Saturday, 20 April 2024, 01:37

gaulislam edisi 676/tahun ke-13 (17 Shafar 1442 H/ 5 Oktober 2020)

Nggak terasa ya, edisi pekan ini, adalah tayangan pekan yang ke-676, karena buletin ini nonstop terbit rutin setiap hari Senin sejak 29 Oktober 2007. Alhamdulillah, itu artinya sudah 13 tahun buletin ini menenami kamu semua mengenal dan belajar seputar permasalahan remaja dan solusinya menurut ajaran Islam. Lama juga ya? Alhamdulillah.

Memang sih, milad yang ke-13 buletin ini baru nanti pada 29 Oktober 2020. Namun, hitungan pekan terbitnya, edisi ini sudah masuk di akhir penerbitan pada tahun ke-13. Pekan depan sudah masuk tahun penerbitan yang ke-14. Alhamdulillah, sepanjang jalan dakwah ini banyak peristiwa dilalui, lengkap dengan kenangan (baik manis maupun pahit). Banyak pula kegiatan dan respon pembaca setiap generasinya. Sebab, perjalanan tiga belas tahun bukan sedikit jika menengok lagi ke belakang. Sepertinya sih, baru usia remaja, tetapi jika dilihat ke belakang kok rasanya sudah jauh, ya.

Jika pada tahun 2007, ada pembaca buletin ini yang saat itu sudah kelas 12 (3 SMA/SMK/MA). Anggap saja usianya waktu itu 17 tahun. Maka, sekarang kalo masih hidup, usianya ada di angka 30 tahun. Wah, mungkin sudah menikah, mungkin sudah punya anak. Bisa jadi kan? Namun, bagi saya yang menulisnya, serasa masih muda (hehehe… ngaku-ngaku). Beneran. Sebab, yang baca setiap tahun adalah generasi baru lagi. Menemani remaja lagi. Jadi, seolah tetap usia muda.

Sobat gaulislam, dakwah itu berat. Tak mudah untuk melakukannya, dan tak semua orang bisa melakukannya, juga tak semua yang bisa melakukan dakwah akan konsisten. Alhamdulillah, setidaknya sampai saat ini, saya dan beberapa kawan masih bisa menulis untuk buletin remaja ini. Berbagi ilmu dan pengetahuan, serta menularkan semangat kebaikan. Insya Allah. Sehingga perjalanan dakwah yang terasa tak pernah berhenti ini, menularkan kebahagiaan tersendiri. Bersyukur sudah pasti. Alhamdulillah, karena diberikan kesempatan untuk menyampaikan pesan dakwah. Khususnya, bagi remaja, karena buletin ini ditujukan untuk pasar remaja. Semoga ada jejak yang membekas dalam menyemai kebaikan. Insya Allah.

Problem remaja selalu ada

Remaja jadul dengan remaja zaman now kayaknya kalo soal problem hampir sama, atau bahkan sama. Intinya sih, selalu ada. Mengapa kok bisa ada problem, ya? Sebab, manusia itu hidup dan berkembang. Lingkungan tempat tinggalnya juga berkembang. Teknologi juga berkembang. Bahkan dengan lompatan perkembangan teknologi sangat jauh. Nah, semua itu memiliki dampak. Bisa dampak baik, bisa dampak buruk. Artinya, memang akan menimbulkan problem tersendiri bagi remaja. Bukan hanya remaja sih sebenarnya, dampak buruknya akan menjadi problem juga bagi anak-anak dan juga orang tua.

Apa saja sih problem remaja dari zaman dulu sampai sekarang? Ada beberapa yang sama, hanya berbeda fakta dan kondisi saja. Pertama, pergaulan muda-mudi. Ada pergaulan antar lawan jenis, ada pula pertemanan yang bikin bahaya. Ini dari tahun jebot udah ada lho. Kalo nggak diatur pasti bikin masalah. Kedua, hubungan dengan orang tua. Ya, ini juga dari dulu sampai sekarang ada masalahnya. Remaja ada yang kesulitan untuk berkomunikasi dengan orang tuanya. Ketiga, kesulitan mengendalikan diri, biasanya dalam masalah kesiapan mental. Keempat, dengan lingkungannya. Problem di masyarakat dan juga di sekolah. Biasanya kesulitan beradaptasi atau menyikapi kondisi lingkungannya.

