba’in karya Imam Nawawi tertulis, “Dari Abu Hamzah (yaitu) Anas bin Malik ra. pelayan Rasulullah saw., dari Nabi saw., beliau bersabda: “Tidaklah beriman seseorang di antara kalian, sehingga ia mencintai saudaranya seperti ia mencintai dirinya sendiri.” (HR Bukhari-Muslim)

Dalam hadits yang lain, diriwayatkan dari Nu’man bin Basyir r.a berkata: Rasulullah saw. bersabda: “Perumpamaan orang-orang mukmin dalam hal berkasih sayang dan saling mencintai adalah seperti satu tubuh. Apabila salah satu anggota badannya merasa kesakitan, maka seluruh anggota tubuh yang lain turut merasa sakit” (HR Bukhari-Muslim)

Dua hadits tadi cukup memberikan ‘sentuhan’ kepada kita, bahwa seorang muslim dengan muslim lainnya adalah ibarat satu tubuh. Kita bersaudara, sayang. Nggak mungkin dong, tangan kiri kita kejepit pintu, eh, tangan kanan malah ‘nyukurin’. Kan aneh ya, nggak? Nah, begitu pun dengan saudara kita di Suriah, mereka lagi menderita, gokil dong kalo kita cuek bahkan nggak mau tahu banget. Itu namanya muslim ‘biadab’. Jangan sampe deh nurani kita begitu bebal. Kita kan bukan batu. Kita manusia yang memiliki perasaan. Rasa cinta, rasa sayang, dan ‘berjuta’ rasa lainnya. Sebaiknya memang kita merenungkan kembali firman Allah swt., sekaligus meneladani RasulNya, “Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka.” (QS al-Fath [48]: 29)

Nah, yang bisa kita lakukan sekarang adalah; Pertama, bisa kirim dana dan doa. Kedua, berusaha sekuat kemampuan kita untuk menjelaskan kepada saudara-saudara kita yang lain di sini, dari mulai teman dekat, tetangga, masyarakat, sampai aparat dan pejabat, bahwa masalah ini adalah masalah kita. Sebab, kalo lihat sekarang, temen-temen kita di sini juga nggak terlalu ngeh bahwa penderitaan saudara kita di Suriah itu merupakan penderitaan bagi dirinya juga. Buktinya masih banyak yang cuek bebek aja tuh. Malah perihnya, ada juga yang bilang, “Ngapain capek-capek ngurusi negara lain, emangnya mau dapat apa?” Nah, yang begini ini yang belum ngerti persoalan.

Itu sebabnya, kita di sini ngasih tahu mereka-mereka yang belum ngeh bahwa kaum muslimin di Suriah dan belahan bumi lainnya adalah saudara kita. Suka dan duka mereka adalah suka dan duka kita. Kalo udah sadar dan paham, maka kita ajak mempelajari Islam lebih jauh, supaya nantinya mereka juga ikutan semangat dalam memahami Islam. Tul nggak?

Jadi tunggu apalagi? Mulai sekarang, kita bina diri kita dengan tsaqafah (ilmu-ilmu) Islam. Isi pikiran kita dengan ajaran Islam. Maka cepetan bangun en ngaji, belajar, pahami dan amalkan, lalu berdakwah dan bisa berjuang bersama. Sobat gaulislam, kita harus peduli dengan nasib saudara kita di belahan bumi manapun termasuk yang saat ini cukup gawat seperti di Suriah (Syria). Bisa kan, Bro en Sis? Harus bisa! [solihin | Twitter @osolihin]

2 thoughts on “Suriah Bersimbah Darah

  1. “… didukung
    penuh kekuatan asing—musuh-musuh Islam
    (termasuk dari Syi’ah, Iran). Kamu jangan cuek
    menyaksikan kejadian ini.” Maaf saya mau tanya kenapa dalam hal ini Iran mesti juga kita musuhi bukankah Iran itu juga negeri Islam dan syiah itu juga mazhab yg shahih?

    Ya, Syiah (secara umum) bukan madzhab, tetapi sudah menyimpang dari akidah Islam. Sama seperti halnya Ahmadiyah. Syiah menganggap Sunni sebagai musuh (meskipun ada orang yg mengaku Sunni–namun tidak tahu–malah menganggap Syiah bukan musuh).

    redaksi gaulislam

  2. Bagaimana cara mendapatkan bulutin gaul islam

    Langsung saja SMS ke: 0812-8841181. Sertakan informasi nama dan alamat lengkap, untuk mengetahui harga ongkos kirimnya. Buletinnya sih, GRATIS 🙂

    redaksi gaulislam

Comments are closed.