Nah, problem yang selalu ada di kalangan remaja itulah memerlukan penyelesaian. Melalui apa? Salah satunya, adanya dakwah. Remaja yang memiliki problem dalam hidupnya terkategori orang yang sakit. Berarti butuh tabib or dokter. Siapa dokternya? Tentu orang yang berilmu di bidang tersebut. Siapa? Para ulama, para ustaz, para guru, dan juga orang-orang yang peduli khususnya dalam dunia remaja dan Islam. Dakwahnya akan memberikan solusi atas permasalahan remaja.

Mengapa harus berdakwah? Sebab, dakwah adalah bagian dari syiar Islam. Mengajak orang lain berbuat baik. Bahkan Allah Ta’ala menyampaikan dalam firman-Nya (yang artinya), “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS an-Nahl [16]: 125)

Allah Ta’ala juga berfirman (yang artinya), “Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: “Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang menyerah diri?” (QS Fushshilat [41]: 33)

Kedua ayat dalam al-Quran ini adalah terkait kewajiban berdakwah. Tentu saja, kewajiban ini hanya bisa diemban oleh mereka yang sudah memiliki ilmu dan sikap mental yang baik agar dakwah bisa membawa berkah.

Itu sebabnya, gaulislam pun hadir untuk ikut berkontribusi dalam dakwah di kalangan remaja, melalui rangkaian kalimat dalam tulisan, menemani remaja yang masih awam dalam belajar Islam. Bahasanya dikemas dengan ringan dan khas remaja. Supaya teman-teman remaja mudah memahami maksud yang ditulis. Semoga ada jejak kebaikan yang ditorehkan sebagai amal shalih. Insya Allah.

Oya, semoga kami di gaulislam dan juga di berbagai lembaga lainnya dalam berdakwah diberikan keikhlasan. Akan sia-sia saja tanpa keikhlasan. Sebab, niat yang ikhlas akan menentukan hasil akhir. Perlu diingat bahwa ikhlas menjadi sebab paling besar diterimanya suatu penyampaian.

Al-Baihaqi dalam al-Madkhal ila ‘Ilmi as-Sunan (jilid 1. hlm. 42) berkata: “Aku pernah mendengar Abu ‘Abdurrahman as-Silmi, ia berkata bahwa ia pernah mendengar Muhammad bin Ahmad al-Fara’ berkata bahwa ada yang bertanya pada Hamdun al-Qasshar, “Kenapa sampai perkataan ulama salaf di masa silam lebih terasa manfaat daripada perkataan kita?”

Ia berkata, “Karena mereka ketika berucap hanya untuk meraih kejayaan Islam, supaya diri mereka mendapat keselamatan, dan mereka hanya cari ridha ar-Rahman. Sedangkan kalau kita berucap hanya mencari ketenaran diri, hanya cari kepuasan dunia dan cuma berbicara menyesuaikan selera manusia yang mendengar.”

Apa pun masalahnya, solusinya Islam

Ya, betul banget. Islam adalah ideologi. Mengatur urusan dunia dan juga akhirat. Punya seperangkat aturan untuk mengurus berbagai keperluan umat manusia, dalam bidang pendidikan, sosial, ekonomi, hukum, budaya, politik, pemerintahan, jihad, militer, iptek dan lain sebagainya. Itu artinya, Islam yang diterapkan sebagai ideologi negara akan mampu menyelesaikan berbagai problem manusia.

Bagaimana agar umat paham? Tentu saja perlu orang yang bisa menyampaikan pesan-pesan tersebut dengan mudah untuk dipahami. Saya dan kawan-kawan yang menulis di buletin ini mengambil posisi sebagai agen pengubah. Menyampaikan berbagai informasi keislaman yang disesuaikan dengan kondisi yang dihadapi remaja. Bisa banyak yang dibahas. Itu sebabnya, kadang membahas sosial, kadang pendidikan, kadang ekonomi, juga politik, termasuk hukum dan pemerintahan. Tipis-tipis aja disesuaikan dengan fakta dan kondisi dan yang paling memungkinkan dipahami oleh para remaja yang masih awam.

Kalo ada remaja yang pacaran? Nah, jelas Islam punya solusi. Dijelaskan bahwa pergaulan antar lawan jenis yang bukan mahram, menurut syariat Islam, tidak boleh ada interaksi secara bebas tanpa aturan antar lawan jenis yang bukan mahram. Ada larangan khalwat (berduaan) di satu tempat dimana orang lain tak boleh hadir dalam pertemuan tersebut. Menutup aurat ketika keluar rumah bagi laki-laki dan wanita juga bagian dari upaya untuk membatasi dan menjaga interaksi. Jika semua itu dilanggar, maka akan terjadi mafsadat alias kerusakan. Itu artinya, mereka yang pacaran adalah satu bentuk pelanggaran terhadap syariat Islam. Ini akan berdampak buruk. Buktinya sudah banyak, karena sering berduaan, apalagi di tempat sepi, akhirnya bablas sampai berzina. Bahaya banget!

Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Dan janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan jalan yang buruk.” (QS al-Isra [17]: 32)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda (yang artinya), “Tidaklah seorang laki-laki berkhalwat dengan seorang wanita, melainkan yang ketiga dari mereka adalah setan.” (HR at-Tirmidzi)

Tuh, udah jelas ada aturannya agar manusia tak terjerumus melakukan perbuatan keji tersebut. Ada batasan, ada rambu-rambunya. Namun, karena manusia berbeda dalam tingkatan keimanan, bahkan ada yang imannya cacat, maka mereka melakukan maksiat. Itu sebabnya, memang perlu adanya orang-orang yang berdakwah untuk menyampaikan kebenaran ajaran Islam. Agar banyak manusia sadar, bertaubat, dan meninggalkan maksiat, lalu konsisten beramal shalih untuk meraih kebahagiaan di akhirat.

Ini baru satu contoh permasalahan dan solusinya menurut Islam. Saya dan kawan-kawan juga sudah menulis beragam tema untuk buletin remaja ini. Pernah membahas tentang jilbab, tentang sekolah, tentang film, tentang khamar, tentang narkoba, tentang politik, budaya, bahkan ekonomi. Dikemas dalam bentuk tulisan yang ringan, menghibur dan tentu saja memberi solusi islami atas permasalahan-permasalahan tersebut. Silakan cek aja di website kami ya, ada kok di edisi-edisi yang sebelumnya. Banyak malah. Ada 676 artikel. Sesuai jumlah edisi gaulislam yang ditulis sampai pekan ini. Silakan eksplor, baca dan pahami, ya.

Intinya, Islam memiliki solusi, tersebab Islam diturunkan oleh Allah Ta’ala sebagai syariat yang diemban oleh Rasulullah shallallahu ‘alahi wa sallam untuk umatnya, sejak masa beliau hingga kini dan yang akan datang. Pendek kata, dimana ada syariat Islam, di situ pasti ada maslahat (kebaikan). Berarti ini kian menguatkan bahwa apa pun masalahnya, Islam adalah solusinya. Beneran!

Itu sebabnya, sepanjang jalan dakwah yang telah kami tempuh dan insya Allah akan terus ditempuh, juga kelak akan dilanjutkan generasi berikutnya, khususnya dalam mengelola buletin ini, semoga kami bisa selalu menghadirkan Islam sebagai solusi atas segala permasalahan yang ada, khususnya di kalangan remaja.

Semoga jalan dakwah yang sudah ditempuh ini berbuah pahala bagi kami dan manfaatnya bagi semua pembaca. Semoga pula ada manfaat dan pahala bagi pembaca ketika bisa meyakini dan meyakinkan orang lain yang didakwahi. Insya Allah. Semoga keberkahan bagi kita semua. Semoga jejak perjalanan hidup kita dan sepanjang jalan dakwah ini memberikan kontribusi bagi kemaslahatan umat. Semangat! [O. Solihin | IG @osolihin]